Chapter 17 - Welcome Back, Home

100 20 4
                                    

[[ Ada beberapa perumpamaan yang aku tulis di chapter ini, penjelasannya ada di akhir ]]


Happy Reading🏹

Setelah melewati sebuah tarikan yang terasa seperti selamanya, mereka akhirnya tiba di ruang keluarga kastil melalui portal yang berputar perlahan, mengeluarkan mereka satu per satu. Cahaya lembut menyambut mereka, memberikan kehangatan yang familiar. Ruangan itu terasa sunyi, seolah menunggu kedatangan mereka dengan penuh harap. Meskipun kembali ke tempat yang seharusnya terasa aman, suasana hati mereka tetap tegang, rasa khawatir melihat darah yang semakin mengucur dari telapak tangan Savior.

Bentely, yang pertama kali sadar bahwa mereka benar-benar telah kembali, langsung meneriakkan nama Halfoy.

“Halfoy!” Bentely berteriak dengan nada tinggi, nyaris histeris. Suara itu menembus dinding tebal kastil, menggema hingga ke teras tempat Halfoy sedang duduk bersama ayahnya, Raja Aesley.

Halfoy menoleh cepat, terkejut mendengar panggilan tersebut. Raja Aesley, yang tadinya tenggelam dalam pikirannya, juga tergugah oleh ketegangan yang tersirat dalam teriakan itu. Tanpa berpikir dua kali, mereka berdua bangkit dan langsung berlari masuk ke dalam kastil.

Sementara itu, di ruang makan, Bibi Zeyi yang tengah membantu Bibi Sua menyiapkan sarapan pagi juga mendengar teriakan Bentely. Tanpa sepatah kata pun, mereka meninggalkan meja makan dan bergegas menuju ruang keluarga, tempat asal suara tersebut.

Paman Baska, yang baru saja melewati gerbang kastil setelah sebelumnya kembali dari rumahnya, mendengar suara yang sama. Ia mempercepat langkah, berlari menuju kastil tanpa menunggu lebih lama lagi.

Di dalam ruang keluarga, Theodore tengah sibuk mencari kotak obat yang biasanya tersimpan di ruangan itu. Matanya dengan jeli menyapu setiap sudut, mencari benda yang sangat ia butuhkan untuk merawat luka Savior. Begitupun dengan Caspian yang mencari kotak serupa. Namun, kotak itu tidak mereka temukan. Sebaliknya, mata Caspian tertumbuk pada sebuah sapu tangan yang tergeletak di rak. Entah milik siapa itu, ia segera meraihnya dan, tanpa pikir panjang, membalut luka Savior seadanya dengan sapu tangan itu.

“Kotak obat ada di kamarku,” ujar Savior, seolah memahami kebingungan Caspian. Ia mengingat bahwa kotak itu disimpannya di kamar setelah menggunakannya untuk merawat luka Halfoy beberapa waktu lalu.

Caspian mengangguk singkat, dan tanpa membuang waktu, ia bergegas keluar dari ruangan. Dengan cepat ia berlari menuju lantai dua, ke kamar Savior. Tepat ketika ia hendak membuka pintu, Halfoy dan yang lainnya tiba di ambang pintu. Mereka semua terkejut melihat sosok Caspian yang tengah berlari keluar. Raja Aesley langsung terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja dilihatnya.

“Apa aku salah lihat?” tanya Raja Aesley dengan nada bingung, suaranya hampir berbisik. Ia melirik Paman Baska yang berdiri di sebelahnya.

Paman Baska tidak menjawab. Tatapannya tertuju pada Caspian yang menjauh, seolah masih berusaha memastikan apa yang baru saja ia saksikan. Dalam kebingungan itu, Halfoy sudah lebih dulu memasuki ruangan.

Ketika mereka semua akhirnya masuk ke dalam ruang keluarga, suasana di dalam sudah sangat tegang. Begitu banyak pertanyaan yang hinggap, namun tidak satupun terucap pada situasi yang tidak tepat ini.

Caspian kembali, kali ini membawa kotak obat berukuran sedang yang di dalamnya juga tersimpan beberapa ramuan. Ia bergerak cepat menuju Savior yang masih duduk di sofa, tampak mencoba menenangkan dirinya dengan menarik napas panjang. Savior menggenggam tangan yang terluka, menahan rasa sakit meski luka itu sudah dibalut sementara.

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang