-🧟-
Waktu nyaris menyentuh pukul 10 malam ketika seorang pria muda mengendap melewati gang sempit menuju jalan raya besar. Pria itu merapatkan topinya membuat wajahnya benar-benar terhalang oleh sinar lampu jalanan.
Saat kakinya berhenti di pertigaan jalan utama, seorang remaja yang masih mengenakan seragam turun dari mobil dan menghampiri si pria bertopi. Keduanya tampak bertukar sesuatu. Si pria bertopi menyerahkan bungkusan kecil, sementara si remaja menyerahkan amplop coklat.
Kemudian keduanya berpisah.
Dua puluh menit kemudian, remaja perempuan yang beberapa saat lalu melakukan transaksi itu memasuki rumah mewahnya yang sunyi. Cewek itu melangkah tergesa menuju kamarnya. Raut wajahnya menyiratkan kewaspadaan yang besar.
Tanpa mengganti seragamnya, cewek itu segera membuka bungkusan kecil yang ternyata berisi beberapa butir obat berwarna hijau muda. Tangannya yang bergetar meraih dua butir sekaligus lalu menelannya dengan cepat.
Tanggal 3 juni sampai tanggal 8 juni pada kalender di atas meja belajar tampak dilingkari dengan spidol merah, di atasnya tertulis "Ujian kenaikan kelas".
🧟🧟
Desas-desus mengenai siapakah yang akan menjadi peringkat satu seangkatan mulai diperdebatkan sejak pagi. Mengingat besok adalah hari terakhir ujian kenaikan kelas. Lebih dari 50% siswa menebak jika tahta peringkat teratas masih dipegang oleh Alvaro Jasver Dhanurendra.
Semua siswa tampak sibuk dengan ponsel masing-masing termasuk kelas 11 IPA 1. Coba tebak apa yang mereka lakukan? Yup, mereka sibuk memilih siapakah antara Alvaro dan Abrisam yang akan menjadi peringkat pertama menggunakan aplikasi voting.
"Gue nge-vote Alvaro!"
"Gue juga!"
"Gue juga Alvaro!"
Diagram dengan nama Alvaro yang ada di aplikasi vote semakin lama semakin naik membuat gap antara Alvaro dan Abrisam menjauh.
"Meskipun semua orang nebak Alvaro, tapi gue tetep megang Abrisam!" celetuk cewek dengan rambut bergelombang sebahu. Riasan yang sedikit mencolok menghiasi wajahnya.
"Tania ... Tania ... Itumah karena lo bucin Abrisam. Gue sih tetep yakin Alvaro masih bertahan di puncak," sahut cewek lain dengan rambut dikepang. "Lagian lo masih aja ngejar Abrisam, padahal banyak yang bilang Abrisam gak doyan cewek."
Tania mencebik. "Ei~~~ itu hoax kelesssss. Lo tahu sendiri, Abrisam tuh cowok paling cakep di sekolah. Banyak yang nge-crush-in dia. Tapi, gak ada satupun yang pernah bisa jadi ceweknya. Nah, itu awal mula gosip dia yang belok nyebar. Gue yakin seribu persen Abrisam normal!"
"Ya, ya, terserah lo deh. Bagi gue Alvaro masih yang paling cakep. Visualnya lebih adem terus dia tipe yang innocent abis. Bayangin gue jadian sama Alvaro pasti cocok banget!"
"Aduh Rally, gak usah mimpi! Alvaro tuh cuma bisa jatuh cinta sama buku doang."
Raut wajah Rally seketika mengkerut. "Untuk yang satu itu gue setuju. Lagian, kalo emang Alvaro-Abrisam pacaran, kandidat kuatnya udah bisa ditebak."
Tania mengerutkan dahinya, sebelum sempat menyahut, Rally lebih dulu menunjuk ke suatu arah menggunakan dagunya, membuat Tania ikut menoleh ke arah yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURE 2: [TCBX 22]
Teen FictionKetika ancaman zombie menyeret empat remaja ke sebuah kasus besar yang pernah melibatkan orang tua mereka di masa lalu.