Congratulation on your solo debut, Park Chanyeol, My Muse
***
Disclaimer: Semua yang tertulis di sini adalah fiksi, aku hanya meminjam nama dan beberapa situasi yang terjadi.
"Chanyeol-ssi, daftar acara yang bisa dipilih untuk promosi solo debutmu sudah keluar. Mau melihatnya?" tanya manager Chanyeol yang sudah membawa sebuah tab di tangannya. "Beberapa juga sudah menghubungi untuk mengundangmu di acara mereka."
"Oh, benarkah?" berpura-pura antusias, Chanyeol mengambil tab yang diserahkan oleh manager. Menggulirnya malas hanya untuk melihat judul acara yang sesungguhnya sangat ingin ia datangi. "Hyung, siapa saja yang sudah menghubungi kita?"
"Ada dari beberapa youtube channel, juga radio."
"Radio?" Netra Chanyeol membulat ketika ia mendengar kata radio. Apakah ada harapan? Apakah gadis itu mengundangnya?
Imajinasi Chanyeol lantas melayang tinggi. Membayangkan dirinya bisa bersenda gurau seperti beberapa anggota grup dan teman dekatnya di acara radio favorit tersebut. Terlebih lagi, saat promosi album grup, mereka tidak sempat ke sana sebelum penyiar radio itu diganti. Kini gadis itu kembali berada di belakang meja penyiar. Dan Chanyeol akan melihat senyum dan tawa itu lagi, meski hanya secara profesional.
Oh, jangan lupakan adanya sesi foto bersama. Ia bisa memiliki foto baru bersama gadis yang sudah sangat ia rindukan. Meski hanya sekitar satu jam, jika hari itu tiba, maka Chanyeol akan menjadi lelaki paling bahagia.
Terlebih lagi mereka akan berdiskusi mengenai Black Out, album debut solo Chanyeol. Yang ia tulis khusus sambil memikirkan tentang gadis itu. Setidaknya gadis itu akan tahu, betapa suram kehidupannya setelah perpisahan mereka. Betapa ingin Chanyeol mengajaknya untuk kembali seperti dahulu, walau ia sama sekali tidak merasa pantas. Bahkan, hanya untuk merasa sakit, Chanyeol sama sekali tidak layak untuk mengakuinya. Sebab perpisahan tersebut adalah kesalahannya. Ia terlalu egois dan pengecut sebagai seorang lelaki.
"Untuk radio, ada Volume Up. Untuk tanggal 2 September. Dan ada beberapa radio lagi dan juga konten youtube, kamu bisa lihat di daftar yang aku warnai dengan warna biru," jelas sang manager, yang membuyarkan imajinasi Chanyeol. Lantas segera melihat semua nama acara yang sudah diwarnai latar belakangnya dengan warna biru.
Nihil.
Layaknya semua harapan atau hal yang ditaruh terlalu tinggi, jika jatuh pasti rasanya akan jauh lebih menyakitkan. Begitulah yang Chanyeol rasakan sekarang. Dengan sebuah daftar di tangannya, ia hanya bisa menatap dan mengelus nama acara radio yang sangat ingin ia datangi. Nama acara tanpa warna biru sebagai penandanya.
Sesungguhnya, Chanyeol bukan orang yang pemilih. Ia tentu akan bersedia datang ke sebanyak apapun acara untuk mempromosikan album debutnya yang sudah ia tunggu-tunggu sejak lama. Namun, mengapa dari sekian banyak yang mengundangnya, kenapa bukan acara yang disiarkan oleh gadis itu?
Sudah tidak inginkah gadis itu bertemu dengannya? Sudah tidak inginkah gadis itu mengetahui hal apapun tentangnya? Termasuk debut solo yang dulu mereka impi-impikan bersama?
"Chan-ah, kira-kira kalau nanti kamu ada kesempatan debut solo, mau pakai tema seperti apa?" tanya seorang gadis yang sedang menyandarkan kepalanya di bahu lebar Chanyeol. Gadis itu bernama Seungwan, atau lebih dikenal dengan nama Wendy, merupakan seorang idol dari grup di bawah naungan agensi dengan Chanyeol. Gadis yang sudah beberapa tahun ini menjalin hubungan dengannya. Dan inilah cara mereka menghabiskan akhir pekan ketika keduanya tidak memiliki banyak jadwal yang harus mereka datangi. Bermalas-malam di sofa apartemen Chanyeol sambil mendengarkan musik dari playlist yang mereka buat bersama. Dengan Seungwan berada di dekapannya menggunakan pakaian kebesaran milik Chanyeol.