BAB 18

88 18 27
                                    

Ketika baru bangun tidur, Yoona sudah mendapatkan kejutan. Tiba-tiba saja ayahnya menelepon. Memang bukan hal yang aneh jika sang ayah meneleponnya. Meskipun sudah satu tahun ini mereka tidak saling berjumpa, mereka tetaplah ayah dan anak. Masih tetap berkomunikasi melalui telepon. Tapi Yoona tidak akan sekaget ini jika saja ayahnya tidak tiba-tiba saja bilang kalau dia sedang dalam perjalanan menuju Gangwon.

"K-kenapa Appa mendadak sekali datangnya?" Yoona terduduk tegang di atas ranjangnya. Tangannya yang memegangi gagang ponsel tampak begitu kaku.

"Apa ada yang salah? Kedengarannya kau tidak suka Appa mengunjungimu."

"Bukan tidak suka. Tapi jika saja Appa memberi kabar sejak jauh-jauh hari, aku bisa meminta Young-nam eonnie untuk menyiapkan jamuan yang layak untuk Appa." Yoona menggigit bibir. "Sekarang Young-nam sedang menunggui Dongseok oppa di rumah sakit. Aku tak punya makanan apa-apa untuk disajikan kepada Appa." Ia beralasan. Padahal, ia masih bingung bagaimana menjelaskan kepada ayahnya tentang keberadaan Taehyung di vila mereka. Haruskah ia berterus-terang bahwa Taehyung adalah kekasihnya dan sudah setengah tahun ini mereka tinggal bersama? Lalu apa yang akan ia katakan jika ayahnya bertanya apa pekerjaan Taehyung, di mana kampung halamannya, siapa keluarganya, bagaimana mereka berdua bisa bertemu, dan mengapa pemuda itu tinggal di vila milik sang pacar?

"Appa bukan pergi ke Gangwon karena ingin makan." Ayah Yoona mendengus. "Kau pikir chef Min beserta anak buahnya sudah tak bisa membuatkan makanan yang enak untuk Appa?" Ia menyinggung nama chef terkenal di Korea Selatan yang selama ini menjadi salah satu juru masak pribadinya. "Appa ke sana karena ada sesuatu yang ingin Appa kabarkan padamu."

Yoona mengeluh dalam hati. Terakhir kali ayahnya mengabarkan sesuatu kepadanya, hal itu malah menjadi bencana untuknya. "Appa tidak akan menjodohkanku dengan seseorang lagi, bukan?"

Ayahnya terdiam. "Apa salahnya? Kau membutuhkan seorang suami yang bisa mengurus dan merawatmu."

"Young-nam eonnie tidak kurang suatu apapun." Balas Yoona. "Dia mengurusku dengan sangat baik."

"Kecuali si Young-nam itu adalah seorang laki-laki, kau tak boleh menikah dengannya."

Yoona tersenyum. Ternyata ayahnya masih sehangat dulu, masih suka melontarkan lelucon di saat yang tidak tepat. "Aku masih seorang wanita normal." Balas Yoona.

"Justru itu, kenapa kau tolak usul Appa untuk menikahkanmu dengan seorang pria? Toh, Appa tidak akan memilihkan seorang bajingan untukmu."

Oh, pria terakhir yang Appa sodorkan padaku justru seorang bajingan tulen! Batin Yoona. Tapi tentu saja ia tidak mengatakan hal itu pada sang ayah.

"Aku tidak mau dijodohkan." Sahut Yoona tegas.

"Kalau begitu carilah sendiri jodohmu."

Memang! Yoona menahan tawa. Aku memang sudah memilih jodohku sendiri. Tapi sekarang bagaimana caranya memberitahu ayah tentang pria itu? Pria yang semalam baru saja menggendongnya pulang. Pria yang dengan mesra menyuapinya. Yang memasak untuknya meskipun tanpa ia minta. Pria yang begitu nakal, usil, terkadang begitu lancang, namun masih terlalu sopan untuk menodainya. Pria yang telah membuatnya merasakan betapa luar biasanya kekuatan sebuah cinta. Maukah appa mengerti bahwa lelaki itulah yang ia inginkan sebagai suaminya? Sebagai jodoh sejatinya? Maukah appa menerima seorang pria dengan masa lalu yang begitu buram sebagai pendamping anak perempuannya? Seseorang yang mungkin telah melakukan hal-hal yang akan membuat appa terkena serangan jantung?

Ternyata yang harus Yoona pikirkan bukanlah reaksi publik jika seandainya mereka tahu ia menjalin kasih dengan Taehyung, melainkan reaksi ayahnya sendiri. Sungguh, cinta itu memang buta.

IF LOVE IS BLIND || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang