Happy Reading ^^
.
.
.
Pagi itu adalah natal ketuju yang dilewati oleh Lily Luna, gadis bermata hijau dengan senyum muram terulas dibibirnya. Tidak ada yang mengajaknya bermain, anak-anak yang mulai menjauhinya semenjak ia tanpa sengaja mendorong jatuh Viona, gadis besar yang sangat angkuh dan selalu mengganggunya.
Mereka menjauhinya bukan karena takut pada Lily tapi takut Viona, semenjak itu ia selalu mengerjai anak-anak yang mendekat dan berteman pada Lily. Lily tidak cukup kuat untuk melawannya, tubuhnya kecil hanya bisa menghindar tapi tidak cukup kuat melawan Viona yang tubuhnya tinggi besar seperti Miss Poppy.
Uap hangat kembali berhembus dari mulut dan hidung Lily dipagi itu, ia cukup tahu baju yang dikenakannya tidak cukup hangat menghalau dingin dari kamarnya, hanya saja suasana semakin bertambah dingin karena tidak ada seorang pun disampingnya.
Ia tidur sendirian di kamar paling ujung di lantai tiga, sekali lagi anak-anak panti asuhan takut untuk sekamar dengannya, Viona benar-benar membuat hidupnya menjadi mengerikan, Viona tidak tahu apa rasanya kesepian, ia akan membalasnya kalau ada kesempatan.
Kedua tangannya benar-benar seperti beku rasanya, sesekali mendekatkan tangannya di bibirnya, setidaknya Lily berusaha untuk tidak mati beku. Ia tahu seharusnya ia turun ke lantai dua dan tidur di dekat perapian bersama anak-anak yang lain tapi berhubung Viona akan mengganggunya lagi lebih baik ia berdiam diri di atas sini.
Kalau pagi natal seperti ini rasanya ia benar-benar rindu dengan Miss Catherin, biasanya Miss Catherin akan membelai kepala anak-anak untuk menidurkan dan membangunkan meraka, seperti punya seorang ibu yang penuh senyuman.
Gedoran pintu cukup keras mengagetkan Lily yang sedang menempelkan kepalanya di jendela kamar, pintu terbuka dan Miss Poppy muncul dibaliknya. "Apa kau tidur di kamar ini semalam, Lily?" katanya. Lily benar-benar gugup, Miss Poppy kalau marah mengerikan.
"Y-yeah miss, ta-tapi aku baik-baik saja kok." Mencekram baju tidurnya dengan sangat erat, dada Lily berdentunm-dentum sangat keras.
"Baik-baik saja?!" hidungnya kembang-kempis menatap Lily yang merana di ujung kamar.
"Maaf miss."
"Kau tahu kan peraturannya Lily, tidak ada seorangpun yang boleh dikamar ketika musim dingin! Apalagi salju turun seperti sekarang ini. Tidak ada penghangat di kamar setiap orang kalau kau tidak mengerti Lily. Kau mau mati kedinginan huh? Membuatku repot saja."
Air matanya hampir keluar ketika mendengar sentakan Miss Poppy, tapi ia berusaha untuk menahannya. "Tapi Viona ada di sana miss, dia pasti akan melakukan apa saja untuk menggangguku. Viona itu jahat."
Tersenyum sinis sembari melangkah kelemari kecil di sudut ruangan, "Tidak lebih jahat dari kau yang membuatnya jatuh dari tangga." Lalu mengeluarkan seragam Lily dan meletakkannya di atas kasur.
"Aku tidak sengaja miss, dia hanya jatuh di dua tangga terakhir dan hanya luka di siku." Air matanya jatuh sudah, pipinya bersemu merah karena marah.
"Viona jatuh dari tangga paling atas."
"Dia bohong!" Teriak Lily, dia benar-benar jengkel. Kenapa orang-orang percaya Viona yang jelas-jelas bohong.
"Diam!!!" menghela nafas sesaat, Miss Poppy kembali menghadapkan pandangannya kearas Lily yang menatapnya. "Aku tidak perduli dia bohong atau tidak. Sekarang bersiap-siaplah, masih banyak anak lain yang harus kuurus. Cepat!"
Miss Poppy kemudian pergi dengan sedikit membanting pintu kamar, ia sedikit ngeri dengan Lily, karena sebagian besar anak-anak panti asuhan tahu Lily itu aneh. Dan bagi Miss Poppy Lily itu tidak normal. Tidak ada anak normal yang rambutnya akan memanjang dalam waktu satu malam tapi Lily bisa, hanya karena Lily benar-benar tidak suka rambutnya di potong sangat pendek dan itu mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Pains
FanfictionLily Luna adalah gadis yang di besarkan di panti asuhan di yorkshire. suatu hari datang seorang yang mengaku seorang guru di sekolah sihir. Akankah dengan memasuki dunia sihir ia mengetahui siapa orang tuanya? apakah ia dapat menemukan alasan selama...