Sehari berselang tentang pengetahuan Lily akan Al dan Rose yang memiliki ikatan darah dengannya ia tak menemukan Al beserta Rose di hogwarts. Mereka kembali pulang, tanpa memberitahunya.
Ia tak berani mengirim surat ataupun menghubungi Rose atau Al dengan cara apapun, ia bingung serta cemas, fakta yang kemungkinan besar benar itu bahwa ikatan darah itu ada membuatnya begitu gugup. Ternyata benar yang dikatakan oleh Effie, orang tuanya mungkin saja seorang penyihir.
Dan orang itu mungkin saja Harry Potter, pahlawan dunia sihir. Tapi kan itu kemungkinan besar, masih ada kemungkinan yang kecil. Mungkin saja bukan. Tapi hasil tes darah yang ia coba dengan Rose dan Al memungkinkan hal itu, meski Rose mengatakan tes itu mungkin saja salah, perlu ke St. Munggo. 'Tapi harapan itu besar bukan? Ia masih memiliki orang tua?'
Mungkinkah asal usul Lily yang tidak jelas ini terkuak? Mungkinkah ia mendapatkan alasan ia selama ini tidak memiliki orang tua seperti yang lain. Mungkinkah ejeken Viona tentang ia anak haram itu bukan hal benar?
Anak haram, anak yang tidak di inginkan, anak dari hasil kesalahan. Jika seandainya dia lahir karena kesalahan bagaimana? Jika seandainya ia lahir karena ia tidak diinginkan ia harus bersikap bagaimana? Mungkinkah? Dia anak haram?
Kesadaran itu menghantamnya. Ia bisa saja anak haram. Pikirkan ia yang tidak pernah bertemu orang tuanya, kisah yang diceritakan oleh Mrs. Fletcher tentang dirinya bahwa ia didapati didepan pintu panti asuhan dengan seuntai kalung yang dikenakannya dan sepotong kertas bertuliskan I'm so sorry. Kalimat permintaan maaf, kalimat atas kesalahan.
Mungkin saja kan? Orang tuanya meminta maaf karena meninggalkannya, karena mereka berbuat salah. Apakah ia harus bertemu Harry Potter? Meminta kejelasan, apakah ia mempunyai anak bernama Lily Luna? Jika benar, apa alasan Harry Potter meninggalkannya? Apakah ia mempunyai salah padanya? Lalu, siapa yang melahirkannya? Apakah menyesalkah ia menitipkannya dirinya di depan pintu asuhan?
Ketukan di kamar asramanya mengagetkannya, ia selalu seperti itu selama liburan musim dingin di hogwarts, menyendiri, menghayal dengan menatap langit-langit kamar.
"Kau sedang apa, Lily?" Helena datang dan masuk begitu saja kedalam kamar. "Kami menunggumu," lalu memutar bola matanya " Lebih tepatnya Molly yang menunggu. Ia belum menyelesaikan esay ramuan, tentu saja.. Kau harus membantunya, aku tidak mampu mendengar kritikannya tentang tulisanku." Tulisan Helena memang susah di baca, seperti tulisan yang Lily tidak bisa baca ketika mengambil resep dokter di panti asuhan dulu.
"Maaf, aku cuma tidak ada kerjaan, semua tugasku sudah selesai. Maafkan aku." Jawab Lily. Ia kemudian bangkit dari tempat tidur lalu mengambil buku yang ia pinjam dari perpustakaan beberapa hari lalu dan kemudian pergi keluar bersama Helena.
Sesampainya di ruang rekreasi bukan hanya Molly yang ada disitu tapi juga beberapa teman seangkatan mereka, sama-sama terlihat frustasi seperti Molly. Mungkin juga karena efek dari Professor Prince yang galak dan dingin juga deadline tugas yang harus dikumpul besok. Lily hanya bisa mendesah, susah kalau seperti ini.
Mereka tentu saja menyambut Lily, juga bertambah cerah dengan hadirnya Helena, seperti mendapatkan air sejuk di tengah padang pasir, ada yang membantu mereka mengerjakan tugas-tugas liburan hari ini.
Selama membantu mereka, Lily memberikan instruksi-instruksi paragraf dan kalimat mana saja yang perlu dan tidak perlu di tulis, karena Profesor Prince sangat tidak menyukai kata-kata yang tidak perlu dan bertele-tele. Menurut Lily, Profesor Prince seorang wanita tegas, kaku dan dingin. Wajahnya selalu datar dengan bibir yang selalu ia buat menipis, dan jika sendang marah bibirnya akan setipis garis lurus. Benar-benar wanita tanpa humor menurutnya.
Merasa ada yang memperhatikan, Lily menoleh kearah samping kanannya, ada Rose yang sedang memandangnya tetapi dengan cepat membalikkan arah pandangannya. Lily menelan ludahnya lalu kembali membalikkan arah pandangan kearah teman-temannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Pains
FanfictionLily Luna adalah gadis yang di besarkan di panti asuhan di yorkshire. suatu hari datang seorang yang mengaku seorang guru di sekolah sihir. Akankah dengan memasuki dunia sihir ia mengetahui siapa orang tuanya? apakah ia dapat menemukan alasan selama...