Zev memutuskan untuk memanfaatkan waktu luangnya di akhir pekan dengan mengunjungi taman kampus. Setelah beberapa minggu menjalani rutinitas kuliah yang padat, dia merasa perlu untuk merefleksikan perjalanan yang telah dia lalui dan meresapi ketenangan yang ada di sekitar. Taman itu, yang dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi dan bunga-bunga warna-warni, adalah tempat yang ideal untuk merenung dan menenangkan pikiran.
Ketika Zev berjalan menyusuri jalur setapak yang dikelilingi oleh dedaunan rimbun, dia tidak bisa menghilangkan rasa canggung yang masih mengikutinya setiap kali dia memikirkan Alana Anastasya. Alana, yang sejak pertemuan pertama mereka telah menjadi sosok yang penting dalam hidup Zev, masih terus berputar dalam pikirannya. Rasa hormat dan ketertarikan yang berkembang membuatnya merasa bingung dan kadang-kadang cemas.
Sambil berjalan, Zev merenungkan percakapan mereka sebelumnya. Alana tidak hanya seorang dosen yang baik, tetapi juga seseorang yang bisa dia ajak bicara dengan nyaman. Alana sering kali menunjukkan minat yang tulus terhadap keberhasilan dan kesejahteraan Zev, dan sikap itu membuat Zev merasa dihargai. Namun, perasaan ini juga menimbulkan ketegangan batin. Zev bertanya-tanya bagaimana sebaiknya ia menyeimbangkan perasaannya tanpa melanggar batasan profesional.
Di taman, Zev menemukan sebuah bangku kosong di bawah pohon besar. Dia duduk, membuka buku catatan, dan mulai menulis beberapa refleksi tentang perasaannya. Menulis sering kali menjadi cara baginya untuk mengatasi emosi dan mendapatkan perspektif yang lebih jelas. Dia mencatat bagaimana dia merasa canggung namun juga nyaman setiap kali bersama Alana, dan bagaimana ketertarikan itu membuatnya merasa bingung.
Saat Zev menyelesaikan catatannya, dia melihat seseorang mendekati dari kejauhan. Ternyata itu adalah Alana, yang tampaknya sedang menikmati waktu santainya di taman juga. Zev merasa terkejut namun tidak keberatan. Alana mengenakan pakaian santai yang sederhana namun elegan, dan senyumnya yang cerah membuat Zev merasa sedikit lebih tenang.
"Zev, tidak menyangka akan bertemu di sini," kata Alana saat dia mendekat, terlihat senang melihat Zev.
"Ya, aku hanya butuh sedikit waktu untuk sendiri," jawab Zev sambil tersenyum. "Bagaimana dengan Anda?"
Alana duduk di bangku di sebelah Zev. "Aku juga hanya ingin menikmati udara segar. Kadang-kadang, aku merasa lebih baik jika bisa meluangkan waktu di luar ruangan."
Percakapan mereka mengalir dengan mudah, dan Zev merasa senang bisa berbicara dengan Alana di luar lingkungan kelas. Mereka membahas berbagai topik, dari kegiatan kampus hingga hobi pribadi mereka. Zev terkejut dengan betapa luasnya pengetahuan Alana tentang berbagai hal, dan dia merasa semakin terinspirasi oleh semangat dan kepedulian Alana.
Sementara percakapan berlangsung, Zev merasa bahwa ketegangan di antara mereka mulai mencair. Alana tampaknya sangat memahami dan mendukung Zev, dan ini membantu mengurangi kekhawatiran Zev tentang perasaannya sendiri. Dia mulai merasa bahwa mungkin dia bisa menemukan keseimbangan antara rasa hormat profesional dan perasaan pribadi.
Saat matahari mulai merendah di cakrawala, Alana berdiri dan menatap Zev dengan senyum hangat. "Terima kasih sudah menemani. Ini sangat menyenangkan."
Zev mengangguk, merasa lebih lega. "Terima kasih juga, Bu Alana. Aku senang bisa berbicara dengan Anda di sini."
Mereka berpisah di taman dengan perasaan yang lebih ringan. Zev merasa bahwa dia telah mengurai sebagian dari rasa bingung yang mengikutinya, dan dia mulai merasa lebih nyaman dengan kehadiran Alana dalam hidupnya. Meskipun dia masih merasa tidak yakin tentang bagaimana melanjutkan perasaannya, percakapan santai di taman itu memberikan sedikit kejelasan dan ketenangan.
Ketika Zev berjalan kembali ke kamar kosnya, dia merenungkan perasaannya dengan lebih mendalam. Dia merasa bahwa hubungan mereka dapat berkembang lebih dari sekadar hubungan profesional, tetapi dia juga tahu pentingnya menjaga batasan agar tetap profesional. Zev memutuskan untuk fokus pada perjalanannya sebagai mahasiswa, sambil perlahan-lahan mengeksplorasi perasaannya dengan cara yang lebih hati-hati dan penuh pertimbangan.
Di akhir hari itu, Zev merasa siap menghadapi tantangan berikutnya dalam hidupnya. Dia tahu bahwa dia akan terus belajar dan tumbuh, baik dalam hal akademik maupun pribadi. Dan dia juga tahu bahwa, dengan dukungan Alana Anastasya, perjalanan ini akan menjadi lebih berarti dan penuh warna.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness
RomanceCerita ini mengisahkan Zevanya Aurellia, seorang mahasiswi baru yang merasa canggung dan penuh harapan di hari pertama kuliahnya di kampus. Selama perjalanan awalnya, Zev bertemu dengan Alana Anastasya, seorang dosen muda yang menawarinya dukungan d...