Setelah beberapa minggu menjalin persahabatan baru dan menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus, Zevanya Aurellia merasa bahwa hidupnya mulai lebih stabil dan memuaskan. Dia menikmati rutinitas barunya, berlatih basket dengan tim, dan menghabiskan waktu dengan teman-teman baru seperti Dimas, Maya, dan Rian. Namun, meskipun segalanya tampak berjalan dengan baik, Zev tidak bisa sepenuhnya mengabaikan perasaannya terhadap Alana Anastasya.
Hubungan profesional mereka berlanjut dengan lancar, tetapi ada momen-momen kecil di mana Zev merasa bahwa hubungan mereka bisa menjadi sesuatu yang lebih. Percakapan mereka sering kali terasa lebih dari sekadar interaksi dosen-mahasiswa, dengan Alana yang menunjukkan perhatian yang mendalam dan mendengarkan dengan empati. Zev mulai merasakan ketertarikan yang semakin kuat, dan dia sering kali bertanya-tanya apakah Alana juga merasakan hal yang sama.
Suatu hari setelah kuliah, Zev memutuskan untuk mengunjungi kantor Alana di fakultas. Dia membawa beberapa materi kuliah yang ingin dia diskusikan dan juga ingin bertanya tentang kemungkinan mendapatkan bimbingan lebih lanjut untuk proyek penelitian yang dia rencanakan. Zev merasa gugup, tetapi dia juga tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk berbicara lebih pribadi dengan Alana.
Saat Zev mengetuk pintu kantor Alana dan masuk, dia disambut dengan senyuman hangat dari Alana. "Hai, Zev. Ada yang bisa aku bantu?"
Zev memasuki ruangan dan duduk di kursi di depan meja Alana. "Hai, Bu Alana. Aku datang untuk membahas beberapa hal mengenai materi kuliah dan juga ingin mendiskusikan proyek penelitian yang aku rencanakan."
Alana mengangguk dengan penuh perhatian. "Tentu, mari kita bahas. Aku senang kamu bersemangat tentang proyekmu. Apa yang ingin kamu diskusikan?"
Mereka mulai berbicara tentang materi kuliah dan proyek penelitian. Percakapan berlangsung lancar dan produktif, tetapi Zev juga merasa dorongan untuk membuka lebih banyak tentang perasaannya. Setelah beberapa saat, Zev memutuskan untuk berbicara dengan hati-hati.
"Bu Alana, aku juga ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bimbingan yang telah kamu berikan. Aku benar-benar menghargainya," kata Zev dengan tulus.
Alana tersenyum lembut. "Itu adalah bagian dari tugasku untuk mendukung mahasiswa, tetapi aku senang jika itu membantu."
Zev merasa ada sesuatu yang lebih dalam senyuman Alana, tetapi dia tidak ingin membuat asumsi. "Aku juga ingin mengatakan bahwa aku merasa sangat nyaman berbicara denganmu, bahkan di luar konteks kelas."
Alana mengamati Zev dengan penuh perhatian. "Zev, aku menghargai keterbukaanmu. Aku juga merasa bahwa kita memiliki hubungan yang baik. Tapi kita harus selalu menjaga batasan profesional agar tetap sesuai dengan peran kita."
Zev merasa sedikit kecewa, tetapi dia menghormati pendapat Alana. "Tentu, aku mengerti. Aku hanya merasa bahwa kita bisa berbicara lebih banyak di luar kelas dan mungkin menghabiskan waktu bersama."
Alana mengangguk. "Aku juga ingin menjaga hubungan kita tetap baik, dan aku senang berbicara denganmu. Namun, mari kita pastikan untuk tidak melewati batasan yang ada."
Percakapan ini memberikan Zev perspektif baru. Dia menghargai kejelasan dan ketulusan Alana, dan dia merasa lebih nyaman untuk melanjutkan hubungan mereka dalam batasan profesional sambil terus menjalin komunikasi yang baik.
Hari-hari berikutnya, Zev dan Alana terus berinteraksi dengan cara yang ramah dan profesional. Mereka berbicara tentang kemajuan proyek penelitian Zev dan topik-topik akademik lainnya, dan Zev merasa semakin dekat dengan Alana. Namun, meskipun Alana selalu menunjukkan perhatian dan dukungan, Zev tidak dapat menahan perasaannya yang terus berkembang.
Di luar jam kuliah, Zev menghabiskan waktu bersama teman-teman barunya, termasuk Dimas, Maya, dan Rian. Mereka sering kali berkumpul untuk berbagai aktivitas, dan Zev merasa bahwa persahabatan ini memberikan keseimbangan yang baik dalam hidupnya. Namun, Alana tetap menjadi sosok yang berarti, dan Zev terus mencari cara untuk mengelola perasaannya sambil menghormati batasan yang ada.
Suatu malam, Zev menghadiri sebuah acara di kampus yang diadakan oleh klub basket, di mana Alana juga hadir sebagai tamu undangan. Acara tersebut adalah kesempatan untuk bersosialisasi dengan mahasiswa dan staf. Zev merasa cemas tetapi juga bersemangat untuk melihat Alana di luar lingkungan akademik.
Ketika Zev melihat Alana di acara tersebut, mereka saling menyapa dengan senyuman hangat. Alana tampak santai dan bersenang-senang, dan Zev merasa senang bisa berbicara dengannya di luar konteks kelas.
"Zev, senang melihatmu di sini. Aku berharap acara ini menyenangkan," kata Alana.
Zev mengangguk dengan senyum. "Ya, acara ini sangat seru. Senang bisa bertemu di luar lingkungan akademik."
Mereka berbicara tentang acara tersebut, dan Zev merasa bahwa hubungan mereka semakin berkembang dengan cara yang positif. Meskipun batasan profesional tetap ada, Zev merasa bahwa mereka membangun hubungan yang saling menghargai dan mendukung.
Ketika acara selesai, Zev pulang dengan perasaan campur aduk tetapi bahagia. Dia tahu bahwa perasaannya terhadap Alana masih ada, tetapi dia juga menghargai hubungan mereka yang mendalam dan saling mendukung. Zev merasa siap untuk menghadapi tantangan berikutnya dan melanjutkan perjalanan hidupnya dengan semangat baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness
RomantizmCerita ini mengisahkan Zevanya Aurellia, seorang mahasiswi baru yang merasa canggung dan penuh harapan di hari pertama kuliahnya di kampus. Selama perjalanan awalnya, Zev bertemu dengan Alana Anastasya, seorang dosen muda yang menawarinya dukungan d...