Prolog

26 5 0
                                    

Ariella Senjaya lahir pada 22 November, dalam pelukan keluarga yang dikenal akan ketenangan dan keharmonisannya. Orangtuanya, Senjaya Adiputra R dan Renata Liyliana, adalah pasangan yang penuh kasih, pendukung utama dari semua impian Ariella. 

Namun, kebahagiaan itu hancur seketika. Malapetaka datang malam itu, di Black Tunnel yang dingin, di mana jalanan licin menelan nyawa orangtuanya. Kecelakaan itu mengubah hidup Ariella selamanya. Dalam tragedi tersebut, Ariella yang berusia tujuh tahun adalah satu-satunya anggota keluarga yang selamat, berkat kebetulan ia sedang mengikuti studi tur di kebun teh.

Setelah tragedi tersebut, Ariella dipindahkan untuk tinggal bersama kakek dari pihak ibunya. 

Pada awalnya, kehidupan bersama kakeknya terasa seperti pelarian, sebuah tempat perlindungan yang penuh kasih sayang dan kebijaksanaan. Namun, tak lama setelah itu, kakeknya juga meninggal karena sakit yang dideritanya, meninggalkan Ariella sendirian lagi.

Sekarang, Ariella harus berpindah ke rumah pamannya, adik laki-laki ibunya, yang bersama istri dan kedua anak mereka, menyambut Ariella dengan tangan terbuka, meskipun hanya di permukaan. 

Kehidupan barunya penuh dengan tantangan dan penderitaan. Ariella, yang sebelumnya hidup dalam kenyamanan dan kasih sayang, terjerumus dalam kehidupan yang brutal dan eksploitasi. Rumah pamannya berubah menjadi neraka baginya, di mana dia sering mendapatkan pukulan, baik dari tangan kosong maupun tongkat bisbol. 

Ariella dipaksa bekerja tanpa henti, menguras tenaga dan emosinya demi uang yang sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Saat bekerja keras, Ariella sering kali merenung, "Mengapa semuanya terasa begitu sulit? Aku hanya ingin makan dan tidur dengan nyaman."

Pamannya menjawab dengan kasar, "Ini adalah cara hidup kita di sini. Kamu harus bekerja keras untuk mendapatkan uang. Jika tidak, jangan harap kamu bisa mendapatkan sesuatu," sambil menjambak rambut Ariella.

Bibinya menambahkan dengan dingin, "Kami tidak akan membiarkanmu hidup dengan nyaman tanpa usaha. Kamu harus membayar harga untuk semua ini."

Puncaknya datang saat Ariella berusia 17 tahun. Seorang pria paruh baya muncul dengan tas misterius, disambut oleh paman dan bibinya. Pria itu, pengacara kepercayaan orangtuanya, memberitahukan bahwa seluruh warisan orangtuanya akan dapat diambil dan dikelola oleh Ariella saat dia mencapai usia 18 tahun.

Pria paruh baya itu, dengan nada serius, mengeluarkan dokumen dari tasnya dan berkata, "Ariella Senjaya, seperti yang telah saya sampaikan kepada paman dan bibi Anda, saat Anda mencapai usia 18 tahun, seluruh warisan orang tua Anda akan menjadi milik Anda. Ini adalah hak Anda."

Ariella terlihat bingung, matanya terbuka lebar. "Warisan? Aku tidak tahu ada warisan. Aku hanya mendengar bahwa orangtuaku meninggalkan utang yang sangat besar. Kenapa baru sekarang ada orang yang memberitahu aku tentang warisan ini?"

"Memang benar bahwa ada utang yang harus dibayar, namun orang tua Anda juga meninggalkan sejumlah aset yang tidak pernah Anda ketahui. Warisan ini adalah hak Anda, dan saya di sini untuk memastikan bahwa Anda dapat mengakses dan mengelolanya," jelas pria itu.

Pamannya menjawab dengan nada dingin dan skeptis, "Jadi, kami harus membiarkan Ariella mengambil alih warisan ini? Kami yang selama ini merawatnya. Apakah ini tidak merugikan kami?"

"Ini adalah haknya menurut hukum. Apakah Anda tidak mengetahui betapa pentingnya warisan ini bagi masa depan Ariella? Selain itu, kami hanya bertindak sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku."

Mendengar itu, bibinya membuka suara dengan nada cemas, "Apa yang harus kami lakukan jika warisan itu benar-benar ada? Apakah itu akan mempengaruhi kehidupan kami?"

CIPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang