Kembali ke Rutinitas

20 1 0
                                    

Sergio dan Hanin mengantar kesayangan-nya menuju Diamond high school, Sekolah itu milik kembaran-nya yang tak lain Hashua yang saat ini di pegang oleh anak sulung-nya yaitu Mahendra Sergian.

DHS merupakan SMA swasta yang terkenal mewah dan memiliki fasilitas lengkap serta para pengajar yang mumpuni untuk menunjang kegiatan akademik maupun non-akademik.

Mobil mewah yang mengantar ketiga nya kini telah memasuki kawasan DHS, dan itu membuat semua perhatian tertuju pada mereka.

Mereka tahu pemilik mobil tersebut bukanlah orang sembarangan sebab mobil mewah itu hanya di miliki orang-orang tertentu di sini, namun mereka lebih penasaran tujuan si pemilik mobil.

Tepat ketika turun dari mobil, mata Ariella terlihat berbinar saat melihat bangunan klasik dan mewah di depannya. Sekolah ini jauh lebih besar dan mewah dibandingkan sekolah lama nya.

Kemudian Sergio berjalan menuju tempat anak sahabatnya diikuti dengan Hanin dan Ariella.

Posisi Ariella yang di rangkul Hanin menambah kesan posesif dan protektif keluarga Achillas meski bertolak belakang dengan wajah datar yang mereka tampilkan kepada khalayak umum.

Sergio langsung saja memasuki ruangan bertuliskan kepala sekolah, yang membuat orang di dalamnya terkejut dan menghela nafas ketika tahu pelaku pendobrakan pintu nya secara tidak sopan.

"Tidak sopan seperti biasanya ya, Dad" ucap orang itu

"Duh, Hen kamu kayak gak tahu sifat orang tua satu ini." Jawab Hanin mengejek suaminya. Mendengar itu Sergio mendengus kesal.

"Ya udahlah, silahkan duduk Mom" semuanya pun langsung duduk di sofa yang telah disediakan.

"Jadi, ini bungsu Achillas yang di cerita-in Buna?"

"Iyalah" jawab Sergio ketus

"Padahal adek lucu banget loh cakep lagi, gimana kalo jadi adek nya Abang aja? Kenal Buna Sua kan?"

"Jangan asal bicara, kalau mau adik suruh aja ayah dan buna mu buat lagi atau menikahlah dan buat anakmu sendiri!"

"Wahh pedas sekali ya Dad, lagian menikah itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kalau pun mudah sudah dipastikan aku sudah menikah sekarang."

"Kamu kali yang terlalu pilih-pilih, Hen" sahut Hanin dengan tatapan tidak berdosa nya.

'Sialan, double kill' gumam Mahen

"Jangan bicara kasar didepan bungsuku!" Marah Hanin dan tentu disertai seringai Sergio

"Iya-iya, udah sekarang bahas si kecil ini saja Dad dan berhentilah bertanya persoalan menikah kepadaku" sedari tadi Ariella hanya diam dan memperhatikan interaksi mereka tanpa mau menganggu sebab baginya hal itu cukup menghibur meski ia tidak terlalu paham apa pembahasan mereka.

"Jadi? Adek manis ini umur berapa?"

"Sebentar lagi 18, pak"

"No jangan pak tapi abang oke"

"B-baik abang"

"Good girl, wah abang kira umur kamu 15 tahun"

"Bisa tidak sih jangan se-enak nya bang. Itu adik nya Vie, gak usah ngaku-ngaku deh!"

Tiba-tiba saja Xaviera dan Xeneyri muncul tanpa salam.

Ahh mereka memang posesif sekali

"Dih suka-suka Abang lah, abang juga mau punya adek manis ini. Si Muell membosankan soalnya, mau ya jadi adik abang Hen" Ariella yang bingung pun menatap Hanin untuk meminta persetujuannya.

Akhirnya karena telah jengah Hanin pun menganggukkan kepala dengan pelan.

Terpaksa.

"Iya abang" Mahen yang sangat senang mendengar Ariella yang setuju reflek ingin memeluknya namun langsung di barikade oleh Xaviera yang lebih dulu menarik Ariella kedalam pelukannya.

"Kenapa mau sih, Baby Riiii" Ariella tersenyum dan memeluk Xaviera yang mulai protes.

"Ehm, omong-omong nama manis siapa?"

"Ariella Senjaya"

"Achillas" imbuh Sergio

"Oke, nama abang Mahendra Sergian" setelah berbincang sebentar akhirnya Mahen memberitahukan kelas mereka, Ariella akan menempati kelas 2 Mipa.

Keduanya bersikeras menolak untuk diantar sampai kelas oleh Daddy dan Mommy-nya "Baiklah kalau begitu Dad dan Mom langsung pulang ya, belajar yang baik dan selalu hati-hati"

"Mom juga pulang ya baby, nanti mom mau sekalian bantuin Dad di kantor. Sini peluk dulu" ucap Hanin sembari merentangkan tangannya. Setelah memeluk singkat orang tua nya Ariella merogoh sakunya dan mengeluarkan 2 bar mini chocolate dan memberikan orang tua-nya masing-masing satu.

Sergio dan Hanin saling menatap ketika mendapat coklat mini dari bungsunya. "Ahh manis sekali, kenapa aku tidak diberikan padahal aku juga ingin" mendengar itu kedua paruh baya itu langsung menatap datar kearah Mahendra.

Xaviera dan Xeneyri sudah lebih dulu mengantar Ariella sebab kelasnya berada di lantai 3, Xaviera mengetuk pintu dan membukakannya untuk sang adik.

"Ah, hari ini kalian kedatangan teman baru. Ayo masuk dan perkenalkan dirimu nak" ucap sang guru

Guru dan para siswa-siswi merasa heran dengan perilaku Xaviera yang ikut memasuki ruang kelas. Tapi yang lebih membuat heboh adalah paras Xaviera yang tampan dan menawan berbeda dengan Ariella yang berparas cantik serta lebih condong ke imut dan menggemaskan. Ini seperti serangan bertubi-tubi dan tidak baik untuk kesehatan jantung.

"Perkenalkan saya Ariella Senjaya"

"Ariella Senjaya Achillas" imbuh Xaviera membenarkan ucapan sang adik.

Tepat setelah Xaviera menambahkan nama belakang Ariella seketika ruangan itu hening. Tentu mereka yang berasal dari kalangan atas mengetahui marga ini berbeda dengan orang menengah kebawah yang jarang tahu karena Achillas sangat menjaga dan melindungi privasi keluarganya bahkan tidak banyak foto-foto keluarga Achillas yang tersebar di media.

"Baiklah kalau begitu, Ariella bisa duduk di kursi kosong disamping Albert ya. Albert tolong tunjuk tangan" setelah Albert mengangkat tangan, Xaviera langsung berpamitan pada sang adik untuk ke kelasnya

"Kakak pulang dulu ya Riri nanti istirahat kakak jemput, tunggu kakak oke" Xaviera mencubit gemas pipi Ariella yang mulai berisi dan mengelus pelan rambut nya sebelum keluar dari kelasnya.

"Kakak pulang" Xeneyri langsung mengecup pipi adiknya dan tak lupa membubuhkan elusan pelan di rambut hitam adiknya.

Ariella duduk di kursi yang telah diberitahukan.

"Albert Dimitri" ujar sosok di sebelahnya memperkenalkan diri

"Ariella"

"Senja"

"Huh?"

"Gue panggil Senja!" Ucapnya tanpa meminta persetujuan, Ariella hanya setuju saja.

Maka dimulailah hari Ariella disekolah barunya. Jika di sekolah yang lama ia tidak mempunyai teman maka ia berpikir tidak akan berharap banyak untuk mempunyai teman karena ia hanya ingin sekolah dan menyelesaikan pendidikannya .

___

Vote and comment juseyooo:)

CIPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang