Happy reading!!"Akhirnya datang juga, ayo perkenalan diri dulu" ujar Tio kepada sang anak yang baru saja sampai, tentu saja langsung di turuti.
Gadis itu memasang senyuman manis manis sampai lesung nya terlihat, ia menjulurkan tangan nya yang langsung di sambut hangat oleh Herlan. "Shani om.." tutur nya memperkenalkan diri.
Herlan tersenyum, "Herlan, jangan sungkan panggil saya ayah.." lantas gadis itu mengangguk, jabat tangan mereka terlepas bergantian dengan wanita di sebelah nya.
"Sarah, panggil aja bunda" kata wanita itu sambil tersenyum, Shani yang mendengar itu tertegun, tiba tiba diri nya jadi kangen seseorang.
Setelah itu, ia beralih lagi ke gadis di sebelah Sarah, terlihat dia sudah tersenyum dari tadi. Shani menatap tak asing wajah itu, seperti pernah melihatnya namun dimana.
Si Indira tak ambil pusing untuk mengingat siapa orang yang sedang berjabat tangan dengan nya, ia menunggu gadis itu berbicara.
Gracia, gadis yang di maksud Shani masih diam, saat tangan kedua nya bersentuhan, ada sesuatu yang membuat nya menegang seperti ada aliran listrik dari tangan lawan nya, jantung nya berdebar kencang bak habis lari maraton, apa lagi melihat senyuman gadis itu.., ah rasanya Gracia ingin pingsan di pelukan nya.
Shani yang Gracia lihat disini, sangat amat jauh berbeda dengan Shani yang di kampus.
Satu senggolan pada lengan nya membuat diri nya tersadar, ia mengejap beberapa kali, "g-gracia" katanya dengan gugup, ia masih belum bisa mengendalikan detak jantungnya.
Shani melepas jabatannya, kemudian duduk di sebelah sang papa. "Oke karena sudah lengkap, bagaimana kalau kita makan dulu?" Tawar Tio yang di setujui oleh semua nya.
Mereka makan sambil mengobrol juga sedikit candaan, semua nya terlihat sangat harmonis.
*
*
*
*"Karena kalian berdua sudah setuju, bagaimana kalau kalian menikah besok?" Tawar Sarah membuat dua gadis remaja itu membulatkan matanya.
"Boleh juga tuh, gimana gre shan, kalian keberatan?" timpal Harlan yang setuju dengan tawaran sang istri.
"Bagus, saya juga setuju. Lebih cepat lebih baik" tambah Tio yang ikut setuju.
Ketiga orang tua itu menatap Shani dan Gracia, Shani masih sama matanya membuat juga mulut yang sedikit mangap, sedangkan Gracia, ia tersenyum dan sekarang mengangguk.
"Gre sih setuju setuju aja, gimana Shani nya aja" ucap nya dengan semangat, wajah nya mencetak senyum yang manis, ia ikut menatap Shani seperti tiga orang paruh baya itu.
Mata nya semakin melebar begitu juga belah bibir nya, ia menatap tak percaya Gracia, "a-apa tidak kecepatan?" Tanya nya, sungguh mereka baru kenal, masa harus nikah besok, tidak tidak Shani tidak akan setuju dengan itu.
"Lebih cepat lebih baik Shani.." suara itu berasal dari Tio, tatapan nya berubah menjadi tajam seolah mengancam Shani untuk menerima nya.
Shani menatap Tio, ia sangat mengerti tatapan itu, gadis itu menutup matanya kemudian menghela nafas, "baiklah Shani ikut saja, yang menurut kalian itu baik.." membuka matanya kembali dan dengan perlahan tercetak senyum di bibir nya.
Tentu saja semua nya terpaksa.
*
*
*
*
*Brukk..
Brukk..
Brukk..
"Benci benci benci! Akkhhhh!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
make me feel love gre. greshan
Teen Fiction"love is bullshit"~S "love is magic" ~ G bisakah Gracia menghilangkan trauma yang membekas di hati Shani? bagaimana kelanjutan ceritanya? baca saja. g×g ga suka skip!