"ayah, bunda gre pulang!.." ucap Gracia dengan lantang saat baru pulang dan memasuki rumahnya.
Dua orang yang berstatus suami istri yang sedang duduk di sofa ruang tamu langsung menoleh ke arah sang anak. "Eh udah pulang" jawab bunda dengan di hiasi senyuman, terlihat sang ayah yang sedang mengisyaratkan untuk mendekat sambil berkata "sini nak.."
Gracia yang melihat kedua orangtuanya itu, mulai berjalan menuju mereka. Saat sampai di depan ayah dan bunda, Gracia langsung mengecup punggung tangan ke dua nya, lalu bunda Gracia memberikan isyarat agar duduk di tengah nya dan sang suami.
Gracia dengan nurut langsung mendaratkan bokongnya di tengah ayah dan bunda nya. "Kenapa nih? Kok tumben banget pada ngumpul? Terus, kok ayah pulang nya cepet?" Baru saja duduk, Gracia langsung melayangkan pertanyaan dengan bertubi-tubi, kepoan sih.
Kedua orang tua Gracia terlihat tersenyum, "ohh..jadi gitu, ayah ga boleh pulang cepet nih? Cukup tau sih.." ucap sang ayah yang langsung melunturkan senyuman nya dan berubah menjadi kecewa, yah bapaknya Gracia pundung nihh.
"Gaa..bukan gitu yah, ya kan biasanya ayah pulang nya malem gitu, jarang pulang sore gini" duh, Gracia sedikit panik saat mendengar ujaran sang ayah tadi, sungguh Gracia tidak bermaksud untuk melarang sang ayah nya untuk pulang cepat.
Ayah Gracia yang melihat Gracia sedikit panik, malah menyetak senyum di wajahnya yang bisa di bilang tampan walau pun kulit nya sudah mengkerut. Ia tersenyum Karana merasa berhasil menjahili sang anak.
"Iya iya, ayah bercandaan doang kok. Sebenarnya ayah pulang cepet karena mau ngomong sesuatu sama kamu" ucap sang ayah sambil mengelus rambut Gracia dan mengatakan tujuan ayah Gracia mengapa pulang lebih awal dari biasanya.
Gracia menatap lekat mata sang ayah sambil mengerutkan keningnya, ingin bicara apa sampai sampai pulang lebih cepat, apakah ada masalah serius? Sungguh Gracia sangat penasaran sepenting apa ayah nya ingin berbicara dengan nya. "Mau ngomong apa yah?" Tanpa basa basi Gracia yang sudah kepo langsung bertanya.
Ayah melirik istri nya yang ada di sebelah Gracia, terlihat sangat istri mengangguk sambil tersenyum. Ayah menatap mata sang anak, ia menarik nafas nya dalam dalam lalu menghembuskan nya secara perlahan, agar lebih tenang.
Semua pergerakan dari kedua orangtuanya itu membuat Gracia semakin bingung, dan cepat ingin tahu apa yang akan di bicarakan sang ayah. Bagaimana tidak kepo sekarang lihat sang ayah sedang memasang wajah yang sangat serius.
Ayah memegang pundak Gracia lalu mulai berbicara, "kamu ayah jodohkan dengan anak rekan bisnis ayah, karena beliau sudah membantu perusahaan kita saat kita susah, jadi beliau ingin kita berbalas Budi dengan cara manikahkan anak kami." jelas sang ayah, membuat Gracia diam mematung dan dengan perlahan membuka belah bibir nya.
"Gimana gre, kamu mau? Kalau kamu tidak mau, ayah tidak maksa, nanti ayah akan bicarakan lagi dengan beliau" tanya sang ayah, yang jika Gracia menolak ia tidak akan memaksa, karena ayah Gracia bukan tipe orang yang memaksakan sang anak.
Gracia masih mematung, otak nya masih mencerna ucapan pertama sang ayah yang tidak lah pendek.
Memang benar saat itu perekonomian keluarga Gracia sedang bermasalah, di karena perusahaan ayah nya yang tiba-tiba kehilangan banyak klien. Tapi, kata ayah nya ada satu klien yang menyumbangkan dana sangat besar, dan karena itu perusahaan sang ayah berkembang lagi, bahkan makin berkembang dari sebelum nya.
Sepertinya otak Gracia sudah mencerna semua ujaran dan pertanyaan sang ayah, ia tidak lagi menatap ayah nya, namun ia menatap sang ibunda yang sedang tersenyum manis sambil mengangguk.
Ibunda tercinta Gracia itu kini mengelus rambut sang anak, "kalau kamu tidak mau jangan memaksakan yaa sayang...., Ayah sama bunda tidak mau kamu menuruti permintaan kita dengan terpaksa, ayah sama bunda takut kamu tidak bahagia nantinya" ucap bunda dengan sangat amat lembut sambil terus mengelus rambut Gracia.
Gracia tampak bingung sekarang, dengan perlahan ia menundukkan kepalanya, "boleh ga kalau gre pikir pikir dulu?" Tanya nya.
Bunda tersenyum mendengar pertanyaan sang anak ia mengangkat kepala Gracia, lalu mengelus pipi nya, "tentu saja sayang...,tapi jangan dipaksa ya kalau tidak mau. Ingat kebahagiaan kamu, itu yang paling utama bagi ayah dan bunda" tutur kata yang sangat lembut itu membuat Gracia sedikit menghilangkan kebingungan nya berkurang.
Dengan perlakuan sudut bibir Gracia terangkat dan mencetak senyum di wajahnya, ia mengangguk "ya udah Gracia naik dulu yaa, mau bersih bersih" pamit Gracia yang di angguki ayah dan bunda.
Gracia bangkit dari duduk nya, lalu mulai berjalan menuju tangga. Namun saat baru menginjak anak tangga yang ke tiga, ia menoleh karena sang bunda yang memanggil nya.
"Nanti, makan malam jangan lupa turun.." ucap nya dengan lembut.
Gracia mengangguk, "iyaa Bun, ya udah gre naik dulu yaa.." ucap nya yang di angguki ke dua orang tuanya. Gracia melanjutkan langkah yang terhenti menuju kamar.
~•°°•~
"Habis dari mana? Tidak lihat sekarang sudah jam berapa?"
Sebuah suara berat seorang pria paruh baya dengan tubuh yang masih tegar, menyambut sang anak di depan pintu dengan wajah datar.
Sang anak hanya melirik sekilas wajah sang papa lalu berjalan menuju kamarnya yang ada di atas, namun lengan nya di tahan membuat nya menoleh dan menatap wajah papa nya dengan datar. "Lepas Shani mau ke kamar, Shani cape." Itu lah kalimat yang di lontarkan Shani dengan nada dingin, ia juga berusaha melepaskan cengkraman sang papa.
Sang papa malah semakin mencengkram tangan Shani dengan lebih keras lagi. "Papa mau bicara sebentar." Ia tarik Shani secara paksa menuju sofa, lalu menyuruh nya duduk.
Shani hanya bisa pasrah, ia mengikuti saja apa yang papa nya lakukan. Setelah ia duduk, Shani menghindari tatapan dingin sang papa.
Sang papa juga tampak tidak peduli, karena ia hanya ingin memberitahu kepada anak bahwa, "kamu papa jodohkan dengan rekan papa." Ucap nya langsung ke inti percakapan.
Shani tampak terkejut, ia langsung menatap wajah datar papanya, "ga! Shani ga akan mau!" Shani mulai meninggikan suaranya untuk menolak permintaan sang papa.
Papa Shani melirik sang anak di samping lalu beranjak dari tempat duduk nya, "papa tidak mau tau, pokoknya kamu tidak boleh menolak." Kalimat itu lah yang mengakhiri percakapan singkat mereka, dan papa Shani mulai berjalan menuju kamar nya.
Shani menyenderkan punggungnya di sofa dengan lemas, ia ingin marah namun ia tidak bisa melawan perkataan sang papa. Dengan lelah ia bangkit, lalu menaiki anak tangga hingga akhirnya sampai kamar.
Shani merebahkan tubuhnya yang sangat amat lelah, ia memandangi langit langit kamarnya lalu menutup mata. Tanpa sadar air mata Shani turun secara perlahan.
"Ma Shani kangen, Shani mau nyusul mama aja, boleh ga? Shani udah lelah sama dunia yang tidak adil ini ma..., Shani rindu pelukan mama." Ucap Shani begitu lirih, air matanya sudah seperti air terjun sekarang.
Dan, malam ini merupakan malam yang sangat melelahkan bagi Shani. Ia menangis sampai indra penglihatan nya terasa berat, dan ia mulai tertidur.
Tbc
Hehe, jangan lupa vote yaa.
Oh iya, lupa chapter sebelumnya lupa aku kasih 'tbc' hehe, maaf yaa.
Tengkyu yang sudak baca 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
make me feel love gre. greshan
Fiksi Remaja"love is bullshit"~S "love is magic" ~ G bisakah Gracia menghilangkan trauma yang membekas di hati Shani? bagaimana kelanjutan ceritanya? baca saja. g×g ga suka skip!