"Selamat pagi, Kak Gem!" sapa Thorn ceria saat memasuki dapur.
"Pagi, Thorn," balas Gempa, yang tengah sibuk memasak sarapan.
Melihat kakaknya kewalahan, Thorn segera menawarkan bantuan. Ia mulai menata piring dan menyusun makanan di meja makan agar lebih rapi.
"Thorn, bisa tolong bangunin yang lain?" pinta Gempa sambil tersenyum.
"Tentu!" sahut Thorn dengan senang hati.
Dengan semangat, Thorn menaiki tangga menuju lantai dua, tempat kamar para kakaknya berada. Ia memutuskan untuk membangunkan Halilintar lebih dulu. Berdiri di depan pintu yang memiliki lambang petir, Thorn mengetuknya beberapa kali sebelum sedikit berteriak
"Tok tok!"
"Kak, ayo turun makan!"
Terdengar suara langkah kaki, lalu pintu terbuka, memperlihatkan wajah Halilintar yang baru bangun—mata masih sayu, tapi tetap terlihat tegas.
"Hn, kakak nyusul," gumam Halilintar sebelum kembali menutup pintu kembali
Thorn tak terlalu memikirkan sikap dingin si sulung dan segera menuju kamar berikutnya. Kini, ia berdiri di depan kamar Ice dan mengetuk pelan
"Tok tok!"
"Kak Ice, ayo sarapan!"
Tidak ada jawaban. Thorn mulai berpikir kalau kakaknya masih terlelap
"Cklek."
Thorn menoleh saat mendengar suara pintu lain terbuka.
"Eh, Kak Taufan?"
Thorn mendapati Taufan berdiri di depan kamarnya sendiri dengan raut bingung
"Thorn? Kamu ngapain di depan kamar Ice?" tanyanya
"Th—"
Belum sempat Thorn menjawab, pintu kamar yang sudah di tutup kakak keduanya kembali terbuka menampil orang yang daritadi sedang di cari
"Kak, ini gimana cara—... Eh? Thorn?"
"Loh?"
Ketiganya saling berpandangan dalam diam. Situasi menjadi sedikit canggung.
Sampai akhirnya...
"Kalian bertiga ngapain berdiri di tangga kayak patung? Ayo turun makan," suara Gempa memecah suasana canggung tersebut
Thorn masih terdiam, bukan karena bingung, tapi karena terpana melihat ketampanan kakak kedua yang terlihat begitu cerah pagi ini.
Sementara itu, Ice menunduk malu, dan Taufan... hanya ikut-ikutan diam saja sebenarnya
"Ice, tadi butuh apa?" tanya Taufan lembut.
"I-Ini... gimana cara pakai ini?" Ice menunjukkan dasi sekolah dan slayer eskulnya dengan gugup.
Taufan terkekeh kecil sebelum membantu Ice mengenakannya dengan benar
"Nah, begini caranya."
"Terima kasih, Kak," ucap Ice, masih sedikit malu
"Sama-sama."
Taufan kemudian turun, perutnya sudah mulai berteriak minta diisi. Thorn, Ice, dan Halilintar menyusul tak lama kemudian, lalu duduk di tempat masing-masing di meja makan
"Ice," panggil Gempa.
"Kenapa, Kak?"
"Setahu Kakak, hari ini libur. Kok pakai seragam sekolah?" Tanya Gempa
"Ada eskul," jawab Ice tenang.
"Mau Kakak antar?"
Suara lembut Taufan membuat siapa pun yang mendengarnya merasa nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Yang Paling Tampan
FanfictionCerita ini author buat seperti one shoot walaupun setiap chaptrernya masih masuk sama chapter sebelumnya