1. PERTEMUAN SETELAH ENAM TAHUN

93 22 15
                                    

Langit gelap mengantung rendah di atas kota seolah mencerminkan suasana hati Aqwine yang dengan kehati-hatian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit gelap mengantung rendah di atas kota seolah mencerminkan suasana hati Aqwine yang dengan kehati-hatian. Ia menatap gedung megah di depannya, logo Viano Corp yang terpampang besar di bagian atas gedung sehingga memancarkan aura kekuasaan yang tak terbantahkan. Hujan yang turun membuat udara dingin meresap hingga ke tulang, namun bukan dingin cuaca yang menggucang dirinya melainkan kenyataan bahwa ia harus kembali berhadapan dengan masa lalu yang selama ini ia hindari.

Langkah Aqwine terasa berat saat melewati pintu kaca besar gedung itu. Sepatu hak tingginya menghasilkan suara ketukan pelan di lantai marmer yang mengkilap. Semua ini terasa seperti dejavu membawa ingatannya kembali ke masa-masa di mana ia tidak memiliki pilihan selain menyerahkan dirinya pada keadaan.

Enam tahun yang lalu, Aqwine hanya seorang gadis muda yang berjuang keras demi menyelamatkan bisnis keluarganya yang berada di ambang kehancuran. Perusahaan ayahnya yang telah dibangun dengan susah payah mengalami krisis besar karena utang yang terus menumpuk. Saat itu, bantuan datang dari arah yang tak terduga.

Alviano Damaris.

Ia masih ingat saat pria itu muncul dengan tawaran sekaligus menjadi perangkap. Insiden malam itu, pernikahannya dengan Alviano adalah keputusan yang tidak ingin diambilnya tetapi keadaan memaksa. Demi menyelamatkan perusahaan keluarganya, ia menyerahkan hidupnya pada pria yang bahkan tidak pernah melihatnya sebagai seorang yang berarti. Alviano yang sekarang terlihat dingin, terlalu logis dan lebih sering bicara dengan tatapan tajam daripada dengan kata-kata.

Ia tidak akan pernah lupa bagaimana Alviano menatapnya malam itu, tepat setelah mereka menikah. Mata kelam pria itu penuh ketidakpedulian. "Kita hanya perlu menjalani ini seperlunya. Aku tidak ingin keterlibatan lebih dari sekedar nama di atas kertas."

Kata-kata itu menjadi tembok yang tidak pernah bisa di tembus Aqwine. Mereka hidup dibawah atap yang sama selama beberapa bulan, tapi jarak di antara mereka terasa seperti jurang tanpa dasar. Ketika Aqwine akhirnya pergi, Alviano tidak menahanya ia hanya diam seperti biasa.

Kini enam tahun kemudia mereka bertemu kembali. Saat Aqwine memasuki ruang rapat di lantai tertinggi gedung, ia tidak menyangka akan melihat Alviano berdiri di ujung ruangan. Pria itu terlihat berbeda. Lebih dewasa, lebih dingin seolah waktu hanya mempertegas karakter yang sudah keras. Tatapannya menusuk langsung ke mata Aqwine hingga suasana di antara mereka mendadak membeku.

"Aqwine." Suaranya pelan hampir seperti bisikan tetapi cukup untuk membuat perhatian di ruangan itu tertuju padanya.

Aqwine menelan ludah, mencoba menjaga wajahnya tetap tenang. "Tuan Alviano." Balasnya dengan nada formal.

Ekspresi Alviano tidak berubah. Ia hanya menangguk kecil sebelum kembali duduk di kursinya, sikapnya yang dingin membuat Aqwine merasa seperti orang asing. Namun tatapan pria itu sesekali mencuri pandang ke arahnya sepanjang rapat berlangsung meskipun tidak pernah ada emosi yang tersirat dimatanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COLLATERAL HEART [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang