"Kamu, hamil? " tanya sang ibu tiri, ketika mereka bersebelahan saat di pelaminan.
Ya, hari ini hari pernikahan Karin bersama Satria, dengan resepsi yang diadakan begitu mewah. Seolah Mita ingin memberitahu pada dunia bahwa anaknya bukanlah seorang gay, yang selama ini mereka bicarakan.
Dan, memang benar pernikahan ini menjadi buah bibir semua kalangan, bahkan menjadi tranding topik.
Dengan judul yang beraneka ragam. Namun ada beberapa yang sempat Karin baca tadi, yang berbunyi.
Akhiri masa lajang, Satria Permana resmi menikah dengan Karina Miranda.
Patahkan spekulasi yang menyatakan diri nya gay, Satria resmi menikah dengan seorang perempuan cantik dengan jarak umur yang cukup jauh.
Seperti raja dan ratu, Satria Karina tampil menawan di pemberkatan tadi pagi.
Mengejutkan Satria Permana resmi nikahi pujaan hati nya sesungguhnya.
Tulisan terakhir, benar-benar membuat Karin tertawa membacanya.
Kekasih? Oh dia bukan kekasih dari pria kaku ini, sungguh.
Bicara pria kaku, dari tadi wajahnya begitu datar, bahkan saat membuka veil nya, untuk mencium nya, walaupun sedikit lama dan cukup nikmat. Tetap saja, pria itu melakukan nya dengan datar.
Awalnya Karin berpikir, pria itu hanya akan mencium dahinya, tapi dugaan nya salah, yang di cium pria itu ialah bibir nya.
Kalau Karin rating 90/100 lah, apa pria itu mencium kekasih pria nya seperti itu juga?
"Jadi, berapa bulan? "tanya ibu tirinya itu lagi, sambil menyenggol bahu Karin.
Mendengar pertanyaan Lastri itu, membuat Karin kesal.
" Aku nggak hamil ya, enaknya. Aku ini masih gadis, "ujar Karin dengan nada kesal.
" Gadis? Gadis di sini belum menikah kan? Tapi banyak ibu baca loh di kota banyak perempuan yang hamil tapi belum nikah, tetap fi bilang gadis, " ujar Lastri.
"Aku masih P E R A W A N." Kali ini, Karin mengeja huruf demi huruf itu, untuk membentuk kata.
"Masa iya? Ibu kok nggak percaya. Kita tunggu berapa bulan lagi, pasti perut mu bakal besar. Nggak mungkin di nikahi kalau nggak terjadi apa-apa, " ujar Lastri dengan wajah meragu nya.
Karin yang mendengar itu hanya berdecak kesal. Emang tidak akan terjadi apa-apa , kalau Ibu tiri nya ini tidak berhutang. Sok bisnis segala.
Tunggu beberapa bulan lagi? Selamat menunggu bu, karena asal Ibu tahu aja, menantu ibu ini adalah gay. Ingin sekali Karin berteriak seperti itu di hadapan Lastri.
Tapi, tidak bisa ia lakukan. Mengingat, sekarang dia sudah menjadi Nyonya Permana, yang harus menjaga etika di publik. Agar tidak di jadikan bahan gunjingan.
Karena itu, dia mendekat ke arah sang suami, sembari melingkar kan tangannya di lengan pria yang berstatus suaminya itu.
Namun, sebelum itu. "Bu, tolong anaknya di kondisikan, malu sendiri aku," ujar Karin, sembari mengedikkan dagunya ke arah adik-adiknya, yang sedang makan dengan porsi banyak.
"Biarin kenapa sih. Adik kamu itu lagi makan enak. Jangan gitu, " gerutu Lastri sebal.
"Terserah! " decak Karin, tak kalah sebalnya.
"Adik kamu benar-benar kampungasn, serasi dengan kakaknya yang bitch, " ujar Satria dengan suara pelan nya.
"Uhh, ya dan sekarang kamu gabung di circle bitch dan kampungan ini, Mas. Mau mencoba malam ini? Buy one get one, main satu ronde bonus satu ronde, " ujar Karin, berbisik di telinga Satria, sebelum matanya mengedip untuk menggoda.
"Itu pun, kalau milik mu berdiri ya, sama perempuan, " lanjut Karin, terkekeh geli.
"Bitch! " umpat Satria, yang ternyata terdengar oleh ibunya yang berdiri disebalah pria itu.
"Adi, jaga bicara kamu. Nanti, di dengar oleh tamu, " ujar Mita, menatap tajam putra nya.
Sedangkan Karin, hanya menampilkan wajah kalem nya, saat Mita dan Satria melihat ke arahnya, walaupun di dalam hati dia berteriak kesenangan.
Setelah itu, mereka di sibukkan untuk bersalaman, beramah tamah dengan para tamu yang hadir.
***
"Ini, beneran nggak ada malam pertama? " keluh Karin, dengan keadaan yang sudah membersihkan diri.
Walaupun lelah berdiri, untuk menerima tamu, Karin tetap ingin merasakan malam pertama seperti pengantin yang lain.
"Begini ya, nikah sama gay. " Lagi-lagi Karin mengeluh.
Keluhan Karin ini, bersamaan dengan pintu kamarnya terbuka, menampilkan Satria berdiri di sana, dengan kemeja yang sudah acak-acakkan.
"Dia, main dulu, sama sekretaris nya? " gumam Karin, saat melihat penampilan Satria.
Karena memang, selama di pelaminan, Karin melihat sekretaris pria yang berstatus suaminya itu berkeliaran di acara. Bahkan wajahnya terlihat begitu sedih. Mungkin sedih, karena ke kasih hatinya bersanding dengan Karin.
"Setelah pernikahan ini, apa lagi yang ibu saya inginkan dari kamu, Karin? Dan apa yang kamu dapat, kalau kamu berhasil? " tanya Satria, sambil melemparkan jas yang sedari tadi ia tenteng ke lantai.
"Jawab! " ujar Satria berteriak, saat tidak menerima jawaban apapun dari Karina.
Karina yang memang pemberani dan pembangkang, sejujurnya belum pernah dibentak oleh seseorang laki-laki, karena itu, dia merasa kaget.
"Anak, dan yang aku dapat itu berapa persen saham serta butik, " ujar Karin dengan tatapan tajam nya menatap Satria, menandakan dia suka dengan nada tinggi yang pria itu berikan.
"Apa menurut mu kamu akan berhasil mendapatkan itu? " tanya Satria.
"Tidak, aku masih meminimalisir rasa malu kamu, pasti milik mu tidak akan berdiri kan? Kalau dekat perempuan. " Karin mengatakan itu, sambil melihat milik Satria yang masih tersimpan di balik celana bahan nya dengan tatapan kasihan nya.
Satria yang mendengar ucapan gadis muda itu, mengumpat dari dalam hati,apalagi jika melihat tatapan kasihan perempuan itu, sebelum tersenyum miring. "Daripada mengasihani says, seharusnya kamu harus lebih mengasihani dirimu sendiri Karin. Apalagi cara berciuman kamu tadi, seperti amatiran, " ujar Satria menghina.
Karin yang mendengar hinaan itu, membesarkan matanya tidak terima. "Siapa yang amatiran, situ kali yang amatiran, gugup di lihat pacar situ, eh? " ujar Karin, mengejek.
"Di altar, bahkan tangan mu dingin, Karina. Kalau masih kecil tu, jangan ngebet nikah, " ujar Satria lagi.
Karin yang tidak terima di hina itu, dengan segera menyerang bibir Satria, menciumnya dengan sembarangan, dan Satria hanya diam saja. Sama sekali tidak membalas.
Sampai Karin menjauhkan dirinya. "See? Kamu yang amatiran! "
"Seperti ciuman dengan anak SD, " ujar Satria, lalu meninggalkan Karin dengan perasaan penuh amarahnya.
"Jangan pernah menggoda saya, Karin. Dengan skill ciuman anak SD kamu itu, " ujar Satria, di depan pintu kamar mandi, lalu menutup nya dengan kencang.
Karin yang mendengar itu, mengepalkan tangan nya penuh amarah.
"Sok mengomentari ciuman orang! Situ aja gay! " kesal Karin. "Lihat aja nanti, gue balas Bangsatria! "
T. B. C
KAMU SEDANG MEMBACA
intimate feeling
ChickLitImpian Karin adalah menjadi istri dari seorang pria kaya, yang memiliki rumah sendiri. Agar ia bisa bebas bercinta dengan sang suami atau bisa menggunakan daster tali satu dimana saja, tanpa dilirik sinis oleh mertuanya. Karin bisa mendapatkan sua...