5) the pain

395 55 4
                                    

Sosok itu menjambak sendiri rambutnya, terisak pelan di keheningan malam. Tak akan ada siapapun yang peduli atau menemukan nya.

Dia duduk di atap lstana Jade yang tak pernah di kunjungi siapapun, karena memang istana itu hanya dikhususkan untuk tamu diplomat yang akan menginap. Jay aman sendirian di sini.

"Haah... Bodoh, kau benar-benar bodoh ya Jay?" Monolognya sembari menatap langit dengan taburan bintang yang seakan mengurung dia.

Bagaimana bisa dia sekejam itu pada orang yang sudah memiliki hatinya?

Air mata terus mengalir, dan dia tak berniat untuk menghapus. Setidaknya biarkan dia menikmati rasa sakit ini. Tentang kisah cintanya yang kandas, tentang semua kebohongannya, tentang semua yang pernah mereka lakukan bersama. Jay ingin mengenang semua untuk yang terakhir kali.

"Kau yang akan jadi ksatria pribadi ku? Yang benar saja, bahkan aku ragu kau bisa bermain pedang."

Kira-kira seperti itu kalimat pertama yang Tuan Muda nya ucapkan ketika mereka pertama kali bertemu. Sosok angkuh dalam balutan pakaian resmi kerajaannya saat Jay hendak mengucap sumpah ksatrianya.

Sama seperti first impression orang lain terhadap Pangeran Philip itu, ingin sekali dia menonjok wajah Solon dan pergi dari sana. Tapi jika begitu, sia-sia saja perjuangan nya mengikuti latihan militer kerajaan selama 3 tahun.

Namun, saat itu dia mulai menyadari. Solon tak seburuk yang orang lain kira.

"Aku membenci hidup ini, tapi aku tak pernah membenci mu."

Memori itu berganti, menjadi sebuah kenangan lain yang juga begitu berharga baginya. Ah, semua tentang Solon adalah sesuatu yang istimewa. Apapun itu.

Pangeran itu dulu pernah dihukum oleh sang Kaisar dengan 50 kali cambukan, karena hal sepele.

Masih teringat jelas ketika Jay merengkuh tubuh lemah Solon dan menangis dalam pelukannya. Bagaimana tangan itu mengusap air mata dan menenangkannya. Mengatakan semua baik-baik saja dan cambukan itu bukan apa-apa.

Dan, saat itu adalah pertama kali bagaimana bibir mereka bersentuhan.

"Jay Noah Laurent, aku menyukaimu!"

Ah, suara lama itu menggema dalam kepalanya. Sudah lama sekali, ketika mereka sedang berburu di Savernake Forest, dan sedang beristirahat di tepi sungai.

Jay yang tiba-tiba membungkus perban di lengan Solon tentu sangat terkejut dengan pernyataan tanpa persiapan sang pangeran. Kala itu, dia yakin pipinya langsung berubah merah.

Masih terngiang jelas pula bagaimana Solon berjuang untuk meyakinkan pemuda ini untuk menerima cintanya. Memaksanya untuk menemani jika Solon ada pekerjaan hingga larut malam, merawat Jay jika pemuda manis itu jatuh sakit. Dan akhirnya Solon berhasil, pangeran itu berhasil membawa seluruh hatinya.

Kisah lama yang sangat manis, juga pedih secara bersamaan.

Dadanya sakit, sungguh.. Lebih baik dia menghadapi ratusan monster ataupun makhluk buas daripada merasakan rasa sesakit ini.

Air matanya masih tak berhenti turun, dam Jay masih tak berniat untuk menyelesaikan acara menangisnya.

Sudah lewat tengah malam, itu berarti perjalanannya di mulai besok.

Hanya ada waktu satu hari lagi sebelum dia berpisah dengan apapun yang ada di istana ini. Berpamitan juga pada mereka yang selama ini setia pada nya. Dan mungkin, menitipkan sepucuk surat untuk Solon, walau dia yakin, Pangeran itu sudah tak ingin lagi bertemu atau mendengar segala sesuatu tentangnya.

The One that Got Away [Sungjay] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang