Mungkin, ini terjadi sekitar tiga bulan yang lalu. Saat itu, Analika adalah seorang gadis ceria yang selalu aktif di kelasnya. Para guru mengenal Analika sebagai sosok murid pintar dan penurut. Banyak yang menyukai gadis itu. Selain pintar, Analika juga merupakan gadis yang lembut dan sangat ramah. Tidak sedikit murid laki-laki yang menaruh perhatian padanya.
Hanya saja, Analika tidak pernah menganggapnya serius. Bahkan tak sekali dua kali, ada seseorang yang menyatakan cinta padanya, dan pasti akan di tolak secara baik-baik. Bukan karena merasa menjadi wanita yang sepesial, tetapi karena Analika tak memiliki waktu untuk mengurusi hal asmara.
Sejak orang tuanya meninggal, gadis itu tinggal bersama kakak dari pihak mama nya—yaitu keluarga Abeng. Di awal-awal tahun tinggal bersama, mereka memang memperlakukan nya dengan baik. Bahkan sangat baik. Namun, lambat laun, semuanya mulai berubah. Analika menyadari semua itu saat dirinya berada di kelas dua Sekolah Menengah Pertama. Dimana tante nya mulai tak segan untuk memukul nya.
Hidupnya bagaikan di neraka, namun saat itu, Abeng hadir sebagai pelindung baginya. Bahkan Abeng rela menjadi pembangkang hanya untuk membela dirinya. Analika bahagia, tentu saja. Karena setidaknya, masih ada seseorang yang peduli padanya.
Pesona seorang Analika memang tidak bisa diabaikan, sampai membuat banyak siswi lain diam-diam membenci gadis itu. Di awal tahun kelas XI, saat masih merupakan semester baru, Analika mulai merasakan perundungan yang menimpa dirinya. Dari mulai fitnah yang beredar bahwa dia adalah perusak banyak hubungan orang, sampai kabar menjadi simpanan sang Kepala Sekolah.
Hidupnya yang telah perih, kini semakin perih. Seolah tak ada lagi tempat aman untuknya berlindung. Tetapi sekali lagi, Abeng masih tetap berdiri untuk membelanya. Bagi Analika, tidak peduli se-jahat apapun dunia, selagi Abeng masih berada di pihaknya, maka semua akan baik-baik saja.
Sampai semuanya terbukti tiga bulan yang lalu.
Hari itu, sekolah telah usai sejak satu jam yang lalu. Semua siswa sudah kembali ke rumah masing-masing. Hanya tinggal beberapa siswa yang masih berada di sekolah, tengah melakukan ekstrakurikuler. Analika duduk sendiri di depan kelas nya, menunggu Abeng yang sedang latihan basket bersama teman-temannya.
Saat tengah fokus menatap layar ponsel, tiba-tiba saja tangannya di tarik oleh seseorang, hingga ponsel tersebut terlempar ke lantai. Analika mendongak, menatap ketiga gadis di depannya yang nampak asing. "Kalian siapa?" tanyanya berusaha tenang.
Salah satu dari ketiga gadis yang memiliki rambut paling panjang, bersuara kepada kedua temannya. "Bawa dia pergi!"
"Hei, lepas!! Kalian ini siapa?!" Analika mencoba untuk memberontak, namun kedua gadis itu tidak kalah kuat mencekal lengannya dan juga menyeretnya pergi ke arah gudang sekolah.
"Tutup pintu nya!" Begitu pintu gudang di tutup, tubuh Analika sudah di dudukan pada sebuah kursi, dengan kondisi tangan dan kaki yang di ikat. Gadis dengan rambut panjang tersebut lalu berjalan ke arah sekelompok remaja laki-laki yang sudah menunggu di dalam. "Udah gue bawa tuh hama! Terserah lo mau apain dia." ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karen Laka
General FictionSemesta menghadirkan dia, untuk mencicipi pahit manisnya sebuah kehidupan. Dengan tubuh kurusnya yang babak belur di hajar pahitnya kenyataan. Dia di paksa agar terus berdiri menjulang, untuk menjadi pelindung bagi orang-orang tersayang. Dia Karen...