Apakah kita telah memasuki akhir dari keluarga cemara? Sebuah keluarga yang kini menjadi utopia bagi banyak orang dan anak-anak yang terluka dan keberadaanya kian menjadi langka dan susah dijangkau.
Saat kondisi di dalam masyarakat semakin dipenuhi oleh anak-anak broken home, korban perceraian orangtua, keluarga yang penuh masalah dan tak harmonis, anak-anak yang diperlakukan layaknya mesin uang oleh orangtuanya sendiri, diperlakukan layaknya anak tiri dan tak dicintai, korban kekerasan rumah tangga, dan keluarga yang tak lagi bisa dijadikan rumah atau tempat untuk berpulang.
Saat keluarga yang indah, damai, serba berkecukupan, dan penuh rasa aman tak lagi mudah untuk didapatkan dan bagi sebagian orang sudah tak lagi mungkin bisa wujudkan. Apakah dengan menikah, membangun dunia baru yang jauh dari orangtua, memiliki anak dan keluarga kecil yang diimpikan akankah bisa menyelesaikan sebagian besar masalah yang kita miliki?
Tidak. Tidak semudah itu.
Dunia setelah runtuhnya keluarga tradisonal yang cukup berbahagia adalah dunia yang lebih kejam dan tak mudah dijalani. Konsep mengenai keluarga cemara semakin jauh bagi kita dan generasi baru yang lahir. Terlebih, untuk bisa mempertahankan usia pernikahan hingga akhir hayat adalah suatu hal tak bisa lagi dilakukan oleh siapa saja.
Saat hubungan sosial menjadi kian sulit dan tak mudah dijalani. Saat populasi masyarakat terlalu keruh dengan orang-orang yang terluka dan bermasalah. Saat nilai pertemanan telah runtuh. Saat isi rumah dipenuhi oleh anggota keluarga yang toxic dan tak bisa saling berbincang dengan lembut. Membangun sebuah keluarga yang sehat secara mental dan lingkungan yang bersih dari udara kebencian dan ketidakpuasaan hidup menjadi begitu sulit diwujudkan.
Jika hari ini kita ingin menikah dan mencari pasangan di kondisi lingkungan dan masyarakat yang terlanjur buruk. Kita akan lebih cenderung bertemu dengan pasangan yang sudah terlanjur menyerap dunia yang sakit di sekitarnya dan kemungkinan besar mendapatkan pasangan yang terluka dan sakit secara emosional.
Pada akhirnya, sebuah keluarga akan terdiri dari laki-laki dan perempuan yang sakit, yang terpaksa atau memaksakan diri membangun sebuah keluarga. Dalam kondisi semacam itu, kita bisa membayangkan rumah tangga yang mungkin akan terbentuk.
Seorang laki-laki atau perempuan yang belum selesai dengan masa lalunya. Yang disakiti oleh orangtua atau anggota keluarganya sendiri. Yang tersiksa oleh kemiskinan dan perasaan rendah diri perihal ekonomi yang dampaknya susah dihapus. Yang memiliki banyak luka dalam percintaan atau masih sangat mencintai kekasih lamanya. Yang hidupnya sudah membusuk karena pendidikan, karena keluarga, karena pekerjaan, dan tuntutan kehidupan yang begitu banyaknya.
Yang hidupnya sangat tak baik-baik saja. Merasa tak pernah puas dengan apa pun. Merasa kurang. Merasa inferior atau superior. Merasa takut ditinggalkan dan kesepian akut. Memendam amarah besar untuk melukai yang lainnya karena juga pernah dilukai. Lahir dari keluarga broken home dengan trauma-trauma yang tak terselesaikan. Memiliki kejiwaan yang buruk. Yang takut bertemu orang-orang dan berdiam diri di kamar setiap hari. Yang terlalu berambisi. Yang terlalu pintar dan sangat mandiri tapi kehidupannya sudah terlanjur kelelahan dan sisa kesabarannya kian menipis. Yang menjadi egois, manja, suka menuntut, dan selalu merasa tersakiti terhadap hal-hal kecil karena sejarah didikan keluarga yang buruk. Entah keluarga yang benar-benar buruk atau keluarga yang bermaksud baik dan malah berakhir buruk.
Orang-orang lugu yang baik tapi hidup di lingkungan yang buruk. Mereka yang lembut tapi dihancurkan oleh berbagai kondisi yang toxic dan beragam trauma. Mereka yang dimanja, dicintai, dan disayang orangtuanya tapi hidup di dunia manusia yang sudah terlanjur rusak. Dan pada akhirnya, saat menuju kedewasaan, mereka pun menjadi sakit juga.
Dari kedua orang sakit inilah, keluarga inti modern terbentuk. Lalu melahirkan anak-anak.
Anak-anak yang menyerap rasa sakit kedua orangtuanya nyaris setiap hari. Beserta rasa sakit teman sebaya dan lingkungan sekitar mereka hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABAD PERSELINGKUHAN. ABAD PERCERAIAN
Non-FictionSebuah dunia yang kita tinggali sekarang ini telah menjadi rumah bagi banyaknya kasus perselingkuhan dan perceraian yang melukai banyak pihak