PERNIKAHAN-PERNIKAHAN YANG DIPAKSAKAN

4 0 0
                                    

Apa yang bisa diharapkan dari dua orang yang sakit secara emosional, yang belum selesai dengan kehidupannya sendiri, hidup di masyarakat yang tak lagi sehat dan yang pada akhirnya menikah?

Lebih tepatnya, memaksakan diri untuk menikah?

Apa yang bisa diharapkan dari pernikahan yang lahir dari kehidupan yang kacau, trauma psikologis yang mendalam, ketakutan-ketakutan akan masa depan, ketidakpercayaan terhadap diri sendiri, kecemasan akan banyak hal, ketidakyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki, dan ketidakmampuan untuk menemukan kepuasan hidup?

Pernikahan-pernikahan yang lahir dari ketakutan dan ketidaksiapan terhadap diri sendiri. Apa yang bisa diharapkan dari pernikahan semacam itu?

Banyak dari kita sebenarnya tak siap untuk melanjutkan hidup. Jika kita tidak dilahirkan di negara yang beragama dan sejak kecil dididik dalam agama orangtua kita masing-masing. Kita mungkin sudah menyerah dari jauh-jauh hari. Berkata tidak untuk hidup. Dan mengakhiri diri kita lebih awal karena sudah merasa cukup dan tak ada yang ingin lagi dilakukan.

Beberapa orang sudah kehilangan nafsu untuk menikmati kehidupan. Beberapa lainnya sudah lelah dengan diri sendiri. Yang lainnya lagi, tak bisa menikmati hidup karena beragam trauma dan penderitaan mental yang bagai tak berujung. Sisanya lagi, hidup dalam kegagalan idealisme, tekanan orangtua yang terlalu muluk, harapan-harapan yang tak tercapai, dan keinginan-keinginan yang tak pernah terwujud.

Dalam kondisi semacam itu, banyak dari kita berakhir dalam kesendirian atau mencoba memaksakan diri untuk menikah.

Jika kita bertanya dari mana awal begitu banyaknya perceraian dan perselingkuhan akhir-akhir dan bagaimana itu bisa terjadi. Kita hanya perlu melihat dunia di dalam diri kita selama ini. Ketidaksiapan untuk hidup. Luka yang terlalu banyak. Dan ketidakpuasan akan suatu hal yang susah dipenuhi oleh siapa pun.

Banyak dari kita memaksakan diri untuk menikah padahal kita tak pernah benar-benar siap untuk itu. Kita memaksakan diri untuk menikah dalam keadaan yang tak pernah sesuai. Tak pernah benar-benar ideal.

Banyak dari kita memutuskan menikah padahal sudah tahu bahwa hidup kita dalam keadaan tak baik-baik saja. Kita memilih memaksakan diri dan bereskperimen dengan masa depan dan hidup kita sendiri. Apakah setelah acara pernikahan selesai, hidup akan jadi lebih baik dan menyenangkan untuk dijalani?

Di abad ini, mencapai kondisi ideal terhadap diri sendiri sangatlah tidak mudah. Sehat secara kejiwaan atau mental. Sehat secara fisik. Kondisi ekonomi sangat baik dan lahir dari keluarga yang menyenangkan. Tak banyak orang memiliki kondisi hidup ideal yang semacam itu.

Pernikahan sekarang ini cenderung terpaksa dilakukan karena perasaan akan takut ditinggalkan, takut tak bisa menjalani hidup jika bukan dengan pasangan yang sekarang, yang dilakukan karena tak ingin sendirian dan menua dalam kesepian seorang diri, yang dipaksakan karena sudah malas mencari orang yang tepat, yang dilakukan sewaktu masih menyukai dan mencintai beberapa orang sekaligus di luar sana, yang masih begitu memuja seseorang dan terpikat olehnya tapi tak bisa bersatu karena berbagai halangan, yang terjadi hanya karena ingin sekadar bersandar dari hidup yang melelahkan, yang terpaksa dilakukan saat umur sudah terlalu tua untuk memilih pasangan yang cocok atau terpaksa dijodohkan karena sudah tak lagi mampu mencari pasangan yang dirasa ideal dan sudah mulai kelelahan untuk mencarinya seorang diri.

Berapa banyak pernikahan yang tak ideal, pernikahan-pernikahan yang terpaksa dilakukan yang ada di sekitar kita dan pada akhirnya menjadi ledakan rasa sakit yang bisa kita lihat saat ini?

Jumlahnya sangatlah banyak.

Kita tak perlu heran dengan hancurnya rumah tangga para selebriti yang pada awalnya terkesan romantis dan mengisyaratkan rumah tangga yang bakal baik-baik saja. Mereka memiliki pekerjaan yang baik. Mereka cukup kaya dibandingkan ratusan juta orang lainnya yang hidup di negara yang sama. Mereka punya anak-anak yang lucu. Mereka harusnya bisa lebih berbahagia dan mampu mempertahankan pernikahan mereka sampai ajal mendekat. Tapi kenyataannya, banyak sekali dari mereka berselingkuh dan bercerai di awal-awal pernikahan atau saat pernikahan sudah berlangsung cukup lama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABAD PERSELINGKUHAN. ABAD PERCERAIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang