Halo semuanya aku kembali dengan cerita baru. Aku harap kalian suka sama cerita ini.
[Happy Reading]
"NAYA BANGUN UDAH JAM BERAPA INI!" Sudah berkali-kali dengar Bunda membangunkanku yang tak kunjung bangun.
Aku justru menarik selimut lebih erat dan berguling ke sisi lain, berharap bisa menunda kenyataan bahwa hari sudah mulai. Masih ngantuk rasanya, malas untuk bangun.
Suara Bunda yang biasanya lembut kini terdengar sedikit lebih keras. Sebenarnya, aku tahu harus bangun untuk sekolah, namun rasa kantuk masih terlalu kuat untuk dilawan.
Kalau 1 hari itu 30 jam rasanya kayak gimana ya. Apa tidurnya puas?
"Naya, ayo cepat!" Bunda muncul di ambang pintu.
Aku menggeliat, mencoba mengumpulkan sisa-sisa energi untuk bangkit dari tempat tidur. Mata masih setengah terpejam, dan tubuh terasa berat seperti ditarik oleh kasur yang begitu nyaman. Tapi aku tahu, jika tidak segera bergerak, Bunda akan terus mengomel.
Aku jadi penasaran Bunda mudanya kayak gimana. Apa susah dibangunin kayak aku? Kalau gak, rajin banget Bunda mau bangun pagi.
Aku berusaha menyingkirkan rasa kantuk dengan menggosok-gosok mata, meski kepala masih terasa berat. Suara Bunda di ambang pintu semakin membuat sadar bahwa aku tidak punya pilihan lain selain segera bangun. Dengan tarikan napas panjang, aku akhirnya berhasil mengayunkan kaki ke tepi tempat tidur.
"Aduh, Bunda," aku mengeluh sambil meregangkan tubuh.
"Kenapa pagi-pagi begini berat banget rasanya," Gumam aku di akhir kalimat. Kalau bicara langsung bisa dilibas entar.
Bunda tertawa kecil, tetapi nada suaranya tetap tegas. "Makanya, jangan begadang terus. Sekarang cepat mandi, sarapan sudah siap. Bunda mau bangunin ayah dulu,"
Aku hanya mengangguk sambil menyeret kaki menuju kamar mandi. Setiap langkah ke kamar mandi terasa berat.
Saat hendak membuka pintu kamar mandi aku mendengar Bunda membangunkan ayah sama seperti ketika Bunda membangunkanku.
"Haduh ayah sama anak sama aja, susah kalau dibangunin," Bunda mengomel di kamarnya.
"Ayah bangun, nanti terlambat kerjanya, ayah juga harus nganterin Naya kan,"
Aku tertawa kecil mendengarkan itu. Tawa kecil itu sejenak mengusir rasa kantuk yang masih tersisa. Ada sesuatu yang menghibur ketika mendengar Bunda mengomel tentang betapa sulitnya membangunkan Ayah. Ternyata, bukan hanya aku yang malas bangun pagi. Kalau sekarang tidak perlu tes DNA lagi kan aku anak siapa. Sudah jelas buktinya.
Setelah menyalakan keran dan membiarkan air mengalir, aku menyentuh wajah dengan air dingin, membiarkan kesegaran itu perlahan-lahan mengusir sisa kantuk yang masih ada. Mandi pagi selalu menjadi ritual yang berat di awal, tetapi segar di akhir, membuat aku siap untuk menghadapi hari.
Setelah mandi, aku cepat-cepat mengenakan seragam dan berlari ke meja makan. Di sana sudah ada Bunda dan Ayah.
Bunda sudah menyiapkan sarapan, ayam goreng bumbu kuning kesukaanku. Sebelum digoreng ayam diungkep dulu dengan bumbu kuning yang terbuat dari aneka rempah. Itu sangat enak sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BISIKAN WAKTU
AdventurePernahkah kalian kembali ke masa lalu? Ke masa di mana orang tua kalian masih muda. Dia Pranaya Maharani Kharisma atau biasa dipanggil Naya, gadis berumur 16 tahun, duduk di bangku kelas 11. Ketika Naya mengalami kecelakaan dan dilarikan ke rumah sa...