Kastil #11

319 34 84
                                    

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Sing memeluk Zayyan dari belakang, di atas tempat tidur. Posisi tubuh mereka saling menempel di balik selimut tebal yang menutupi tubuh polos mereka.

"Chagi ...," ucap Sing, sedang tangan kanannya mengelus-ngelus perut dan dada Zayyan, sambil sesekali memainkan kedua puting Zayyan, sehingga membuat kekasihnya itu kegelian.

"Eum? ... Iihh ... Tuan Muda ... geliii ....!" tubuh Zayyan menggeliat di pelukan Sing, namun Sing hanya tersenyum nakal.

"Aku sebenarnya ... nggak suka kalau kamu pergi berduaan sama teman kamu itu," ucap Sing terus terang.

"Kenapa Tuan Muda nggak suka?"

"Karena aku cemburu," jawab Sing jujur.

Zayyan tertawa kecil, lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah Sing.

Lalu Zayyan menangkup pipi Sing. "Tuan Muda untuk apa cemburu segala? Aku dan dia hanya teman saja kok."

"Tapi kamu suka memuji dia tampan, dan kamu kayaknya juga senang saat hendak ketemuan sama dia tadi."

Zayyan tertawa lagi. "Ya karena dia memang tampan. Tapi Tuan Muda juga tampan kok, dan yang terpenting hatiku hanya milik Tuan Muda seorang."

Sing tersenyum tipis. "Zayyan, kamu ngomong kayak gitu karena kamu nggak tahu siapa aku sebenarnya. Tapi jika suatu saat nanti kau tahu siapa aku sebenarnya, mungkin kau akan lebih memilih temanmu itu dari pada aku," batin Sing khawatir.

Lalu Sing mengecup lembut bibir Zayyan, dan melumatnya. Mata Zayyan terpejam menikmati sentuhan bibir Sing di bibirnya.

"Zayyan-ie, saranghae," ucap Sing kemudian.

"Nado saranghae, Tuan Muda," balas Zayyan sambil mengerjapkan matanya imut.

Sing mengelus pipi Zayyan. "Zayyan-ie, apa kau mau menerima diriku apa adanya?"

"Eum?? Ya, tentu saja. Kenapa Tuan Muda bertanya seperti itu? Justru aku yang seharusnya bertanya pada Tuan Muda, apakah Tuan Muda mau menerimaku yang hanyalah seorang bawahanmu dan yang miskin ini?"

Sing tersenyum lembut, tangannya beralih merapikan anak rambut Zayyan yang sedikit basah akibat keringat percintaan mereka tadi.

"Aku sangat mencintaimu, Zayyan. Jadi aku tidak perduli kau itu bawahan atau bukan, kau kaya atau tidak. Itu semua bukan masalah untukku. Tapi justru yang jadi masalah adalah mungkin dirimulah yang tak akan mau menerima diriku nanti."

"Tuan Muda, kau ini bicara apa sih? Kenapa berpikir seperti itu? Mana mungkin aku tidak mau menerima dirimu apa adanya? Karena kalau demikian, maka aku pasti tidak mau jadi pacarmu, bukan? Nah, karena aku mau jadi pacarmu, itu artinya aku mau menerimamu apa adanya," jawab Zayyan panjang lebar.

"Benarkah?"

"Iya, benar."

"Kau tidak akan meninggalkanku dan berpaling pada yang lain kan, Zayyan?"

Zayyan menggeleng dengan yakin. "Tidak akan pernah, Tuan Muda. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Sing tersenyum bahagia mendengar jawaban Zayyan.

"Terimakasih, Zayyan chagi." Lalu Sing mengecup kening Zayyan.

Kemudian keduanya kembali berciuman dan saling melumat bibir satu sama lain dengan penuh rasa cinta, hingga gairah mereka naik lagi untuk melanjutkan kegiatan bercinta di ranjang milik Sing tersebut.

Kastil (SingZay) End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang