Hari ini aku bangun lebih pagi lantaran harus pergi ke shelter hewan, sebelum aku pergi, aku harus mengubah penampilanku dahulu. Karena mungkin sebagian orang tahu siapa aku ketika aku mengenakan pakaian ini. Aku memutuskan untuk pergi mandi terlebih dahulu, setelah selesai mandi dan membersihkan diri aku memutuskan melihat pakaian yang ada di almari kamarku.
Ketika aku melihat pakaian yang ada, semuanya berisikan bawahan rok atau tidak busana. Aku tidak terbiasa dengan bawahan yang seperti itu, tetapi hanya ini caranya untuk tidak ada seorang pun yang tahu.
"Aduh ... busana semua di lemari ini, yah ... mau bagaimana lagi? " Kataku di depan almari yang terbuka lebar.
"Baiklah, aku akan mengenakan yang ini saja. " Ucapku sembari mengambil sepasang busana berwarna baby blue.
Aku mengenakan pakaian itu dan mengeringkan rambutku yang tengah terburai, rambutku berwarna putih ke abu abu an. Setelah rambutku kering dan mengembang, aku memutuskan untuk membiarkan rambutku terurai.
Kini semua sudah beres, aku hanya perlu pergi ke shelter hewan untuk mengadopsi salah satu hewan agar Arai tidak kesepian. Tetapi sebelum aku pergi keluar rumah, ku putuskan untuk melihat keadaan Arai yang belum juga keluar dari kamarnya.
Aku jalan keluar kamar, membuka dan menutup pintunya perlahan, kesunyian menyelimuti suasana di rumah ini. Aku mulai melangkahkan kakiku bergantian dari anak tangga pertama ke anak tangga lainnya. Kamarku ada di lantai dua dan kamar Arai ada di lantai satu, aku berjalan mendekati kamar Arai yang masih tertutup rapat, aku mulai menyentuh gagang pintu kamar dan mulai menariknya ke bawah dengan perlahan.
Aku mengintip sedikit kedalam melalui pintu yang sedikit sudah terbuka, aku memastikan kalau Arai masih tertidur pulas. Hanya saja ketika aku hendak menutup kembali pintu kamarnya, aku melihat Arai menangis dan badannya bergetar, sesekali Arai menahan ingusnya yang terus saja keluar. Aku yang melihat itu langsung saja membuka pintu dengan cepat dan mendekati Arai dengan perlahan.
"Arai ... ada apa? " Tanya ku kepada Arai yang sedang menutupi sebagian wajahnya dengan selimut tebalnya.
"Maafkan aku i-ibu, aku tidak se-sengaja, " aku mencoba menenangkan Arai yang terus terusan menangis itu.
"Sudahlah Arai, ini sepenuhnya bukan salahmu, sudah tidak apa apa kamu aman di sini. " Begitu aku mengatakan hal itu, Arai langsung terdiam dan melanjutkan tidurnya dengan tenang.
Selagi Arai tenang dalam tidurnya, aku pun mencoba menyentuh dahinya dan siapa sangka badannya panas, ternyata pagi itu juga Arai demam tinggi. Aku tidak bisa jika harus meninggalkan Arai sendirian di rumah, jadi aku memutuskan untuk izin tidak masuk sekolah dan menemani Arai di rumah.
Di saat aku tengah duduk di sofa menulis surat izin di ruang tamu, aku mendengar suara derit pintu kayu yang di buka perlahan di belakangku. Sudah ku ketahui bahwa itu adalah Arai yang sudah bangun, mungkin dia terbangun karena aku sempat mengganggunya.
"Ada apa Arai? Sudah bangun ya? " Tanya ku tanpa menoleh sedikit pun.
"I-iya ... " ucap Arai dengan terbata-bata.
"Kau sedang sakit ya, Arai? " Aku berpaling melihat wajah Arai yang merah pucat karena demam tingginya.
"Um ... tidak, aku tidak sakit, " Arai mencoba berbohong kepada ku.
"Sudahlah Arai, aku tau kok, duduk dulu lah di sini aku mau mengambil sesuatu, " Kataku sembari memberdirikan kakiku dan badanku lalu berjalan menuju dapur.
Arai berjalan menuju sofa panjang dan duduk di sana berjauhan dengan tempat yang ku duduki, dia terlihat penasaran dengan apa yang ku tulis, dengan diam-diam Arai melirik ke arah kertas yang ku tulis. Arai terkejut melihat ku sudah keluar dari dapur dan kembali ke ruang tengah sambil membawa nampan yang diatasnya terdapat bubur hangat, air dan buah serta obat. Aku pun memutuskan duduk di samping Arai, awalnya aku heran melihat Arai duduk berjauhan begitu dengan tempatku, tapi aku sadar mungkin Arai masih belum mempercayai ku, ya aku pernah bilang bahwa Arai tidak perlu mempercayai ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Me ?
ActionK. dan A. sebuah manusia laboratorium ciptaan Professor Tomiro Hitake, mereka di ciptakan untuk selalu bersama dalam menjalankan misi. Kota Yusha di kenal dengan Laboratorium nya, banyak sekali Profesi Professor di Kota tersebut. Namun, ketika mere...