Chapter 18: Selalu bersamamu (Part 1/2)

2.8K 153 13
                                    


Phi Johan melepaskanku setelah memeluk dan menciumku beberapa kali karena aku benar-benar hampir meledak di antara begitu banyak pasang mata yang melihat kami. Mereka menatap dan mencibir karena sikap kami yang salah. Aku hanya menundukkan kepala, jadi aku bergerak untuk duduk di samping Phi Johan dan tanpa sengaja condong ke arah orang lain.

Aku tidak bisa melakukan apapun dengan benar. Aku tidak berani mengangkat kepala karena takut melakukan kontak mata dengan orang yang melihat T^T.

"Aw...manisnya," kata Phi Fah, dengan wajah yang menggemaskan.

"Jangan usil," kata Phi Johan sebelum mendekat dan menarikku lebih dekat, seolah-olah mencoba menghindari sesuatu, dan aku menunduk ke arah orang di sampingku.

Tunggu sebentar...

Apa orang-orang melihat kami seperti ini?

Saat menyadari itu, dia mundur sedikit. Tapi kami masih tetap dekat satu sama lain.

Phi Arthit, yang sudah berhenti bermain basket, mendekati kami. Meskipun dia sudah bermain hampir sepuluh menit, dia sama sekali tidak terlihat lelah.

"Hill bilang sekarang giliranmu," kata Phi Athit, sebelum melepas kaus olahraga milik Phi Johan.

"Kenapa?"

"Karena kau anggota klub ini."

"Lalu, kenapa kau tidak bisa menggantikanku?"

"Ini klubmu," kata Phi Arthit sebelum melepas kaus itu dan mengembalikannya kepada Phi Johan.

Phi Johan mengangkat alisnya dan tampak sedikit curiga. "Jauhkan itu dariku, kenapa kau mengembalikannya padaku?"

"Apa kau akan bermain tanpa baju? Apa yang akan kau pakai untuk berlatih? Ambillah."

"Tidak, bodoh," kata Phi Johan dengan tegas. "Aku akan membakarnya."

"Oh," kata Phi Arthit sambil menggerutu dan membuat ekspresi kesal. "Kau memberikannya padaku, kenapa sekarang ingin membakarnya?"

"Katakan pada Hill bahwa aku tidak akan kalah."

"Sial, kau mengabaikanku lagi."

"Johan, cepatlah," teriak Phi Hill, terlihat kesal. Sepertinya dia sibuk memilih siswa baru dan harus berbicara dengan para dosen. Phi Hill tampaknya melakukan berbagai kegiatan. Ini sekaligus peringatan bagi dosen-dosen universitas bahwa dia kembali menjadi presiden klub. Ada banyak orang di klub bola basket. Aku mulai bertanya-tanya apa ini benar-benar hanya tim fakultas kedokteran. Kenapa ada begitu banyak orang?

"Aku tidak punya kaos," teriak Phi Johan. Tapi Phi Hill tidak mendengarnya.

"Apa?"

"Aku bilang aku tidak punya kaos."

"Cepat sini."

"Tidak, kau yang kesini."

"Mulai lagi," kata Phi Tonfah, sambil menggelengkan kepala sedikit dengan rasa tidak suka. "Johan, berhentilah mengganggu Hill. Kaosmu masih bersih dari keringat."

"Apa masalahnya? Biarkan Thit bermain dulu dan selesai."

"Apa masalahmu?" Phi Hill mendekat dan juga melihat Phi Johan dengan marah, merasa bahwa orang-orang ini akan benar-benar bertengkar. "Apa tugasmu?"

"Bisakah aku biarkan Thit memilih?"

"Baiklah, kalau begitu kau mau seleksi tahun pertama?" kata Phi Hill.

"Aku juga tidak peduli dengan seleksi tahun pertama."

"Kau merepotkan, kau sudah terlaku banyak bergaul dengan Thit," kata Phi Hill dengan kesal. "Bantu aku, aku lelah, terlalu banyak orang." Seluruh tubuhnya basah dengan keringat, menandakan bahwa dia pasti sangat lelah.

[REVISI] NORTH : HOW MUCH IS YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang