Chapter 26: Only Mine! (Part 1/2)

2.4K 193 154
                                    


Tega banget kalian neror diwaktu libur 😭 kirimin seblak kek 😑

* * * * *

"North"

Aku memanggil orang di depanku dengan suara pelan. Dahinya berkerut dan bibirnya terkatup rapat, begitu banyak perasaan yang meluap di dadanya: bahagia, sedih, terkejut, kaget, semuanya tercampur di sini, semuanya, sebelum sudut matanya mulai terasa hangat. Aku menggenggam erat tangan yang berada di pundaknya.

"Aku tidak mengatakan ini untuk membuatmu menangis," kata Phi Johan. Saat itu, aku sedang duduk di pangkuannya. Dengan kesepakatan satu ciuman untuk setiap pertanyaan yang dijawab, butuh waktu lama untuk mengetahui seluruh ceritanya. Saat aku mengerutkan bibir, rasanya sakit dari ciuman sebelumnya.

"Kenapa..." kataku pelan sebelum perlahan mendekat ke orang di depanku. Aku bergerak agar Phi Johan memelukku, dan dia menggerakkan tangannya ke atas untuk mengelus kepalaku dalam gerakan menenangkan.

Kenapa...

Kenapa kau menungguku begitu lama?

Padahal aku hampir tak pernah melakukan apapun untukmu. Kenapa kau begitu baik padaku?

Tiga tahun, tiga tahun. Ada seseorang yang telah menungguku begitu lama... Ada seseorang yang duduk di meja seberang di toko game, menemaniku hingga larut malam. Seseorang yang hanya memiliki aku dalam pandangannya. Seseorang yang merindukanku hampir sepanjang waktu. Seseorang yang akan memberikan segalanya hanya untuk menjaga senyumku.

"Lebih... lebih lagi..." Aku terisak sedikit saat mengingat apa yang dikatakan Phi Johan padaku. Aku tak pernah tahu apa-apa. Aku tak akan bilang bahwa itu kesalahan ketika aku jatuh cinta meskii pada akhirnya, dia meninggalkanku. Karena pada saat itu, aku benar-benar mencintai Jam. Aku sudah membuat keputusan ketika sedang bersama Jam, tapi... aku hanya berpikir, kenapa aku tak tahu bahwa ada seseorang yang sangat mencintaiku?

Dan sekarang aku mencintainya. Aku hanya bisa berpikir. Karena waktu kita tak pernah bertemu lebih cepat dari ini...

"Maaf. Sekali lagi, terima kasih," kataku, dengan suara parau sambil terus terisak. Ada sejuta kata yang ingin kuucapkan, tapi aku tak bisa menemukan kata yang tepat.

"Ah... Kalau aku tahu kau akan menangis seperti ini, Lebih baik aku tak mengatakannya," kata Phi Johan. "Masalah besarmu... terlalu berlebihan."

"..."

"Masalah terbesarku adalah kau menangis," kata Phi Johan pelan. "Apa kau sudah puas?" Sebelum dia mendorongku sedikit dari pelukannya agar bisa melihat wajahku, aku tak bisa melihat orang itu dengan jelas karena mataku dipenuhi air mata. Orang di depanku menggunakan ibu jarinya untuk perlahan menghapus air mata.

"Phi... kenapa kau sangat mencintaiku? Sekarang sudah terlalu lama berlalu. Kau pasti sangat terluka," kataku, masih terisak.

"Tidak sesakit melihatmu menangis saat ini," kata Phi Johan, menunjukkan wajah khawatir. "Sudahlah, berhenti menangis."

"Aku tidak bisa menahannya, aku tak bisa berhenti menangis," kataku, masih mengerutkan dahi karena menangis, sebelum menekan bibir dengan kuat, mencoba menahan air mata. "Aku sudah tidak menangis lagi."

"Um, oke," kata Phi Johan sambil menampakkan senyum tipis.

"Syukurlah aku memutuskan untuk tidak pergi ke Amerika saat itu."

"..."

"Kalau aku pergi, apa yang akan terjadi sekarang? Aku tak tahu."

"Aku hanya akan lebih sering ke Amerika, itu saja."

Aku terdiam mendengar jawaban dari orang di depanku. Aku tidak berpikir tentang diriku sendiri.

Apa aku pernah jadi begitu cengeng? Pertanyaan yang sama kembali muncul di benakku.

[REVISI] NORTH : HOW MUCH IS YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang