-PROLOG-

73 3 0
                                    

Pesta yang cukup mewah tengah diselenggarakan di ballroom sebuah hotel. Acara ini adalah perjamuan privat milik dua keluarga CEO perusahaan ternama yang sedang berusaha menjalin koneksi. Mereka sedang melangsungkan acara pertunangan anak mereka.


"Eonnie." gadis bernama Jennie menolehkan kepalanya kearah seorang gadis yang berjalan menuju tempatnya berdiri sendirian didekat meja meja makanan.

"Kenapa kau sendirian disini?" adiknya yang bernama Ella itu mendekat kearahnya yang sedang melamun menatapi gelas cocktail ditangannya. Lebih tepatnya cocktail non-alcohol.

"Jangan bilang pria itu tidak mengajakmu bicara?" tanya Ella kepada kakak perempuan satu satunya itu.


"Ella, ini pertunanganku. Tapi entah kenapa aku sama sekali tidak merasa senang." Jennie menghela nafas dengan ekspresi murung diwajahnya.


"Eonnie, sejujurnya kau tidak perlu memaksakan dirimu seperti ini. Aku merasa sangat bersalah melihatmu mengorbankan masa depanmu." Ella memeluk kakak satu satunya itu sambil mempoutkan bibirnya seakan ia hendak memangis.


Jennie melepaskan pelukan adiknya. "Jangan berbicara seperti itu Ella. Siapa yang sedang berkorban? Adikku, dengar ya." Jennie menepuk pundak adiknya dengan satu tangan, kemudian melanjutkan bicaranya.

"Apapun yang kulakukan saat ini, sudah kuanggap seperti kewajibanku pada ayah dan ibu, dan tentunya ini semua adalah jalan yang sudah kupilih, kau mengerti? Jadi jangan berbicara pengorbanan seperti aku sedang berkorban demi negaraku. Itu terlalu berlebihan." Jennie melepaskan tangannya dari pundak Ella sambil mengedarkan pandangannya lagi.


"Tapi Eonnie, saat pria itu memasangkan cincin pertunangan ditanganmu, kau sama sekali tidak terlihat bahagia. Terlihat sangat jelas sampai aku berfikir kenapa ayah dan ibu hanya tersenyum melihatmu. Dan juga, pria itu terlihat sangat dingin. Apa Eonnie yakin bisa bertahan hidup dengan pria seperti itu? Bukankan kau pernah mengatakan bahwa kau ingin bertunangan dengan pria yang kau cintai? Dan menangis bahagia saat kau bejalan dialtar pernikahanmu?" Kata gadis 16 tahun itu kepada kakaknya.


Jennie melihat kearah tunangannya yang sedang berbincang bincang bersama keluarga mereka. Memang sungguh miris, pertemuan pertama mereka adalah dihari mereka dipertunangkan. Jennie tidak sanggup membayangkan bagaimana nanti dia akan hidup bersama pria itu. Menikahi orang yang kau cintai? Omong kosong. Jika ia melakukan itu maka keluarganya akan jatuh miskin.


"Eonnie."


"hmm? Apa?" Ella membuyarkan lamunannya.


"Sepertinya, ayah mertua memanggilmu."


Jennie melihat kearah Ayah mertuanya, yang kini tengah tersenyum kearahnya, begitu pula wanita disampingnya yang mana adalah istrinya itu, dan juga kedua orang tuanya sendiri, dan... pria itu. Kim Taehyung.


Entah pria itu bisa tersenyum atau tidak, dia tidak tau. Karna sejak pertama kali Jennie melihatnya, ekspresi pria itu tetap sama, tidak ada, alias tanpa ekspresi. Jennie segera memasang senyum diwajahnya dan berlari kearah keluarga besarnya. Ya, keluarga besar, yang belum pernah ia bayangkan.

NEWTON'S APPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang