Hamparan rerumputan terlihat memanjakan mata diujung sana terdapat taman bunga, putih berkilau terlihat dari kejauhan, kakinya melangkah seolah terhipnotis oleh banyaknya bunga daisy menghiasi tempat ini.
Harum semerbak tercium menusuk hidung.
"Kamu yang membuat kehidupan dan kamu juga yang harus menyelesaikannya sampai akhir"
Suara itu menggema, terdengar seakan menghakiminya, terus terulang hingga membuat Jinan tak sanggup mendengarnya.
"BERHENTI!"
Jinan berteriak lantang, suasana yang semula menyejukkan kini terasa mencekam, bunga yang ada dihadapannya seketika layu dalam hitungan detik.
Jinan berbalik ketika mendengar suara langkah kaki, pemuda itu terbelalak lebar melihat rupa yang sama dengan gambarannya pada cerita yang dia tulis.
"Kamu-"
Jinan menggantungkan kalimatnya, pemuda itu mundur setiap kali sosok Jihoon melangkah mendekat, tak bisa Jinan bayangkan betapa menyakitkannya kondisi Jihoon saat ini.
Pemuda itu berjalan dengan kaki sebelah kanan yang diseret, wajahnya babak belur, darah terlihat mengalir dari dahi bahkan sampai mengenai bajunya yang berwarna putih.
"Kenapa menjauh?"
Suara itu terdengar lirih namun Jinan bisa mendengar setiap kata yang ditekan dengan nada penuh ancaman.
"Kamu takut?"
Sret!
Mata Jinan kembali terbelalak lebar ketika merasakan tubuhnya sulit untuk bergerak, nafas Jinan tercekat, sebuah akar besar melilit tubuhnya, bahkan akar itu mencekik Jinan tanpa ampun.
Jihoon kini berada dihadapannya, dia seperti bercermin ketika melihat salah satu tokoh yang dia ciptakan.
Jemari Jihoon yang dipenuhi oleh darah menyentuh wajah Jinan.
"Kamu terlalu kejam, kamu menyiksa ku tanpa ampun, kenapa kamu membuat hidupku sangat menderita? bukankah ini sedikit tidak adil? aku hanya menginginkan kasih sayang tapi kamu malah menghancurkan kehidupan ku, Jinan"
Jinan terpaku, mulutnya tak bisa terbuka.
Air mata mengalir deras membanjiri pipi Jinan, Jihoon tergelak dibuatnya.
"Aku hanya menusuk lehermu tapi kamu sudah menangis"
Jemari Jihoon kembali turun, kini menyentuh dada sebelah kiri milik sang penulis.
"Lihat darah ini, ternyata menyiksa manusia itu menyenangkan ya pantas saja kamu menjadi penulis psikopat yang menyiksa antagonis sampai antagonis itu mati"
Tangis Jinan semakin bertambah keras, Jihoon dibuat kesal, pemuda itu langsung melayangkan tamparan berulang kali hingga pandangan Jinan memburam.
"Kamu yang menulis rasa sakit ku, kamu yang menciptakan takdir menyakitkan ini dan sekarang kamu harus menanggung semua akibatnya!"
"KAMU HARUS MERASAKAN APA YANG AKU RASAKAN!"
Suara Jihoon menggema bahkan telinga Jinan mendengung keras, Jinan dapat merasakan aliran hangat keluar dari indra penciuman dan pendengarannya, dada Jinan seolah terhimpit batuan besar, sesak sangat sesak hingga Jinan tak kuat sampai memuntahkan darah segar.
Gelak tawa terdengar, Jihoon menertawakan tubuh Jinan yang meluruh dengan darah yang terus keluar tanpa henti.
***********
KAMU SEDANG MEMBACA
PRO(AN)TAGONIS|| TRANSMIGRASI BOY
Teen FictionKetika seorang penulis masuk kedalam cerita yang dia buat sendiri. "Kamu yang membuat kehidupan dan kamu juga yang harus menyelesaikannya sampai akhir"