"Jinan!"
Teriakan menggema di lorong kelas 10-B seorang pemuda tampak berlari dengan senyum terpatri diwajahnya, mata itu kian menyipit ketika berhadapan dengan sang kekasih sekaligus teman masa kecilnya.
"Tebak aku bawa apa?"
Jinan terdiam seolah berpikir keras, dahinya berkerut bingung.
"Permen?"
Alvaro tampak mengangguk antusias, dibalik punggungnya dia menyembunyikan satu bungkus permen lolipop, mata Jinan berbinar melihat permen itu.
"Tapi jangan dimakan semuanya langsung ya?"
Jinan merengut mendengar perkataan kekasihnya "Aku juga tau Al, nanti kalau dimakan semuanya sekarang aku bakalan sakit gigi!"
"Pinter banget sih anak kecil aku!"
Mata Jinan mendelik tidak terima, dia bukan anak kecil, usia mereka juga sama, kenapa Alvaro selalu menyebutnya anak kecil?
Jinan Pradipta, siswa lain berkata jika Jinan itu membosankan tidak pernah berekspresi dan selalu tampak datar, bahkan mereka menganggap Jinan aneh karena tak memiliki satu teman pun kecuali Alvaro yang selalu menemani pemuda itu.
Namun bagi Jinan, Alvaro sudah lebih dari cukup untuk selalu menemaninya.
Senyum yang tak pernah siswa lain lihat kini tampak berseri setiap kali bersama Alvaro, gema tawa si manis memenuhi lorong, beberapa dari mereka terpana mendengar suara tawa yang mendayu indah.
Alvaro, hanya Alvaro yang selalu berhasil membuat Jinan tertawa.
Begitupun dengan Jinan yang sudah sepenuhnya menggantungkan hidup pada anak tunggal dari keluarga Pratama.
Namun ada hal yang begitu Jinan takutkan, dia takut kehilangan Alvaro, dia takut Alvaro berpaling darinya dan dia begitu takut kehilangan dunianya.
"Jangan pernah tinggalin aku Al, aku gak tau gimana hidup aku kalau gak ada kamu"
Dunia Jinan pasti akan benar-benar hancur.
"Al.."
Alvaro, nama itu terdengar asing bahkan Jeongwoo belum pernah mendengarnya, dia sampai menghubungi ayahnya menanyakan pemuda bernama Alvaro namun nihil ayahnya juga tidak tahu apapun.
Jihoon juga terus menangis, memanggil Alvaro, Jeongwoo dibuat kewalahan, pemuda itu tak henti menenangkan kakaknya, badan Jihoon panas bahkan plester penurun panas kini menempel di keningnya.
"Al.."
Jihoon bergumam lirih, matanya terpejam tapi bibirnya terus bergumam kata Alvaro memanggil nama yang tak Jeongwoo ketahui orangnya.
Tidak mungkin dia memanggil Yoonbin untuk datang kesini.
"Al..Ji mau Al"
Jihoon kembali terisak lirih, wajahnya disembunyikan diceruk leher adiknya.
"Dia bukan Alvaro kak, dia Yoonbin musuh kami"
Jihoon melepas pelukannya pada sang adik, dia menatap sayu mata tajam bak serigala itu, kepalanya menggeleng pelan.
"Bukan, dia Al.."
Belum sempat Jeongwoo menjawab dia dibuat terkejut ketika melihat badan Jihoon yang langsung berpindah pangkuan.
"Apa kau tuli atau bodoh sialan? dia Yoonbin, dia bajingan dan dia musuh kami, berhenti memanggil nama manusia bodoh itu!"
Junkyu mencengkram erat pinggang Jihoon, dia jengah terus mendengar Jihoon yang memanggil nama Alvaro, lagian juga siapa Alvaro? mereka tidak mengenal nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRO(AN)TAGONIS|| TRANSMIGRASI BOY
Fiksi RemajaKetika seorang penulis masuk kedalam cerita yang dia buat sendiri. "Kamu yang membuat kehidupan dan kamu juga yang harus menyelesaikannya sampai akhir"