4. Perdebatan jiwa

1.1K 143 32
                                    

Tidak ada manusia yang menginginkan hidup penuh kesengsaraan, tidak ada manusia yang ingin memiliki takdir buruk dan tidak ada manusia yang ingin merasakan sakit.

Takdir, jika membicarakan takdir maka itu hanyalah rahasia yang tidak pernah kita ketahui kedepannya.

Semuanya berjalan sesuai apa yang sudah tertulis oleh sang pencipta.

Begitu mungkin kehidupan manusia.

Tapi bagaimana jika kehidupan yang kamu ciptakan ternyata benar-benar ada- tidak, ini menceritakan tentang seorang penulis amatir yang membagikan karangan imajinasi dalam bentuk coretan.

Hidupnya yang monoton membuat Jinan seringkali berimajinasi, membayangkan apa yang dia pikirkan, selalu termenung dengan tatapan kosong namun riuh dikepala, Jinan hidup sebatang kara ditinggal oleh orangtuanya sendiri bahkan mungkin Jinan tak tahu bagaimana rupa orang yang telah melahirkannya ke dunia ini.

Hidup di panti asuhan sampai usianya menginjak 6 tahun, diadopsi oleh sepasang suami istri hanya untuk dijadikan anak pancingan, tidak ada kasih sayang namun juga tidak ada penyiksaan, hidupnya benar-benar kosong, mereka memperlakukan Jinan dengan baik tapi membuat Jinan hidup dalam kehampaan.

Usianya yang menginjak 8 tahun Jinan mempunyai adik, sepasang suami istri yang mengadopsi nya kini sudah mempunyai anak dari darah daging mereka sendiri.

Jinan sadar jika dia hanya orang lain hanya menatap keluarga sederhana dengan gelak tawa yang terdengar.

Hidupnya benar-benar kosong sampai usianya sudah 17 tahun Jinan memutuskan untuk tinggal sendiri, orangtuanya masih memberikan uang bulanan tapi mereka sama sekali tak pernah menanyakan bagaimana kondisinya.

Seharusnya Jinan juga tak berharap, seharusnya Jinan juga tahu diri dia hanya menumpang dibesarkan oleh materi tanpa perlakuan bagaimana orangtua yang menyayangi anaknya.

Jinan memiliki kepribadian yang sangat tertutup, pendiam juga enggan bersosialisasi.

Pandangan Jinan selalu tampak datar namun kehampaan terlihat jelas disana.

Hingga Jinan mulai mencoret-coret buku diary nya, dia juga menemukan satu web untuk menumpahkan segala keluh kesahnya dan sampai ide menjadi penulis terlintas di otaknya.

Tidak langsung booming, Jinan juga mendapatkan banyak kritikan pedas, kata-kata umpatan bahkan tak jarang ada yang menyuruhnya untuk mati.

Bukan tanpa alasan Jinan menciptakan tokoh Jihoon dalam imajinasi nya, Jihoon juga memiliki visual wajah yang sama dengannya.

Jinan menjadikan Jihoon tokoh antagonis merebut perhatian keluarganya, watak yang egois dan tempramental itu bagian dari diri Jinan yang sudah Jinan kubur dalam-dalam.

Jinan menciptakan tokoh Jihoon untuk dia siksa sampai akhir cerita, itu adalah bagian dari dirinya sendiri yang menginginkan kematian lebih cepat.

Tokoh Jihoon yang dibuat menderita karena dia yang memang tak pernah mendapatkan kebahagiaan dari orangtua angkatnya.

Tokoh Jihoon yang terus melakukan kekerasan pada Haruto juga merebut Jeongwoo dan Junkyu adalah bagian dari watak egois Jinan yang menginginkan semua perhatian tertuju padanya.

Sret!

"Kenapa kau merubah alurnya sialan?!"

Iris biru laut tampak memancarkan kemarahan yang mendalam, Jihoon benar-benar dibuat murka karena Jinan yang tidak mengikuti alur bahkan Jinan merubah karakter Jihoon yang tempramental jadi karakter pendiam dan tenang, itu sudah benar-benar melenceng.

Penulis sialan ini yang menciptakan penderitaan tapi kenapa dia merubah semuanya karena tidak ingin merasakan sakit? tidak adil, Jihoon ingin sekali menghancurkan jiwa Jinan sekarang juga.

PRO(AN)TAGONIS|| TRANSMIGRASI BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang