Kashmir adalah tujuan yang penuh misteri dan pesona, namun juga menyimpan bahaya yang mengintai di balik setiap jalan setapak yang mereka lalui. Bagi Anarkali, perjalanan ini terasa seperti melintasi jantung hidupnya sendiri — sebuah perjalanan antara masa lalu yang penuh janji dan masa depan yang masih samar. Setiap langkah menuju Kashmir membawa mereka semakin jauh ke dalam keindahan alam yang mencekam, namun juga semakin dekat pada konflik batin yang merongrong keteguhannya.Saat mereka meninggalkan Lahore, Azaan memimpin dengan percaya diri. Meskipun Anarkali merasa khawatir, dia juga merasakan adanya ketenangan baru di hatinya. Azaan adalah teman seperjalanan yang baik, meskipun terkadang terlalu sering mencuri pandang padanya dengan senyum yang terselubung. Sementara itu, Anarkali berusaha keras mengendalikan perasaannya yang tak menentu. "Aku di sini untuk Harshvadhan," tegasnya pada dirinya sendiri. Tapi, setiap kali Azaan mengucapkan kata-kata lembut atau membantunya melewati jalan setapak yang terjal, hatinya berdegup lebih cepat.
Mereka berhenti di sebuah desa kecil di kaki gunung untuk beristirahat, dikelilingi oleh pemandangan yang menakjubkan dari puncak gunung bersalju. Saat senja tiba, Azaan menyalakan api unggun dan mereka duduk di sekitarnya. Suara serangga malam dan desiran angin yang menerpa daun-daun kering menjadi latar belakang keheningan yang terasa berat.
“Anarkali,” panggil Azaan perlahan, memecah keheningan, “Kau tampak sangat gelisah sejak kita memulai perjalanan ini. Apa kau baik-baik saja?”
Anarkali menatap api yang menari-nari, berusaha meredakan ketegangan di dalam dirinya. “Aku hanya… banyak berpikir,” jawabnya ragu.
“Aku mengerti. Kau pasti sangat mencintai Harshvadhan jika kau rela datang sejauh ini, menantang segala bahaya untuk mencarinya,” ujar Azaan dengan nada suara yang mengandung sedikit keraguan.
Anarkali menunduk. “Ya, aku mencintainya. Dia adalah segalanya bagiku. Tapi…” Dia berhenti, merasakan kata-kata yang ingin dia ucapkan tertahan di tenggorokannya. “Aku bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup.”
Azaan memandangnya dalam-dalam, mencoba menangkap perasaan yang tersembunyi di balik mata coklatnya yang kelam. “Mungkin kau perlu bertanya pada dirimu sendiri, apakah kau masih mencintainya dengan cara yang sama seperti dulu?”
Pertanyaan itu menggantung di udara seperti kabut di atas gunung, menggantungkan keraguan yang lebih besar di dalam hati Anarkali. "Apa maksudmu?" tanya Anarkali.
Azaan mendekat, menatap wajahnya dengan serius. “Kau datang sejauh ini, mengambil risiko besar, hanya untuk seseorang yang bahkan mungkin tidak ingin ditemukan. Harshvadhan mungkin sudah berbeda sekarang, dan mungkin kau juga sudah berbeda.”
Anarkali terdiam, menatap ke dalam api. Kata-kata Azaan menembus pertahanan hatinya, dan dia merasa bingung dan marah pada dirinya sendiri. "Apa yang kau tahu tentang dia? Apa yang kau tahu tentang aku?" protes Anarkali dengan suara tertahan.
Azaan menghela napas panjang. “Aku tahu apa yang kulihat, dan aku tahu bahwa kau adalah seorang wanita yang kuat, yang lebih dari sekadar tunangan yang hilang. Mungkin perjalanan ini bukan hanya untuk menemukan Harshvadhan, tapi untuk menemukan dirimu sendiri.”
Anarkali merasa ada air mata yang menggenang di sudut matanya. Dia menoleh, mencoba menyembunyikannya, tetapi Azaan melihatnya dengan jelas. “Maafkan aku jika aku terlalu jauh bicara,” lanjutnya. “Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau tidak sendirian dalam perjalanan ini.”
Mereka duduk dalam diam beberapa saat. Anarkali merasa ada kehangatan yang tumbuh di dalam dadanya, bukan hanya karena api unggun yang membara, tetapi karena keberadaan Azaan yang menawarkan sesuatu yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya — perasaan dilihat, dipahami, dan dihargai.
Di tengah perjalanannya, di tengah malam yang dingin, Anarkali bangun dari tidurnya dengan gelisah. Dia berjalan keluar tenda kecil mereka dan menatap bintang-bintang yang bersinar terang di langit Kashmir. Suasana di luar begitu tenang, seakan alam berbicara kepadanya melalui angin yang berhembus lembut. Dalam keheningan malam, dia mencoba merenungkan semua yang telah terjadi, tetapi pikirannya kembali kepada Azaan, pada pandangannya yang intens, pada caranya berbicara dengan tenang namun tegas.
Anarkali menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya, sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan. Perasaan yang perlahan muncul ketika mereka berada bersama, senyuman kecil yang muncul ketika Azaan menceritakan lelucon, atau sentuhan yang tidak disengaja saat dia membantu Anarkali menuruni jalan setapak yang licin. Dia merasa bingung, terperangkap antara masa lalu yang tak pasti dengan masa kini yang menawarkan kehangatan.
Pagi itu, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju Kashmir dengan keheningan yang canggung di antara mereka. Azaan terlihat lebih serius dari biasanya, dan Anarkali tak bisa mengabaikan perasaan tegang yang menggantung di udara. Mereka berjalan melewati lembah hijau yang luas dan menyusuri sungai yang jernih, tetapi suasana hatinya tetap berat.
Saat mereka berhenti sejenak untuk beristirahat, Anarkali merasa ada yang mengganggu pikirannya. Dia menoleh ke arah Azaan, yang sedang mengatur peralatan di ranselnya. “Azaan,” panggilnya tiba-tiba.
Azaan menatapnya dengan tatapan penasaran. “Ya, ada apa?”
Anarkali mengumpulkan keberaniannya. “Mengapa kau membantuku? Kau bahkan tidak mengenalku. Aku bisa saja hanya masalah bagimu.”
Azaan tersenyum kecil, namun senyumnya itu lebih tampak seperti senyum yang menyembunyikan banyak rahasia. “Mungkin kau memang masalah, tapi kau adalah masalah yang menarik,” jawabnya setengah bercanda. “Selain itu, aku punya firasat bahwa kau membutuhkan seseorang di sini, dan aku ingin menjadi orang itu.”
Anarkali tidak bisa menahan senyum samar yang muncul di bibirnya. “Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?”
Azaan menatapnya dengan serius. “Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kau cintai. Kau tidak harus menghadapinya sendirian. Dan mungkin, hanya mungkin, aku merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar membantu seorang wanita yang mencari tunangannya.”
Anarkali merasa ada percikan hangat di dalam dadanya mendengar kata-kata Azaan. "Apakah ini hanya sebuah permainan bagi kita?" pikirnya dalam hati. Dia tahu bahwa jalan di depan masih panjang, dan perasaan ini mungkin hanya bayangan yang dibawa oleh kesendirian dan bahaya perjalanan. Namun, di sisi lain, dia juga tidak bisa mengabaikan perasaan yang mulai tumbuh terhadap Azaan.
Menjelang malam, mereka akhirnya tiba di desa kecil di dekat perbatasan Kashmir. Suasana desa itu sepi, hanya ada beberapa rumah kayu tua yang dikelilingi oleh ladang yang luas. Mereka memutuskan untuk bermalam di sana, di sebuah penginapan sederhana yang terletak di pinggir desa.
Malam itu, setelah makan malam yang sederhana, Anarkali duduk di tepi jendela kamarnya, melihat keluar. Udara malam yang dingin menembus kulitnya, tetapi pikirannya lebih sibuk daripada sebelumnya. Dia mencoba memikirkan Harshvadhan, namun bayangan Azaan selalu muncul dan mengganggu.
“Aku datang ke sini untuk menemukan Harshvadhan,” bisiknya pada dirinya sendiri. “Namun, mengapa aku merasa ada sesuatu yang lain yang sedang kucari?”
Di kamar sebelah, Azaan berdiri di dekat pintu, mendengarkan keheningan malam. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya sejak pertemuan dengan Anarkali. Dia merasa terhubung dengannya, bukan hanya karena perasaan simpati, tetapi ada sesuatu yang lebih mendalam, sesuatu yang tidak bisa dia abaikan.
Malam itu, mereka tidur dengan pikiran yang dipenuhi oleh kebingungan dan ketidakpastian. Besok, mereka akan melanjutkan perjalanan mereka menuju Kashmir, namun di dalam hati mereka, mereka tahu bahwa perjalanan ini lebih dari sekadar mencari seorang pria yang hilang. Ini adalah perjalanan untuk menemukan kebenaran tentang diri mereka sendiri, tentang apa yang mereka inginkan, dan tentang perasaan yang mulai tumbuh di antara mereka.
Dan di bawah langit Kashmir yang berkilauan, mereka menyadari bahwa cinta, seperti perjalanan mereka, tidak selalu mengikuti jalan yang lurus.
💕
YOU ARE READING
MANZIL : Sebuah Perjalanan
RomanceAnarkali, gadis muda India, nekat menyeberangi perbatasan secara ilegal ke Pakistan setelah tunangannya, Harshvadhan, hilang tanpa kabar selama enam bulan. Berjuang tanpa dukungan keluarga dan dana yang terbatas, ia bertemu Azaan, pria Pakistan yang...