Singto membuka pintu kamar Krist, hal pertama yang di lihatnya adalah ruangan itu penuh dengan asap rokok, sedangkan sang pemilik kamar sedang duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya.
"Apa yang kamu lakukan disini" Ucap Krist saat menyadari kedatangan Singto.
"Mama menyuruh ku tidur disini" Ucap Singto.
Krist dan Singto memang sudah menikah tadi pagi, itu sebabnya mama Anna menyuruh Singto untuk tidur dengan Krist, sebelum mereka menikah Singto tidur di kamar tamu.
Krist menghisap rokoknya sambil memejamkan matanya, kemudian menghembuskan asap rokoknya ke atas sambil menatap langit-langit kamarnya.
Singto berjalan mendekat ke arah Krist membuat Krist menatap tajam pada Singto.
"Aku menikahi mu bukan berarti aku menerima kamu menjadi suami ku" Ucap Krist.
"Kenapa? Apa aku mempunyai salah sehingga membuat kamu sangat membenci ku?" Tanya Singto.
"Ya, salah mu adalah kenapa kamu bisa hamil, Sing!!" Ucap Krist frustasi.
"Aku juga tak tahu, Krist" Lirih Singto.
"Jika kamu tak hamil kita mungkin masih bisa berteman! Sekarang aku sangat membenci mu! Kamu merusak masa depan ku!!" Ucap Krist.
"Bukankah masa depan ku juga rusak? Aku bahkan terpaksa harus berhenti kuliah! Aku tak mungkin bisa kuliah dengan perut besar ku 'kan? Orang-orang akan menertawakan ku dan akan menatap aneh pada ku. Apa ada pria hamil di dunia ini selain aku, Krist!! Sedangkan kamu masih bisa kuliah seperti biasa!! Siapa yang lebih hancur Krist? Bukankah itu aku?" Ucap Singto sambil menangis.
"Seharusnya kamu tahu sendiri dengan keadaan tubuh mu!! Kamu bisa hamil harusnya kamu tahu itu!!" Bentak Krist membuat Singto terkejut mendengarnya, ini kali pertama Singto melihat Krist semarah ini padanya.
"Cukup, Krist!" Ucap Korn yang baru saja masuk ke kamar Krist.
Korn menghampiri mereka karna mendengar pertengkaran keduanya. Apa lagi pintu kamar memang tak di tutup, jadi saat Krist membentak Singto tadi bentakannya terdengar keluar hingga kamar Korn yang memang tak jauh dari kamar Krist.
"Seharusnya phi membela aku!" Ucap Krist.
"Bukankah dia sedang hamil? Apa kamu mau anak mu stres nanti?" Ucap Korn sambil menutup mulut dan hidungnya.
Korn tak kuat mencium bau asap rokok Krist sedangkan Singto memang sudah terbiasa mencium itu, jadi dia seperti tak mencium apa-apa, dan tidak terganggu dengan asap rokok Krist.
"Aku tak mau mempunyai anak dari seorang pria, phi! Bisa saja anaknya aneh nanti" Ucap Krist sambil bergidik geli seakan dia benar-benar jijik pada Singto.
Air mata Singto semakin mengalir deras membasahi pipinya, apa lagi setelah mendengar Krist mengucapkan itu.
"Krist, bisakah kamu berhenti merokok?" Ucap Korn sambil berjalan membuka pintu balkon kamar Krist, Korn juga menghidupkan AC kamar itu agar bau asap rokok Krist hilang, terakhir dia menyemprotkan pewangi ruangan di sana.
Korn merebut rokok yang bertengger manis di celah bibir Krist, membuangnya ke lantai lalu menginjaknya.
"Kenapa kamu jahat pada ku, Krist" Ucap Singto, namun tidak di hiraukan oleh Krist.
"Ayo ku antar ke kamar mu, disini tak baik untuk kesehatan kandungan mu" Ucap Korn.
"Tapi mama menyuruh ku tidur bersama Krist tadi" Ucap Singto.
"Aku tak mau tidur dengan mu!" Ucap Krist.
"Tapi aku ingin tidur bersama mu" Lirih Singto.
Korn memegang tangan Singto sehingga membuat Singto menatap Korn.
![](https://img.wattpad.com/cover/375969683-288-k733033.jpg)
YOU ARE READING
Closer To You
FanfictionKrist tahu betul dia sudah sangat keterlaluan, dan penyesalan memang selalu datang di akhir, dulu dia di cintai dengan hebat oleh Singto, sekarang Singto mati rasa karna ulahnya, di tambah dia harus bersaingan dengan saudaranya sendiri demi mendapat...