Weir memijat kepalanya yang terasa pusing, dia menutup laptopnya, dan merebahkan tubuhnya di atas sofa meredakan rasa pusingnya. Sejak tadi pagi Weir memang kurang enak badan, tapi dia tetap memaksakan diri untuk berangkat bekerja.
Pintu ruangan Weir terbuka sehingga membuat Weir menatap ke arah pintu masuk, Korn berjalan masuk ke dalam ruangan Weir sambil menatap tajam padanya.
"Apa ini yang kamu lakukan selama aku tak masuk!! Jangan mentang-mentang aku jarang ke kantor kamu bisa sesuka hatimu untuk tidur di jam kerja!!" Bentak Korn.
Korn memang sedang kesal hari ini, dan emosinya semakin memuncak saat melihat Weir bermalas-malasan di ruangannya, dia sudah di pusingkan oleh masalah adiknya, mencari pengacara hebat untuk membela Krist dan mengumpulkan bukti-bukti Namtan saat mencelakai Singto. Korn ke kantor bermaksud ingin mengecek pekerjaan yang sudah di tinggalkannya selama 1 minggu ini namun dia malah melihat sekertarisnya tidur di jam kerja.
"Tuan, maaf. Tapi kepala ku benar-benar sedang pusing sekarang" Ucap Weir.
Weir beranjak dari sofa, baru satu langkah dia berjalan tubuhnya terasa lemas dan dia terjatuh pingsan. Korn langsung menghampiri Weir dan menggendong Weir membawanya keluar dari ruangannya.
***
Korn duduk di tepi ranjang Weir sambil termenung, tangannya terus menggenggam tangan Weir sejak tadi seakan tak ingin melepasnya walau hanya sebentar saja, pikiran Korn melayang ke kejadian 1 jam yang lalu setelah Dokter memeriksa Weir dan mengatakan jika Weir sedang hamil. Ya... Weir hamil!? Dan itu pasti anaknya 'kan?"Weir" Ucap Korn saat melihat Weir yang kini membuka matanya.
"Tuan, disini benar-benar bau" Ucap Weir sambil menutup hidungnya.
"Apa kamu punya pacar?" Tanya Korn.
"Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?" Ucap Weir bingung.
"Jawab saja pertanyaan ku"
"Tidak, aku tak punya pacar"
"Apa hanya aku yang menyentuh mu?"
"Tentu saja, apa tuan berpikir aku seorang jalang yang bermain dengan banyak pria?" Ucap Weir dengan nada kesal.
"Weir kamu... Kamu hamil!" Ucap Korn.
"Oh, bukankah tuan memang selalu memasukannya di dalam? Wajar jika aku hamil" ucap Weir yang seakan tak terkejut sama sekali mendengar itu.
"Tapi kamu pria Weir" Ucap Korn.
"Kata mama aku memang bisa hamil, tuan. Aku lupa mengatakan itu pada tuan." Ucap Weir.
Korn terdiam mendengarnya, begitu juga dengan Weir yang kini diam, sesekali Weir melirik Korn, ingin tahu reaksi Korn seperti apa.
"Tuan pasti akan bertanggung jawab kan?" Ucap Weir setelah lama terdiam.
"Aku... Ya... Tapi nanti, kamu tahu sendiri keluarga ku sedang ada masalah, Krist di penjara sekarang" Lirih Korn.
"Ya, aku akan menunggu" Ucap Weir sambil tersenyum.
"Ayo ku antar pulang" Ucap Korn.
Kata dokter tadi Weir memang sudah boleh pulang jika dia sudah sadar, Weir hanya kelelahan karna usia kehamilannya masih sangat muda.
Korn menjalankan mobilnya dengan pikiran yang bercampur aduk, sejujurnya dia belum siap menikah apa lagi dengan Weir, tapi jika Korn menolak bertanggung jawab itu artinya dia sama dengan Krist yang pernah menolak kehamilan Singto, dia bukan pria brengsek 'kan? Semuanya benar-benar membingungkan.
Korn masih mempunyai sedikit rasa dengan Singto, apa dia menyukai Weir? Sepertinya tidak, dia melakukan seks dengan Weir karna memang Weir selalu mau melayaninya saat dia menginginkannya, dari pada menyewa jalang yang belum tentu bersih itu sebabnya dia lebih memilih untuk melakukannya dengan Weir.
Korn menekankan dalam hatinya, dia tak boleh jadi pria brengsek, apa lagi di dalam perut Weir ada anaknya sekarang.
Hampir 30 menit perjalanan akhirnya mobil Korn berhenti di depan rumah Weir.
"Ayo masuk, tuan" Ucap Weir.
Korn mengangguk, ini kali pertama Korn ikut Weir masuk ke rumahnya.
"Dimana orang tua mu?"
"Mama mungkin sedang pergi, papa sudah meninggal 5 tahun yang lalu" Ucap Weir.
"Ohh"
Kini Korn dan Weir masuk ke kamar Weir.
"Bagaimana perkembangan kasus Krist, tuan?" Tanya Weir.
"Kami hanya tinggal menunggu sidang, disana baru bisa mengajukan pembelaan untuk Krist, entah bagaimana hasilnya nanti, ku harap semuanya baik-baik saja" Ucap Korn.
"Semoga semuanya berjalan lancar" Ucap Weir.
"Ya"
Korn menatap mata Weir, tangannya terangkat mengusap pipi Weir yang sedikit bulat.
"Jaga anak ku dengan baik" Ucap Korn.
"Kenapa mengatakan itu? Aku pasti akan menjaganya dengan baik" Ucap Weir.
"Aku hanya tak mau kehilangan anak ku sama seperti Krist kehilangan anaknya"
"Jadi Singto pernah hamil?"
"Ya... Tapi dia melahirkan sebelum waktunya, itu semua karna kekasih Krist, dia memberi Singto obat penggugur kandungan, lalu ternyata Krist membalas dengan menculik kekasihnya sendiri" Ucap Korn.
"O-oh..." Sekarang Weir mengerti dengan kasus yang menimpa Krist.
"Aku tak mungkin seperti itu jika tuan tak punya kekasih" Ucap Weir dengan nada bercanda.
Korn hanya tersenyum menanggapinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari persidangan telah tiba, Krist duduk di tengah, di sisi kanan dan kiri Krist ada polisi yang menjaganya.Korn dan pengacara yang di sewanya sudah mengatakan alasan Krist melakukan itu karna Namtan mencelakai Singto, ruang persidangan sempat ribut tadi karna papa Namtan ingin memukul Korn dan sekarang persidangan di lanjutkan.
Suasana sangat tegang sekarang karna hakim akan mengatakan keputusan mereka.
"Kami sudah berdiskusi tentang ini, tuan Krist perawat akan di penjara selama 1 tahun karna kesalahannya" Ucap Hakim ketua sembari mengetuk palu.
"Bagaimana dengan wanita iblis itu!?" Ucap Korn.
"Dia korban disini, tuan" Ucap Hakim.
Hakim mengetuk palu tiga kali petanda sidang di tutup, satu persatu dari mereka mulai keluar dari sana.
Korn dan tuan Edward merasa gagal menyelamatkan Krist, sedangkan Singto menangis saat mendengar suaminya akan di penjara selama 1 tahun dan Namtan tersenyum puas mendengar itu, selama Krist di penjara dia akan membalas Singto nanti!
Krist hendak di bawa oleh polisi, namun Singto langsung berlari menghampiri Krist, memeluk tubuh Krist.
"Jangan tinggalkan aku, Krist" Ucap Singto.
"Aku tak meninggalkan mu, Sing. Aku memang harus menjalani hukuman atas kejahatan yang telah ku perbuat" Ucap Krist.
Poon dan Off memeluk Krist, mereka merasa bersalah karna Krist tidak menyebut nama mereka dalam melancarkan aksi kejahatan itu. Ya, Krist memang mengatakan hanya dia sendiri yang melakukan semuanya, Namtan juga seperti tak peduli Krist akan menyebut temannya atau tidak. Itu sebabnya Poon dan Off bisa selamat bahkan ikut hadir di persidangan Krist.
"Phi Korn, tolong jaga Singto dengan baik" Ucap Krist sambil tersenyum.
"Krist..." Lirih Singto.
"Biarkan aku pergi, Sing" Ucap Krist.
Singto terpaksa melepas pegangan tangannya dan polisi langsung membawa Krist pergi dari sana.
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/375969683-288-k733033.jpg)
YOU ARE READING
Closer To You
FanfictionKrist tahu betul dia sudah sangat keterlaluan, dan penyesalan memang selalu datang di akhir, dulu dia di cintai dengan hebat oleh Singto, sekarang Singto mati rasa karna ulahnya, di tambah dia harus bersaingan dengan saudaranya sendiri demi mendapat...