Chapter 5: Fenceless
Jika dikatakan Natta jelmaan monster ketika kondisi moodnya buruk, niscaya Wanda akan menjadi prajurit garda utama yang menaikkan papan bertuliskan 'Valid! Please no debat rakyatku'. Alis Natta bertaut dengan peta wajah yang bertekuk-tekuk bak pakaian yang tidak disetrika. Kemarahan dan kekecewaan kentara sekali di setiap garis vena yang tercetak tipis-tipis di permukaan kulit goldennya itu. Sayang sekali paras ayunya yang dipuja-puji seantero kastil Arachovasia.
Sungguh Wanda pun turut muram dibuatnya, terasa energi buruk Natta tersalur dan berputar sampai atap hingga mencekik seluruh orang yang berani mendekat.
Sejak tadi pertanyaan Wanda yang ingin memvalidasi pikirannya dibubarkan oleh ketukan hak sepatu pantofel Natta yang melangkah ke sana ke mari entah apa yang dicarinya. Pokoknya Natta sibuk sekali.
"Hah sial, aku pikir ini belum cukup." Natta bermonolog tentu saja dengan bokong yang akhirnya duduk di sofa beludru marun yang tepat berada di depan Wanda. Jelas sekali ia mengabaikan eksistensi kakak sepupunya yang nyogrog memperhatikan gerak-geriknya sejak tadi."Kau baik-baik saja, Natta?" Wanda bertanya untuk yang kesekian kali lalu menyentuh dahi adik sepupunya. Natta menggeleng, ia jujur apa adanya bahwa sejak berita mengenai pernikahannya yang konon akan dilakukan bersama tuan Mayor Advisor, Natta berubah tidak terarah dan berakhir membuatnya tidak cakap berkegiatan kendati situasi istana sedang sibuk-sibuknya.
"Tidak, tidak ada yang terlihat baik dariku. Kau lihat kak betapa frustasinya aku ini?" Wanda tidak cakap menjawab. Iya, dia melihat Natta buruk, maksudnya auranya buruk. Kantung hitam di bawah matanya menyapa pandangan Wanda kali pertama pertemuan di meja makan hingga Natta tidak lagi glowing seperti perjumpaan pertama mereka satu pekan lalu.
"Kau cantik, seperti biasa." Wanda tidak bohong. Kendati Natta pikir dirinya buruk namun tetap mempesona meski awan mendung menutupi sebagian besar kecantikannya. Kalau jaman sekarang sebutannya 'pretty gotic'.
"Aku bernegosiasi dengan ayah. Kau tahu kak, sepertinya tidak akan menghasilkan apapun. Ayah justru mendepakku untuk keluar ruangan hanya karena dia sibuk dengan Sir Althair. Betapa jahatnya pria tua itu terhadap putranya sendiri—"Natta nyerocos bak petasan membagikan pengalaman kurang menyenangkan yang didapatnya. Ia digiring pergi oleh beberapa aparat kepercayaan ayahnya. Hal itu sangat melukai harga dirinya sebagai pangeran yang pantas mendapat penghormatan.
"Kau yakin itu negosiasi dan bukan bertengkar?" Natta ini terlalu banyak tidak setuju terhadap pilihan keluarganya, sehingga selalu menentang mereka. Wanda yakin, bukan negosiasi yang dilakukan Natta, melainkan perdebatan. Dia hapal dengan perangai anak omega pamannya satu ini.
"Ya aku masih yakin itu bentuk diskusi untuk mengemukakan pendapat dari sisiku. Aku berhak atas keputusanku mengenai hidup, kan?" katanya sambil membuka-buka buku jurnal kedokteran yang Wanda yakini bukan bacaan yang tepat untuk otak orang-orang tanpa kecerdasan khusus.
"Ah kau terlalu banyak membela diri. Kau yang pergi kemarin sudah cukup untuk mengedepankan asas 'berhak' itu. Sekarang pantasnya kau mendengarkan kekalutan yang terjadi di lingkungan kita, Natta." Wanda menggeleng tidak percaya. Bisa saja Natta menganggap demikian jika saja ia lahir dari keluarga biasa bukan anak raja.
"Kak, apa kau berubah tidak adil dan ikut semena-mena seperti ayah dan papaku?"
"Kau yang tidak adil dengan kepentingan orang banyak, Natta. Sudahlah, tinggal menikah dan beranak saja apa susahnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAVENLY BOUND
FanfictionHEAVENLY BOUND [MILEAPO FANFICTION] Terlahir sebagai anggota kaum dengan hierarki terendah dalam rantai kasta Easthaven, Nattanoir Wrighton telah terbiasa mengucilkan diri. Meskipun berstatus pangeran kedua dan berkekuatan healer, ia memilih untuk...