27.

805 86 23
                                    

Assalamu'alaikum, Shalom, Om swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan🙏

Karena aku nulisnya pake hati, jadi kalian bacanya juga pake hati, biar sampai ke hati, tapi jangan diambil hati, okeyy?😉

Happy membaca💚

*****

Sagara sudah tahu siapa Papanya atau mungkin belum tahu juga? Karena saat Dareno berteriak 'om' ada dua orang di sana. Dua pria itu Sagara kenal, om dari temannya–Akasa. Belum sempat bicara lebih Dareno sudah ditarik oleh Sagara untuk segera pergi dari sana.

Dua remaja itu seperti masih terkejut dengan apa yang terjadi tadi. Saat ini mereka sudah berada di mall untuk membeli kado yang Dareno maksud tadi.

"Sa," panggil Dareno yang pikiran entah masih dimana.

"Om–"

"Udah ayo cari kado! Gue masih harus kerja No." Potong Sagara.

Dareno yang masih linglung hanya menurut saja. Tidak ada pembahasan ini lagi. Mereka hanya berdiskusi kado apa yang cocok untuk bunda Dareno. Setelah mendapatkan apa yang cocok mereka segera membelinya dan pulang.

Mereka berdua berpisah di depan mall, Dareno pulang ke rumahnya dan Sagara pergi bekerja seperti biasanya. Sagara berharap menyibukkan diri dengan berkerja bisa mengurangi sedikit saja rasa berisik dikepalanya.

***

"Assalamu'alaikum," Salam Sagara saat sudah sampai rumah. Ia hanya bekerja sebentar saja karena waktunya sudah banyak terpakai untuk kejadian 'tadi' dan juga menemani Dareno mencari kado.

Mama datang dari dapur menghampiri anak semata wayangnya yang terlihat lelah. Teresa usap lembut surai hitam legam milik anak kesayangannya.

"Wa'alaikumussalam, mama tunggu Saga loh dari tadi. Kenapa tadi siang nggak pulang dulu? Padahal mama sudah masakin Saga loh," Sagara terkekeh mendengar nada merajuk dari sang ibu, lucu sekali mamanya ini.

"Tadi tuh Saga nemenin Reno beli kado dulu ma, terus langsung lanjut jualan. Maaf ya mama." Jelasnya pada sang ibu.

"Ya udah deh gak papa, mama maafin. Sekarang Saga mandi terus makan, biar mama panasin dulu makanannya." Sagara mengangguk menuruti permintaan mamanya.

Setelah Sagara menjauh dari pandangannya Teresa mulai gelisah dan bimbang bagaimana caranya ia harus menjelaskan perihal sang Papa pada Sagara. Bayangan buruk mulai menghantui fikirannya.

Saat Sagara baru selesai mandi bertepatan juga dengan adzan maghrib sehingga ia pergi ke masjid terlebih dahulu dan pulang ketika sudah selesai shalat isya' barulah setelah itu ia memakan masakan lezat buatan mamanya. Seperti hari-hari sebelumnya, setelah makan sepasang Ibu dan anak itu pasti akan duduk berdua di ruang tamu yang merangkap menjadi ruang keluarga juga untuk sekedar bercerita tentang hari ini. Dikesempatan ini juga Teresa akan berbicara dengan Sagara secara perlahan mengenai sosok Papanya yang tadi siang datang kemari.

"Tadi sekolahnya gimana?" tanya Teresa basa-basi sebelum menuju ke pembicaraan yang lebih serius lagi.

"Baik ma," jawab Sagara seadanya

Kini Sagara tiduran dengan paha mamanya sebagai bantal. Ia minta mamanya untuk mengelus kepalanya. Teresa dengan senang hati menuruti. Rasanya Teresa tidak tega untuk mengatakan fakta baru ini. Melihat betapa lelahnya sang putra. Akan tetapi ia sudah mengatakan pada Kala untuk menemui Sagara besok karena ia akan berbicara pada Sagara malam ini. Teresa tidak mau menyimpan rahasia pada anaknya apalagi ini menyangkut ayah sang anak. Sosok yang selalu menjadi pertanyaan Sagara kecil dulu.

About Sagara [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang