24.

1.7K 144 26
                                    

Assalamu'alaikum, Shalom, Om swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan🙏

Karena aku nulisnya pake hati, jadi kalian bacanya juga pake hati, biar sampai ke hati, tapi jangan diambil hati, okeyy?😉

Happy membaca💚

*****

Hari ini Sagara bangun sedikit kesiangan. Mungkin efek kelelahan membuat ia terlarut dalam tidur nyenyaknya. Karena sedikit kesiangan mama memaksa Sagara berangkat sekolah menaiki angkutan umum, sebab jika ia tetap berjalan kaki seperti biasanya bisa bisa sampai di sekolah gerbangnya sudah ditutup.

Sagara sampai di sekolah bertepatan dengan bel masuk berbunyi. Hal itu membuat Dareno terheran-heran karena tidak biasanya temannya ini datang se siang ini.

"Tumben Sa," Kalimat sapaan keheranan Dareno menyambut Sagara yang baru saja mendudukkan diri dikursinya.

"Kesiangan No," balas Sagara seadanya.

Setelahnya tidak ada percakapan lagi karena guru mapel pertama hari ini sudah memasuki kelas.

*****

Jam pelajaran terakhir adalah mapel pjok, karena hanya satu jam pelajaran pak Danang- guru pjok memberikan jam kosong. Anak kelas Sagara tentu saja senang karena sedari pagi kelas mereka tidak ada jamkos sama sekali.

Para anak laki-laki langsung menuju belakang kelas yang tersedia karpet yang biasanya untuk sholat kini mereka gunakan sebagai alas rebahan untuk mabar game online. Dareno pun turut serta dalam permainan tersebut hanya saja dia tetap dibangkunya. Sedangkan Sagara, ia hanya diam memperhatikan teman-temannya bermain. Ponsel Sagara tidak memungkinkan untuk diisi game online yang membutuhkan banyak penyimpanan itu, jadi Sagara bagian menonton saja. Semua teman sekelas Sagara langsung mencari tempat yang nyaman untuk menikmati jamkos dijam pelajaran terakhir ini. Semua di dalam kelas karena tidak diperbolehkan keluar kelas oleh pak Danang.

Teriakan serta umpatan mulai terdengar dari arah belakang membuat Sagara menoleh. Ia melihat wajah serius dari teman-temannya membuatnya terkekeh pelan.

"ANJING RADEN! GUE JADI MATI KAN!" teriak Dareno kesal. Dia lempar ponselnya ke atas meja dengan kesal.

"SORI SORI KAGA KELIATAN!" balas Raden.

Dareno mencebik pelan karena masih kesal karena kalah. Ia ambil handphone yang ia lempar tadi.

"Mau main gak Sa?" tawarnya pada teman sebangkunya itu. Melihat gelengan kepala dari Sagara, Dareno pun mematikan ponsel dan menyimpannya di atas meja. Dia suka tidak mood untuk kembali bermain game.

"Oh ya Sa, nanti temenin gue cari kado." ajak Dareno.

"Kalau nanti nggak bisa No, gue harus kerja." tolak Sagara halus.

"Bentar doang elah! Nanti gue ganti deh uangnya." ucap Dareno yang terkesan memaksa.

"Bukan gitu No. Yaudah nanti gue temenin, tapi gue pulang ke rumah dulu," jawab Sagara pada akhirnya.

"Oke." ucap Dareno lalu pergi keluar kelas.

Helaan nafas terdengar dari belah bibir remaja laki-laki itu. Bukan, bukan ia tidak senang diajak pergi oleh Dareno, hanya saja kebutuhan rumah sedang banyak. Jika hanya mengandalkan uang hasil jualan mamanya saja mungkin tidak akan cukup, maka dari itu Sagara menyayangkan jika harus tidak berangkat kerja hari ini. Mungkin jika direncanakan jauh-jauh hari ia bisa mengambil donat lebih banyak untuk ia jual sebelum meminta izin tidak masuk bekerja kepada bosnya. Tapi ya sudah lah, mau bagaimana pun dia tidak akan pernah bisa menolak Dareno.

About Sagara [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang