25

2.4K 229 12
                                    

Hari ini Jaemin memberikan hari libur untuk Haechan karena sejak pagi tadi anak itu muntah-muntah, dokter bilang Haechan terkena morning sick dan hal itu merupakan sesuatu yang wajar bagi orang hamil.

Jaemin juga memberikan libur untuk Jeno menemani Haechan dirumah sebagai Ayah dari anak yang dikandung oleh Haechan tentunya.

"Jaga dia baik-baik, jika ada sesuatu terjadi telfon aku," ucap Jaemin sebelum dirinya meninggalkan rumah, Jeno hanya menganggukkan kepalanya.

"Kau juga pasti tahu terlebih dahulu dari CCTV," ucap Jeno.

"Tentu saja, aku memantau semua orang," jawab Jaemin, ia masuk ke dalam mobil dan Jeno menutup pintu mobil. Setelah memastikan mobil Jaemin sudah meninggalkan rumah, Jeno kembali ke dalam.

Meskipun dirinya tidak ke kantor, tentu saja Jeno masih melakukan tugasnya dari rumah, ia memantau lingkungan Jaemin dan memastikan jika semuanya aman. Semua pekerjaan mengawasi dan menemani Jaemin diserahkan kepada Mark sementara.

Orang gila itu dengan mudah menjadi salah satu tangan kanan Jaemin melihat kegilaan dan obsesinya untuk membunuh orang. Jeno kembali ke kamar, ia melihat Haechan baru saja keluar dari kamar mandi, wajahnya pucat, tangannya memegang perutnya.

"Aku akan menyiapkan minuman hangat untukmu," Jeno menggendong Haechan dan menidurkannya ke kasur, mengusap kepala anak itu dengan lembut sebelum pergi ke dapur untuk membuat minuman hangat yang sekiranya bisa meredakan rasa sakit di perut Haechan.

Sembari menunggu air mendidih, Jeno terdiam sejenak di pantry, bagaimana jika ia membawa Haechan pergi dan menjadi keluarga normal?
Memikirkan dirinya bermain dengan anaknya dan Haechan membuat hari Jeno menghangat, ia tidak pernah terpikirkan opsi menjadi seorang Ayah dan memiliki keluarga kecil. Tetapi adanya Haechan membuat Jeno berpikir jika itu akan menjadi salah satu impiannya.

"Jeno," Haechan berteriak dari kamar, mendengar itu Jeno buru-buru menyelesaikan minumannya dan membawanya keatas dengan tergesa.
"Ada apa? ada yang sakit?" tanya Jeno.

"Apa Tuan Jaemin sudah berangkat?" tanya Haechan,

"Sudah," Jeno menaruh minuman hangat itu dinakas sambil membantu Haechan duduk.

"Tiba-tiba saja aku ingin melihat wajahnya..." ucapan Haechan membuat Jeno tersadar, anak dalam kandungan Haechan adalah anak Jaemin. Tetapi ia buru-buru menepis pemikiran itu, ia mengusap kepala Haechan dengan lembut.

"Sangat ingin?" tanya Jeno yang dibalas anggukan oleh Haechan, lantas Jeno mengambil ponselnya dan menelfon Jaemin setelah mengetikkan pesan singkat jika Haechan ingin melihat dirinya.

Pada akhirnya Haechan kembali tertidur dengan video call dari Jaemin yang melakukan pekerjaannya di kantor tanpa mematikan panggilan tersebut.

Jeno tetap berada di kamar Haechan, memastikan Haechan mendapatkan istirahatnya dengan baik.


--025--



Ketika jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, Haechan baru bangun dari tidurnya, ia berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Namun ketika membuka pintu ia malah mendapati Jeno didalamnya.

"Haechan? Apa kau merasa mual lagi?" Jeno berjalan menghampiri Haechan dengan raut wajah khawatir, kepala Haechan menggeleng sebagai jawaban.

Rendezvous (Nahyuck) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang