Bab I Monoton Dan Warna

2 0 0
                                    

Aku ingat sekali kejadian 4 tahun lalu saat aku berada di sekolah dasar, tepatnya di kelas 3. Saat itu, aku hanya mampu melihat hitam dan putih, sebuah warna yang monoton.

Halo semua, ini ceritaku, Adit. Seorang siswa yang baru saja menginjak sekolah menengah pertama. Hari pertama ini aku tak ingin telat, namun takdir berkata lain.

"Adittt... Alarm kamu tuh bunyi dari tadi, cepat matiin! Lagipula ini sudah pukul 6," Ibu berteriak sembari menarik selimutku.

"ADUHHH GAWAT! 1 jam lagi aku sudah harus berada di sekolah!" Aku terbangun dan terburu-buru menuju kamar mandi.

Di kamar mandi, aku bergegas mandi dengan terburu-buru. Namun, aku melihat ke lenganku ada sebuah gelang pemberian seorang gadis yang pernah aku temui.

"Dit, aku akan pindah dari sekolah ini, jadi aku beri ini untukmu," ucap sang gadis sembari memberikan sebuah gelang.

"Dit, fokus Dit, kamu udah telat," kataku sambil menggelengkan kepala.

Selesai mandi, aku langsung berlari menuju kamar, mengenakan seragam baruku yang sudah disiapkan ibu. Setelah itu, aku kembali berlari menuju ruang makan dan menyantap sarapan dengan lahap.

"Adit! Makan tuh pelan-pelan, kalau tersedak gimana?" tegur Ibu.

"Ga ada waktu, Bu, ini sudah jam 7:30," jawabku.

Aku makan semua hidangan yang sudah disiapkan dan meminum segelas susu hangat di meja. Setelah habis, aku berpamitan pergi.

"Ibu, Adit berangkat dulu ya!" aku berteriak.

"Hati-hati lho ya, nak," jawab ibuku.

Aku berlari menuju parkiran, mengambil sepeda, dan mengayuh sepeda secepat mungkin.

"Aduh, sempat ga yah ini, kalau telat dihukum apa ya kira-kira," renunganku saat melaju melewati gang-gang yang bisa dibilang sulit.

Warna dedaunan, langit, dan bangunan sekitar tampak monoton, tak berwarna. Karena aku terlalu fokus memperhatikan bangunan sekitar, aku menabrak seseorang saat keluar dari gang.

'Brak!' sepedaku terjatuh bersama dengan diriku.

Aku langsung berdiri dan memastikan kondisi orang yang hampir aku tabrak.

"Kamu gapapa kan, ga ada luka?" ucapku sembari membalikkan badan.

Betapa terkejutnya diriku, ribuan warna memancar darinya. Aku melihat seorang gadis cantik nan menawan memegang tasnya di hadapanku.

"Aku ga kenapa-kenapa kok, kamu sendiri gimana?" ucap sang gadis.

"A-aku... baik-baik aja kok!" jawabku dengan suara bergetar dan wajah memerah. Sudah lama aku tak berbincang dengan gadis seusiaku, dan kegugupanku semakin terasa.

"Syukurlah kalau begitu"jawab si gadis

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Warna duniakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang