Persahabatan ini semoga kian erat, tidak ada kata perpisahan yang sangat menyayat. ~Leonardo
Sebelum ke markas, mereka mengikuti Leo mengambil sebuah kunci di apartemen lelaki itu. Barulah mereka mendatangi Markas dan Leo membuka gembok markas itu yang sudah tak pernah di tempati selama setengah tahun.
Begitu memasuki markas, gelap gulita. Leo menyalakan sakelar di dekat pintu. Terlihatlah terang benderang markas itu.
Semua barang dan mebel di dalamnya di tutupi kain agar tak di hinggapi debu. Mereka berjalan ke arah sofa dan menyingkapkan kain besar yang menutup sofa dan meja.
David duduk di sofa single. Di sisi kanannya terdapat Leo duduk di sofa tripple. Terbalik bukan? Tapi sudahlah terserah mereka.
Axter masih berdiri tegap sembari menumpu kedua tangannya di pinggang. Lelaki itu tengah mengamati sekeliling, seperti melihat museum. Berakhir ia menonton spiderman yang membuat rumahnya.
Di sisi kiri David, Vernon tengkurap merebahkan dirinya di sofa panjang nan lebar itu, seperti di rumahnya tidak memiliki sofa empuk saja. Allard menyusul, ia menindih tubuh Vernon serta memeluk lelaki itu dari atas.
"Apaan sih, tod? Maen tiduran di atas gue aja. Lo pikir lo nggak berat apa?" Protes Vernon. "Minggir!" Perintahnya.
"Nggak ah, enakan juga disini, di atas lo anget soalnya." Nyeleneh Allard. Ia semakin ngedusel di punggung Vernon. "Mas mau angetin aku kan?" Rayu cowok itu bak banci.
"Mas mes mas mes," tiru Vernon. "MATAMU!" Makinya tinggi ia keki.
"Cup cup cup, mas, jangan marah-marah mulu ih." Allard menenangkan.
Vernon menengokkan wajahnya ke belakang melihat Allard yang semakin nyolot.
"Sini dong mas, mau civic apa civoc?" Tawar Allard begitu pandangannya dengan Vernon bertemu.
"COVID!" Lantang Vernon seketika. "Mampus lo!"
"HAHAHA!" Pernyataan Vernon itu di sambut gelak tawa dari Leo dan David yang menyimak mereka.
"Udah minggir gue mau bangun!" Perintah Vernon tidak sabaran. Ia menyentakkan satu lengannya ke belakang.
Allard dan Vernon cocok sekali di satukan. Vernon yang kesabarannya setipis tisu di bagi 10 menghadapi Allard pengawur handal.
Vernon bangkit Allard pun bangkit. Vernon mendudukkan dirinya dengan wajah dongkol sedangkan Allard memasang wajah melas. Axter ikut mendudukkan dirinya di samping Allard. Puas sekali ia melihat rumah laba-labanya jadi.
"Ya elah, sabar dikit napa." Allard kembali bersuara, menyarankan Vernon untuk tabah. "Marah-marah mulu lo. Kek kak Ros." Komentar lelaki itu.
"Ya itu juga karena lo!" Vernon menyalahkan Allard di sertai mendelik ke arah lelaki itu. "Gue nggak akan marah-marah kalo lo nggak buat ulah!"
Allard memanyunkan bibirnya. Merasa melas habis terkena amuk. "Kak Ros ni garang lah, stop lah marah-marah!" Drama dari Allard di mulai.
"Ha'a lah Ros, tak payah lah marah-marah, nanti lekas tue," sahut Leo meniru gaya bicara Opah, Nenek dari si kembar Upin & Ipin.
Semuanya kontan menatap Leo dengan ekspresi bingung.
"Gue cosplay Opah." Cetus Leo. "Besok gue kasih tompel di sini." Lelaki itu menempatkan jari telunjuknya di pipi. "Jadi deh Opah," ucapnya bangga.
"Oke siap," Allard mendukung. "Lo opah nih ye," Allard yang akan memutuskan siapa yang akan memerankan siapa.
"Terus lo Kak Ros," Allard menunjuk muka Vernon. "Lo upin," bergantian ia menunjuk muka Axter.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARDO
Mystery / ThrillerLionfires, geng motor yang telah lama terpecah belah kembali bersatu padu. Leonardo Nathaniel Estungkara sebagai ketua geng tersebut, di suguhkan ancaman sehingga menyatukan kembali seluruh anggotanya. Namun siapa sangka, seseorang bermuka dua terse...