𝟑

25 2 0
                                    


𝐒𝐨𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐭𝐡𝐢𝐬 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫:  𝐔𝐦𝐚𝐚𝐬𝐚.

𝟑𝐫𝐝 𝐌𝐨𝐧𝐭𝐡.

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Tiba hari di mana Owen menepati janjinya dengan Rei untuk membeli buku bersama. Sesuai apa yang Owen katakan, sekarang ia sudah berada di depan rumah Rei.

Owen
"Aku udah di depan rumah kamu yaa"

Rei
"HAH? SERIUS? TUHANKU, BENTAR
YA KAKKKK"

Laki-laki itu terkekeh melihat respon Rei, saat ia memberi tahu secara mendadak bahwa ia sudah berada di depan rumahnya.

Sekalinya perempuan, tetaplah perempuan, mau semendadak apapun itu, ia tetap lama berdandan, kan? 25 menit berlalu sejak Rei menyuruh Owen untuk duduk di sofa rumahnya.

Owen mengamati sekeliling rumah Rei, sangat sepi, kenapa tidak ada orang? Entahlah, mungkin saja sedang pergi dan hanya Rei yang berada di rumah. Saat Owen sedang terpaku dengan benda canggih miliknya, Rei keluar dari kamarnya.

"Aduhh, maaf ya kak, jadi nunggu lamaaa," Rei merasa tidak enak tentunya, siapa yang tidak kaget saat baru bangun dari tidur cantik, langsung mendapatkan notif bahwa orang yang kita tunggu sudah berada di depan rumah? Agaknya membuat jantung berhenti sedetik.

"Gapapa, aku sengaja dateng mendadak kok," Owen tertawa kecil.

"Anjing! Cakep banget cok! Mimpi apa gua,"

"Udah? Mau berangkat sekarang?" Tanya Owen, menyadarkan Rei yang terhanyut dalam pikirannya sendiri, memikirkan ketampanan Owen tentunya.

"Eh, iyaa, hehe.. Kakak mau beli buku juga? Atau cuma mau liat liat aja?"

"Pengen beli diarynya Malioboro sih, kalo masih ada," Terangnya, membuat Rei mengangguk. Setelah mengunci pintu rumahnya, mereka segera berangkat ke tempat tujuan awal, toko buku.

...

Sudah 30 menit Rei berdiri di depan rak buku, sibuk memilih buku yang ingin ia beli. Terlalu banyak pilihan, kepalanya seperti akan meledak.

"Masih belum kepikiran mau beli yang mana?" Owen berdiri di samping perempuan itu dengan satu buku incarannya, yang sudah ada di tangan.

"Aku bingung! Menurut kak Owen, enaknya beli yang mana? Ini atau ini?" Rei menggegam dua novel di tangan kanan dan kirinya, meminta pendapat soal buku yang sebaiknya ia beli.

"Kamu udah baca? Kalo udah, mending beli yang belum kamu baca ajaa," Mendengar jawaban Owen, Rei menaruh kembali kedua buku itu, dan mengambil salah satu buku dengan cover biru laut, yang berjudul Laut Bercerita.

"Ini aja deh! Udah yuk ke kasir!" Rei menarik lengan Owen menuju ke arah kasir, sang empu hanya pasrah mengikuti arah perempuan itu.

Setelah acara bayar membayar, mereka turun menuju ke arah cafe yang berada di bawah toko buku itu.

"Mau ke cafe ngga?" Usul perempuan itu, yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Owen.

Sampailah mereka di depan kasir cafe itu, Rei melihat menu yang tertera di papan, membacanya dengan teliti.

"Aku matcha deh! Kakak apa?" Rei menggeser menu di hadapannya, Owen membaca tulisan yang ada di hadapannya.

"Samain sama kamu aja,"

Beberapa menit berlalu, pesanan mereka pun akhirnya datang. Rei mengalihkan pandangannya dari novel yang sedang ia baca.

"Selain suka kucing, buku, matcha, kak Owen suka sama apa lagi?" Rei bertanya sambil meminun matcha miliknya.

"Kupu-kupu,"

"Oh! Tatto yang di tengkuk itu yaa!" Ia sempat beberapa kali melihat tatto itu saat mereka sudah lepas dari jam sekolah. Mendengar ucapan Rei, Owen hanya mengangguk dan lanjut meminum Matchanya.

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.・。.・゜✭・

Sudah 4 jam berlalu sejak Owen mengantarkannya kembali ke rumah, sudah 4 jam pula Rei berguling-guling di kasurnya, wajahnya sangat merah sekarang, ia baru menyadari bahwa ia berjalan-jalan berdua dengan Owen sejak tadi.

"ANJINGGGG!!! CAKEP BANGET BRENGSEKKK!!" Teriak Rei tertahan oleh bantal yang menutupi wajahnya.

Ia sudah menelfon Cia sebanyak 5 kali hanya untuk memberi tahu Cia bahwa Owen sangat tampan baginya, sudah bisa dibayangkan wajah Cia seperti apa sekarang, mual.

Rei membenarkan posisi tubuhnya, pikirannya masih terus terisi oleh seorang Owen Gyanendra. Ia mengambil hpnya, sekali lagi membuka akun instagram milik Owen, tidak bosan melihat beberapa postingan dan highlight orang itu.

"Cailah breee, cakep begini kalo bukan punya gua, sayang banget anjir," Ucapnya sambil terus menatap layar hpnya.

Perempuan itu sepertinya sudah tergila-gila dengan paras seorang Owen Gyanendra, tiada hari tanpa memuja lelaki itu. Jika di dunia ini ada yang lebih tampan dari seorang Owen Gyanendra, ya gua tetep sama Owen lah, setia bos, alayfu mas!

"Gua kasih semua wishlist novel novel lu pada, kalo bisa nemuin manusia yang gantengnya melebihi seorang Owen Gyanendra! Sumpah deh ya, anjing, CAKEP BANGET BROOOOOO!!" Biarkan saja dia bermonolog sendiri, mari kita selesaikan chapter ini.

✿✼:*゚:.。..。.:*・゚゚・**・゚゚・*:.。..。.:*゚:*:✼✿ 

 Hng gantenv bgt si, sstga, akj sltinh bghtz

 Hng gantenv bgt si, sstga, akj sltinh bghtz

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝟕𝟏𝟕 𝐰𝐨𝐫𝐝𝐬.

𝐎𝐰𝐞𝐧 𝐆𝐲𝐚𝐧𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚'𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang