Dia Angkasa Dewangkara, yang semua orang kenal sebagai manusia tanpa belas kasih. Seperti namanya, Angkasa tumbuh bersama rasa percaya diri setinggi langit, berkuasa atas banyak hal, dan tentunya bersahabat dengan angkara yang selalu menyelimutinya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Samudra terus memikirkannya, otaknya sama sekali tidak ingin berhenti dalam mencoba memahami apa yang sebenarnya Angkasa inginkan. Samudra merasa tidak pernah melakukan apapun yang sekiranya bisa menarik atensi Angkasa. Malahan, tingkahnya selama ini jika dipikir berulang kali terasa cukup menyebalkan.
Jadi, bagian mana dari dirinya yang menarik bagi Angkasa sehingga orang itu rela melukai tubuhnya sendiri hanya demi mengukir nama Samudra? Tidak ada. Hubungan keduanya juga terbilang buruk, bahkan Samudra rasa Angkasa pasti juga sadar akan kebencian yang selama ini dirinya nyatakan untuk orang itu.
"Gimana sama barang yang mau lo kasih ke Angkasa kemarin? Berhasil?"
Suara yang Raulaz keluarkan berhasil memecah lamunan Samudra. Dengan linglung remaja itu menganggukkan kepalanya. Ngomong-ngomong, Samudra tidak memberitahu siapapun mengenai apa yang terjadi antara dirinya dan juga Angkasa pada saat memberikan barang sebagai bentuk balas budinya. Entahlah, Samudra merasa akan lebih baik baginya dan semua orang untuk tidak membahas masalah itu.
"Sam, lo beneran engga tertarik buat bawa Angkasa masuk ke Earlgar? Menurut gue, cukup sekali aja lo minta ke dia, gue yakin Angkasa pasti langsung setuju." Ujar Raulaz yang membuat Samudra menatap bingung sahabatnya itu.
"Lo juga mulai tertarik sama dia kayak orang-orang itu?" tanya Samudra dengan nada yang terdengar keberatan.
"Lo engga paham. Selama beberapa minggu ini semua orang nuduh lo buat sesuatu yang engga pernah lo lakuin, jadi kenapa engga sekalian aja? Balas dendam terbaik buat semua masalah yang mereka kasih ke elo adalah mengambil Angkasa, orang yang mereka semua incar." Jelas Raulaz yang sebenarnya bisa Samudra pahami.
"Gue engga mau. Buat balas dendam, gue engga perlu meminum racun yang sama dengan mereka." Balas Samudra tanpa berniat memikirkannya lebih jauh.
Raulaz tidak ingin mendebat apa yang telah menjadi keputusan Samudra. Dia sudah memberikan masukan, untuk langkah selanjutnya, itu menjadi tugas bagi Samudra. Raulaz hanya tidak ingin Samudra tidak mendapatkan apapun setelah semua masalah yang menimpanya.
"Jujur gue penasaran sama satu hal ini. Kenapa Gardan Angkas Stara bisa berubah secepat itu ya? Engga ada satu tahun loh, tapi perubahan dia bener-bener luar biasa." Sahut Raga yang menarik atensi Raulaz.
"Gardan Angkas Stara?" Ulang Raulaz yang dibalas anggukan kepala dari Raga.
"Kalian engga tahu? Nama lengkap Angkasa itu Gardan Angkas Stara, putra sulung Jenggala Stara, pemilik Stara Group sekaligus Kakak tiri dari Gama dan Gasto." Jawab Raga sesuai dengan apa yang dirinya tahu.
"Gue ngerasa engga asing sama namanya," gumam Raulaz yang masih bisa semua orang dengar.
"Jelaslah, dia orang yang selalu jadi bahan bullyan Alozcar sama Raga selama ini sebelum akhirnya berubah jadi bahan rebutan semua orang." Balas Haikal yang dibalas tawa canggung dari Raga.