·❆ 𝚃𝚆𝙴𝙽𝚃𝚈-𝙵𝙸𝚅𝙴 ❆· Cross the Line (𝐁𝐞 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐌𝐨𝐧𝐬𝐭𝐞𝐫)

1.7K 176 59
                                        

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.


Seringai tipis menghiasi wajah Angkasa sejak tadi malam. Takdir? Angkasa tidak pernah mempercayainya. Pemuda itu lebih percaya jika alur kehidupan berada di dalam genggaman tangannya. Bukankah sudah pernah dirinya katakan jika untuk mendapatkan Samudra maka Angkasa bisa melakukan apapun? Itulah yang sedang dia lakukan sekarang.

Sebenarnya percakapan yang terjalin antara pemuda itu dengan Samudra kemarin malam memang sudah Angkasa persiapkan setelah sekolah mengumumkan acara camping. Hari di mana dirinya pergi ke pasar malam tempo hari bersama Samudra, Angkasa secara tidak sengaja melihat liontin yang anak itu gunakan.

Angkasa ingat ada bagian di dalam novel yang menjelaskan dari mana liontin Samudra berasal. Jika sesuai dengan apa yang tertulis, seharusnya liontin yang remaja itu gunakan adalah pemberian sang Ibu, Stella. Terdapat bagian di mana Lunar yang statusnya adalah kekasih Samudra di dalam novel meminta anak itu untuk melepaskan kalungnya, tetapi Samudra menolak keinginan itu secara mentah-mentah.

Sebenarnya Angkasa sendiri juga tidak tahu apakah liontin milik Samudra memang dibuat sepasang. Namun melihat ada celah untuk menarik perhatian Samudra, kenapa dia tidak melakukannya? Jadi Angkasa memutuskan untuk memesan sebuah liontin agar menjadi pasangan kalung yang Samudra gunakan, tentunya dengan sedikit bantuan dari Arjuna. Dia juga meminta beberapa elemen tambahan agar liontin miliknya bisa menarik liontin pada kalung milik Samudra.

Angkasa akan membawa remaja itu selangkah lebih dekat dengannya dengan cara apapun. Dia yakin percakapan mereka tadi malam pasti membuat Samudra merasa penasaran akan kebenaran status hubungan mereka. Mau tidak mau Samudra harus menemuinya, karena satu-satunya cara untuk mengetahui kebenarannya adalah dengan mendatangi dirinya.

"Gue harap engga gagal," gumam Angkasa pelan.

Sayangnya Angkasa sama sekali tidak tahu jika di tempat lain Samudra sedang menikmati sarapannya dengan tenang. Remaja itu sudah memutuskan untuk menganggap camping kali ini sebagai bagian dari healing yang tubuhnya butuhkan. Hal-hal yang tidak penting tidak akan Samudra pikirkan apalagi memasukkannya ke dalam hati jika hanya akan merusak healing ini.

Masalah percakapannya dengan Angkasa tadi malam, Samudra juga masa bodoh. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang adik kelasnya itu katakan. Untuk liontin yang dirinya gunakan, Samudra sebenarnya ingin menjelaskan semuanya kepada Angkasa. Tetapi remaja itu merasa tidak cukup tega untuk mempermalukan Angkasa dengan menceritakan asal muasal kalung dan liontin yang berada di lehernya.

"Menurut lo, kenapa kita berdua bisa punya liontin yang berpasangan, Biru? Halah cih! Engga tahu aja lo nyet kalau liontin ini gue beli gara-gara takut dikira engga pernah dikasih hadiah sama nyokap," ujar Samudra sambil tertawa geli.

Liontin bunga semanggi yang Samudra pakai adalah liontin yang remaja itu beli saat duduk di bangku sekolah dasar. Setiap kali orang-orang bertanya mengenai kalungnya, Samudra akan selalu menjawab jika benda di lehernya adalah pemberian sang Ibu sejak dia masih bayi. Padahal kenyataannya tidak seperti itu, Samudra membeli kalung dan juga liontin menggunakan uangnya sendiri.

Cross the Line (𝐁𝐞 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐌𝐨𝐧𝐬𝐭𝐞𝐫) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang