Bab 3

132 16 3
                                    

Satu hal yang Glora ketahui sekarang, pemilik tubuh ini tidak memiliki seseorang di sisinya. Bahkan satu orang pun tidak ada. Mereka yang ada disini, semua menatap benci ke arahnya. Glora tidak tahu bagaimana Flora menjalani kehidupannya selama ini.

"Yang sabar ya, Bel. Emang itu jalang gak ada otak. Bisa-bisanya nikah sama suami kamu," sinis seorang perempuan yang tengah menepuk pelan punggung Bella, sang protagonis wanita.

Bella menggeleng pelan dengan senyuman manis yang menambah kadar kecantikannya. "Aku tidak apa-apa. Lagipula aku sudah bercerai dengan Xavier." Bella mengucap itu dengan tenang, tetapi matanya tidak bisa berbohong. Ada kesedihan di mata itu.

"Jangan terlalu baik jadi orang, Bel. Jadinya seperti ini kan, suami kamu direbut," decak seorang perempuan yang mengenakan baju lebih terbuka.

Glora menduga itu mungkin adalah teman Bella. Glora saat ini sudah resmi menjadi istri dari seorang Xavier. Pernikahannya dilakukan hanya tertutup. Xavier hanya mengundang orang-orang penting saja.

Glora tidak tahu apa yang sedang direncanakan Xavier hingga mengundang Bella. Dia hanya bisa diam membungkam mulutnya tanpa ada niatan untuk bersuara.

"Kehidupan seperti apa yang kamu jalani, Flo," batin Glora merasa miris dengan kehidupan Flora.

Seburuk itukah kelakuan Flora sampai mereka semua menatapnya seakan dirinya adalah hal yang menjijikkan? Bahkan papa kandung Flora menatap dirinya seperti orang asing.

Entah kenapa Glora ingin menangis saat ini. Dia jadi teringat tentang kehidupan di tubuh aslinya.

Kehidupan Glora tidak jauh berbeda dengan Flora, bedanya Glora masih memiliki sahabat yang menyayanginya.

Keluarga? Glora tidak memilikinya. Orang tuanya meninggal saat dia berumur 10 tahun. Mereka dibantai dengan sadis. Hal itu yang menyebabkan Glora terpaksa melatih keras tubuhnya untuk bertahan hidup.

Glora terjun ke dunia gelap demi membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Glora menjadi pembunuh bayaran di usianya yang menginjak 18 tahun. Pembunuhan pertama Glora adalah dalang dibalik pembantaian keluarganya.

Meskipun kehidupan Glora keras, tetapi dia memiliki dua sahabat yang setia menemaninya.

Glora jadi merindukan sahabatnya. Apa kabar mereka disana sekarang?

Xavier yang berdiri di samping Flora juga berekspresi datar. Dia seakan tidak minat di acara pernikahannya sekarang. Mau bagaimana lagi, Xavier memang tidak menginginkan pernikahan ini.

Pandangan Xavier mengarah pada Bella yang saat ini menatapnya sendu. Hatinya berdenyut sakit melihat netra Bella yang berkaca-kaca.

"Maaf, Sayang," lirih Xavier tanpa suara.

Xavier tidak berniat melukai Bella lebih dalam. Pernikahan ini hanya untuk balas dendam, sekaligus memastikan Flora tidak hamil. Xavier hanya membutuhkan waktu 2 minggu. Setelah 2 minggu nanti, dia akan kembali kepada Bella.

Xavier mengalihkan pandangannya. Dia tidak bisa menatap Bella lebih lama. Xavier tidak kuat melihat tatapan kekecewaan itu. Tanpa Bella tau, Xavier yang paling hancur saat ini.

Tatapan Xavier kini mengarah pada Flora, wanita yang sekarang berstatus sebagai istrinya. Wanita yang tidak menarik sama sekali dimatanya. Dia hanya parasit yang menganggu kehidupannya. Xavier pastikan parasit itu akan pergi tidak lama lagi.

Tak jauh dari sana, sahabat-sahabat Xavier juga turut menghadiri pernikahannya. Mereka menggeleng kepalanya tak habis pikir melihat ekspresi Xavier dan Flora.

"Gila! Xavier sama Flora kenapa jadi mirip kalau seperti itu," decak Fero menatap takjub pada kedua pengantin itu.

Liam mengangguk setuju. "Sebenarnya Flora cantik, cuman sifatnya saja yang mirip setan."

"Parah banget! Kamu ingat tidak kejadian waktu Flora mau menabrak Bella? Untung saja ada Xavier. Kalau tidak mungkin Bella sudah tidak selamat," sahut Fero membicarakan keburukan Flora.

"Xavier bahkan hampir bunuh dia," timpal Adrian yang kembali ingat tentang kejadian itu.

"Untung aja Bella menghentikannya waktu itu," ucap Liam.

"Bella udah sebaik itu, masih saja tidak tau diri," cibir perempuan yang tadi bersama Bella.

Bella dan kedua temannya memang duduk tidak jauh dari ketiga sahabat Xavier. Jadi, mereka masih bisa mendengar obrolan mereka.

"Ya gimana Jes, emang gitu kan sifatnya," ucap perempuan disamping Bella seraya terkekeh sinis.

Fero menatap tidak suka ke orang yang baru saja menimpali obrolan mereka. Dia memang tidak menyukai Jessica dan Sherly. Kedua teman Bella itu selalu jadi mengacau, tidak jauh berbeda dengan Flora.

"Jangan kebiasaan menimpali obrolan orang lain. Itu tidak sopan!" tekan Adrian menatap datar ke arah Bella dan temannya.

Liam tidak memperdulikan sahabatnya. Dia beralih pada Bella yang hanya diam. "Kamu gak papa, Bel?" Tanyanya merasa prihatin.

Bella menghela nafas pelan sebelum memberikan senyuman tipis pada Liam. "Aku baik-baik saja, Liam," ucapnya menenangkan Liam yang menatapnya khawatir.

Jujur saja Bella tidak suka tatapan kasihan mereka padanya. Dirinya baik-baik saja. Tidak seharusnya mereka memberikan tatapan seperti itu. Bella jadi merasa seperti orang yang menyedihkan.

Jessica berdecak. "Ck, kalo gak baik-baik aja bilang, Bel. Gak usah ditutupi."

"Iya Bel. Aku tau pasti kan sakit hati, kan?" Sahut Sherly.

Mata Bella kembali berkaca-kaca saat sahabatnya mengatakan itu. Bella tidak bisa menahannya lagi, karenanya nyatanya ini memang menyakitkan.

Bella memeluk Sherly, menumpahkan tangisannya disana. Bella tidak cukup kuat untuk berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.

"Kenapa Xavier tega, Sher. Kenapa Xavier tega lakuin ini ke aku," isak Bella semakin nyaring.

Bella tersentak kaget saat tubuhnya tiba-tiba berpindah kedalam pelukan hangat seseorang.

Bella mengenali pelukan ini. Pelukannya sudah tidak asing bagi Bella. Ini adalah pelukan Xavier.

"Jangan seperti ini, Sayang," lirih Xavier mendekap erat tubuh Bella.

Dia sedari tadi memperhatikan sahabatnya. Awalnya Xavier tidak berminat untuk bergabung, tapi begitu melihat Bella menangis, Xavier tidak bisa jika hanya berdiam diri saja. Dia langsung berlari ke arah Bella dan memeluk wanita itu.

Tangisan Bella semakin kencang. Dia turut membalas pelukan Xavier tak kalah erat.

"Ini menyakitiku, Vier," isak Bella.

Xavier hanya bisa mengeratkan pelukannya pada Bella kala mendengar suara lirih itu. Dia tidak bermaksud menyakiti Bella seperti ini.

"Hanya 2 minggu, Sayang. Tolong bertahan sebentar saja, hm!"

Mereka saat ini menjadi pusat perhatian. Apalagi saat Xavier berlari memeluk Bella dan meninggalkan Glora seorang diri.

Glora melihat semuanya. Mulai dari Xavier berlari hingga perlakuan Xavier yang tengah memberi kecupan di kepala Bella sekarang. Glora juga melihat tatapan orang-orang yang kini mengarah padanya.

Glora tidak bodoh untuk mengartikan itu. Orang-orang di ruangan ini tengah menatap ke arahnya dengan tatapan mengejek. Mereka seperti bahagia melihat dirinya ditinggalkan.

Salahkah kalau Glora merasa marah melihat semua ini?

Glora yang sudah tidak bisa menahan diri atas pemandangan didepannya, langsung menarik kuat pundak Xavier membuat pelukan pria itu dengan Bella terlepas.

"Jangan peluk suami saya!" Sentak Glora dengan wajah datar.

"Jalang, sialan! Harusnya kamu sadar diri. Xavier lebih dulu jadi suami Bella daripada kamu," teriak Jessica menatap nyalang Flora. Dia dari dulu memang tidak menyukai Flora. Wanita itu terlalu sombong menurutnya.

"Saya tidak peduli status mereka dulu, yang jelas sekarang Xavier itu suami saya!" Tekan Glora balik menatap Jessica dengan sorot dingin.

Transmigrasi GloraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang