Suasana menjadi tegang saat Glora menegaskan siapa status dirinya sekarang. Apalagi wajah datar dan dingin yang Glora keluarkan.
Jessica sampai menelan salivanya gugup saat tatapan Glora mengarah ke arahnya. Tatapan Glora seakan ingin membunuhnya saja.
"Anda jangan bertingkah murahan dengan cara peluk suami saya!" hardik Glora pada Bella. Dia berbicara seperti berbicara dengan orang asing. Lagipula memang benar bukan, Bella adalah orang asing bagi jiwa Glora. Bukan hanya Bella sebenarnya, tetapi semua orang disini adalah orang asing.
Bella hanya bisa berkaca-kaca, dia menundukkan kepalanya tidak berani menatap kakak tirinya. Bella tidak bermaksud seperti itu, dia hanya tidak bisa menahan kesedihannya saat saat ini, hingga tanpa sadar menikmati pelukan Xavier.
"FLORA!" Bentak Xavier tak terima Flora menghina Bella. Jelas-jelas wanita itu yang murahan.
"APA!" Glora ikut membentak Xavier. Dia menatap Xavier dengan tajam. Di Matanya tidak ada ketakutan sama sekali.
Rahang Xavier mengeras melihat sikap arogan wanita di depannya. Xavier mengangkat tangannya hendak menampar Flora, tetapi dia kalah cepat dengan tindakan Flora.
"Sekali saja tangan kamu menyentuh wajah saya, saya pastikan dia mati," ancam Glora mengarahkan pisau lipat ke leher Bella.
Glora tidak sengaja menemukan pisau itu kemarin. Dia menyimpannya untuk berjaga-jaga. Siapa sangka kalau pisau ini memang sangat berguna sekarang.
"Anak kurang ajar! Lepaskan putriku, j@l*ng!" teriak Dirga menatap marah ke arah Flora. Tadinya dia masih bisa menahan emosinya, tetapi begitu melihat Flora yang bermaksud melukai Bella, emosinya tidak bisa ditahan lagi.
Glora tetap tenang. Walau jujur ada perasaan sakit saat papa kandungnya mengumpati dia seperti itu hanya karena membela anak tiri. Glora yakin ini adalah perasaan Flora asli.
Glora memilih mengabaikan perasaannya. Dia hanya menatap datar semua orang yang hadir di pesta pernikahannya. Glora tidak peduli kalau setelah ini akan semakin dicap buruk, karena tubuh ini memang sedari awal tidak mendapat respon yang positif. Jadi, tidak ada salahnya Glora menambah citra buruk pada tubuh ini.
"Jangan main-main dengan saya, Flora!" Desis Xavier dengan gigi bergemeletuk. Emosinya sudah hampir tumbuh. Dia rasanya ingin membunuh Flora sekarang.
"Le-lepasin Bella, kak," lirih Bella dengan isak tangis yang mulai melemah.
Glora idak memperdulikan tangisan Bella. Glora hanya menyelamatkan harga dirinya yang sempat terinjak karena perbuatan wanita itu beberapa waktu lalu. Bagi Glora harga dirinya adalah nomor satu. Glora tidak akan berbuat nekat jika Xavier dan Bella tidak melakukan hal demikian di hari pernikahannya.
Meskipun pernikahan ini bukan kemauan dia, tetap saja bagi Glora hari pernikahannya adalah sakral. Tidak pintas jika Xavier yang berstatus suaminya memeluk wanita lain, apalagi wanita itu adalah mantan istrinya.
"Saya akan membunuhmu jika berani melukainya," geram Xavier menatap nyalang Flora yang masih terlihat santai.
Flora tersenyum miring. "Oh, benarkah?" Ucapnya dengan tatapan remeh.
"Arrgghh sssshh...."
Bella berteriak sekaligus meringis kala pisau itu sedikit menggores lehernya. Darah segar mulai merembes di sekitar leher.
"Bella/sayang."
Berbagai satuan terdengar bersamaan. Sedang pelaku yang melukai Bella hanya terkekeh geli. Glora memang sangat suka mempermainkan emosi lawan. Baginya itu sangat menyenangkan.
"HENTIKAN FLORA!"
Suara Xavier menggelegar memenuhi gedung tempat pernikahannya.
"TANGKAP WANITA GILA ITU!" bentak Dirga memberikan perintah pada pengawalnya.
"Selangkah saja kalian maju, saya pastikan pisau ini akan semakin dalam melukai dia!" Ancam Glora tidak main-main. Jangan salahkan Gloa jika melakukan hal demikian. Mereka yang lebih dulu memancing amarah Glora. Glora hanya mengikuti alur yang mereka buat.
"Kamu sudah melebihi batas, Flo," dingin Xavier menatap datar Flora.
"BUKAN SAYA YANG MELEBIHI BATAS, TAPI ANDA YANG MELEBIHI BATAS, TUAN!" Bentak Glora meluapkan emosinya.
"Anda dan wanita sialan ini yang melebihi batas ketentuan saya. Saya bukan orang sabar, Xavier. Anda gila, saya bisa lebih gila. Jadi, jangan pernah macam-macam dengan saya!" Ucap Glora penuh penekanan setiap ucapannya.
Xavier diam, tetapi matanya tidak bisa berbohong. Api berkobar di kedua matanya. Apalagi mendengar bahasa yang Flora ucapkan. Wanita itu berbicara seperti orang asing, sangat berbeda dengan yang biasa Flora gunakan sebelumnya.
Di Tengah situasi yang memanas, Fero justru berdecak kagum melihat keberanian Flora.
"Gila! Flora berani bener," decak Fero yang memperhatikan Flora sedari tadi.
"Gak sayang nyawa dia," sahut Liam yang juga tak habis pikir dengan apa yang Flora lakukan.
Liam sangat tau Xavier seperti apa. Pria itu tidak akan melepaskan orang yang sudah berani menyakiti Bella, meskipun itu dilakukan dengan tidak sengaja.
Liam tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Flora setelah ini. Apalagi wanita itu dengan sengaja melukai Bella didepan Xavier. Liam hanya berdoa semoga wanita itu masih bisa selamat.
Adrian tidak berkomentar apapun. Dia hanya diam menikmati pertunjukan yang berlangsung, tetapi didalam hati Adrian sangat mengagumi keberanian Flora. Dia saja yang sudah lama dekat dengan Xavier, tidak berani bertindak seperti itu. Pria itu terlalu penuh bahaya untuk diusik.
"Kakak Bella takut. Sakit kak," Isak Bella kembali mengambil fokus semua orang.
Tatapan kebencian semakin menyorot pada Glora dari segala arah. Makian dan hinaan saling bersahutan, tetapi Glora memilih abai. Anggap saja itu hanya suara anjing yang menggonggong.
"Apa maumu?" Tanya Xavier memilih mengalah. Dia tidak tega melihat Bella yang terus menangis seperti itu.
Glora tersenyum puas. Memang ini yang dia inginkan sedari tadi.
"Usir para sampah ini!" ucap Glora mendapat banyak protesan dari semua orang.
"Kau yang sampah, sialan!"
"Wanita menjijikkan!"
"Dasar j@l*ng tidak tau diri!"
Sekali lagi, hinaan itu ditujukan untuknya. Apa Glora sakit hati? Tentu tidak! Dia tidak merasa seperti yang mereka katakan. Jadi, untuk apa dia sakit hati.
"Hanya itu?" Ucap Xavier tanpa mempedulikan protesan dari tamu undangan di pernikahannya.
Glora tersenyum licik. Matanya menatap lekat netra Xavier. "Suruh mereka membungkuk dan meminta maaf terhadapku, termasuk anda tuan Xavier!"
Glora menyeringai kala wajah Xavier semakin mengeras. Dia yakin pria itu sudah diambang batas kesabarannya. Glora hanya ingin mereka merasakan bagaimana harga dirinya diinjak, khususnya Xavier. Glora yakin Xavier dan mereka semua akan melakukannya. Glora tau bagaimana pengaruhnya Xavier. Pasti tidak akan ada yang berani membantah perkataannya. Xavier juga pasti tidak bisa menolak, karena Bella berada dalam genggamannya.
"Argghh..."
Teriakan Bella menyadarkan Xavier yang sempat terdiam. Mata Xavier menyorot dingin pada leher Bella yang semakin mengeluarkan darah.
Glora memang kembali melukai Bella. Itu hanya sebagai peringatan pada Xavier kalau dia tidak main-main akan ucapannya. Luka di leher Bella tidak dalam, tapi cukup menyakitkan.
Glora tersenyum senang saat melihat Xavier membungkuk diikuti yang lainnya. Ah, betapa menyenangkannya melihat mereka tidak berkutik
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Glora
FantasyGlora tidak tau kenapa bisa berpindah ke tubuh wanita yang banyak dibenci ini. Hidupnya yang memulai tenang kini terlihat memuakkan. Pemilik tubuh ini adalah wanita murahan yang mengejar-ngejar suami orang. Glora sendiri bahkan jijik dengan raga yan...