Rei, dengan setiap langkah cepatnya, membawa Gojo melewati medan yang begitu familiar baginya namun mungkin menjadi ancaman bagi orang lain. Hutan itu bukan hanya rumah bagi Rei, tapi juga menjadi lapangan latihannya, tempat dia mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan.
Setiap beberapa meter, Rei melewati mekanisme perangkap yang dia pasang untuk melatih dirinya sendiri. Beberapa kali, dia hampir saja melangkah pada tali pengikat atau mengaktifkan mekanisme lain, tetapi pengenalan dan kecepatannya memastikan dia selalu selangkah di depan.
Gojo, yang mengejar dengan kecepatan luar biasa, mulai menyadari bahwa dia telah memasuki medan yang berbahaya. Tanpa peringatan, tanah di bawahnya mendadak amblas, mengungkapkan lubang besar yang penuh dengan bambu tajam. Dengan cepat, Gojo melompat ke samping, menghindari jebakan tersebut.
Namun, perangkap tidak berhenti di situ. Jaring tiba-tiba meluncur dari pohon-pohon di sekitar, berusaha menjerat Gojo. Dia menghindar dengan memutar tubuhnya, namun kini dia lebih waspada.
Di kejauhan, Rei melihat Gojo menghadapi perangkap demi perangkap yang dia buat dan tidak bisa menahan senyum puasnya. Meski begitu, dia tahu betul bahwa dia tidak bisa meremehkan Gojo.
Saat Gojo melintasi jembatan gantung yang tampak tidak stabil, tali-tali jembatan itu tiba-tiba putus, memaksa Gojo untuk berlari cepat ke ujung lainnya sebelum jembatan runtuh ke bawah. Dia berhasil melewatinya, tapi sekarang jarak antara dia dan Rei semakin pendek.
Rei, menyadari bahwa dia tidak bisa terus berlari tanpa tujuan, memutuskan untuk menghadapi Gojo. Dia berhenti di sebuah lapangan kecil dengan monumen batu di tengahnya. Dia menunggu Gojo datang, menyiapkan diri untuk pertemuan yang mungkin menentukan nasib Klan Yuudai.
Seiring detik-detik berlalu di lapangan yang sunyi, Gojo akhirnya berhasil menenangkan dirinya. Dia menatap ke arah Rei, mencoba mencari pemahaman. Bagaimana mungkin anak sekecil itu memiliki kemampuan sehebat ini?
"Kau hebat," Gojo mengakui dengan nada kagum.
Rei tetap berdiri dengan tenang, "Tidak ada yang spesial. Hanya ingin melindungi diri."
Gojo, dengan tatapan penasaran, berkata, "Ikut denganku ke kediamanku. Dengan kekuatanmu, kau bisa jadi penyihir terbaik. Aku bisa mengajarkanmu."
Rei memiringkan kepalanya, "Kenapa aku harus mempercayaimu?"
Gojo tersenyum, "Karena Asuka mempercayaiku. Aku adalah temannya."
Sejenak, Rei terlihat ragu. Namun, dia cepat kembali ke sikap awalnya, "Aku tidak membutuhkan bantuanmu. Aku sudah cukup kuat dengan cara sendiriku."
Tanpa menunggu respons lain dari Gojo, Rei berbalik dan mulai melangkah pergi. Gojo, dengan kecewa namun masih bertekad, berteriak dari belakang, "Kau mungkin kuat sekarang, tapi dunia ini penuh dengan bahaya yang tidak kau ketahui! Aku akan selalu datang lagi, Rei, untuk mengajarkanmu!"
Namun Rei, dengan keputusannya yang sudah bulat, hanya terus melangkah maju, memasuki kedalaman hutan, meninggalkan Gojo di lapangan dengan pikiran dan perasaan yang bercampur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shinden No Eihei No Kōkei-sha (Jujutsu Kaisen X OC)
FantasyDalam bayangan gunung Kaikoma, ada kuil Yadai yang suci, yang pernah dikenal sebagai benteng penyihir terkuat dari klan Yuudai. Meski zaman telah meremehkan kuil dan klan ini, mereka tetap setia pada tugas mereka: menghancurkan kutukan. Rei Yuudai...