04

3 1 0
                                    

Selamat membaca!!

....

Langit cerah kini telah di tergantikan dengan langit gelap, sama seperti di sebuah kamar di salah satu perumahan elit, seorang remaja laki-laki duduk di balkon kamarnya sambil memandangi langit malam yang gelap namun indah dan memenangkan.

Ke-dua tangannya mencengkram erat pagar pembatas, rahangnya mengeras kala perasaan tak mengenakkan merayap di hatinya.

Beberapa detik kemudian, ia menghela napas panjang dan kembali masuk ke dalam kamarnya, tangan kanannya menyambar jaket kulit yang tergantung di dekat pintu sementara tangan kirinya mengambil kunci motor juga ponselnya yang berada di meja kecil di samping pintu.

Dengan langkah lebar ia keluar dari rumahnya menghidupkan mesin motornya lalu melaju dengan kecepatan penuh, beruntung orang-orang di rumahnya tidur lebih awal, jadi dia bisa keluar rumah dengan mudah.

Di sepanjang perjalanan, ia melihat beberapa pedagang kaki lima masih terlihat, walaupun hari semakin larut, dan matanya tak sengaja melihat seorang gadis yang di kenalnya tengah duduk berdua bersama seorang laki-laki yang juga ia lihat tadi sore.

Tanpa sadar, ia memelankan laju motor nya dengan pandangan yang tak lepas dari sosok gadis yang saat ini tengah tersenyum manis pada laki-laki yang ada di samping nya.

Rasa tak mengenakan dan menyesakkan kembali merayap di hatinya, dahinya mengkerut, ia berusaha untuk menyangkal apa yang di rasakannya.

" Satria! " Sebuah teriakan dari arah kirinya menyadarkan nya dari lamunan.

Remaja laki-laki yang ada di atas motor itu adalah Satria, ia ingin mencari udara segar agar otaknya tak memikirkan perasaan asin yang saat ini ia rasakan.

" Satria! Kenapa ngelamun di pinggir jalan? " tanya gadis itu, di belakangnya ada sosok laki-laki yang menatap tak minat pada nya.

" Hm, " balas Satria, saat ini ia tidak tahu harus mengucapkan apa, sebaiknya ia segera pergi dari sini sebelum dirinya lepas kendali memukuli laki-laki di belakang gadis itu.

"Pulang, udah larut, gak baik buat cewek, " ujar nya dengan wajah datar dan nada dinginnya.

Setelah mengucap itu, Satria kembali melaju dengan cepat tanpa menunggu ucapan gadis itu.

" Udah Phin, yang dia ucapin bener, ini udah larut, lo harus pulang, " ujar laki-laki itu.

Gadis itu, Phina, ia hanya menganggukkan kepalanya dengan lesu.

" Ayok cepetan, pacar gue udah nungguin! " desak laki-laki itu.

Phina berdecak kesal, " Ck! Pulang aja lo, gue bisa sendiri, " ujarnya kesal.

Laki-laki itu menghela napas, yah seharusnya ia tak mengucapkan itu, terlihat dari wajah Phina jika gadis itu sedang dalam suasana hati yang buruk.

Tanpa mengucapkan apapun, laki-laki itu menggendong Phina ala pengantin baru membuat sang empu memukul dengan sayang kepala laki-laki yang seenak jidat menggendong nya.

" Renal!! Turunin gue sekarang! Kalau pacar lo lihat gimana hah?! " amuk Phina sembari memukuli kepala Laki-laki yang di panggil Renal itu.

" Aduduh, iya iya gue turunin, tapi berhenti dulu mukulin gue nya, " ujar Renal, mendengar itu Phina segera berhenti memukuli Renal dan setelah nya laki-laki itu menurunkan Phina.

" Sekali lagi lo kaya gitu, gue bikin geger otak lo! " ancam Phina pada Renal, sementara laki-laki itu hanya menunduk dengan lesu.

....

Beralih pada Satria yang saat ini berada di taman kota, tempat yang tidak jauh dari tempat Phina dan Renal, dan dari sini ia bisa melihat kedekatan mereka.

𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 𝐌𝐚𝐥𝐚𝐦 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang