Laura-2

19K 184 11
                                    

"He, kupas kan mama apel, baru makan. Nanti tangan kamu kotor! " ujar Dewi, saat Laura baru saja ingin mengambil nasi goreng yang telah dimasak para asisten di rumah ini.

Laura, yang mendengar ucapan Dewi itu, segera mengurungkan niatnya, untuk mengambil nasi goreng, berniat pergi ke kantor tanpa sarapan.

Namun, lagi-lagi keinginan kecilnya itu tak bisa terwujud saat mendengar seruan mama nya, yang bersamaan dengan kedatangan papa nya dari atas.

"He! Mau kemana kamu! " Dewi mengatakan itu dengan suara tinggi nya.

"Kenapa ribut-ribut, masih pagi loh, " ujar Damian, sembari berjalan mendekat.

"Ini, anak kesayangan kamu, di suruh mengupas apel untuk mama nya, malah pergi. Durhaka banget, " ujar Dewi dengan ketus.

Kalau kemarin, Dewi mengatakan dirinya durhaka, saat menolak melakukan sesuatu, pasti ia akan tertunduk sedih.

Walaupun dia tidak pernah tidak mengerjakan apa yang disuruh oleh mama nya, karena se lelah apa pun dirinya, dia akan tetap melakukan nya, kalau dia bisa.

Berbeda dengan hari ini, dirinya hanya bisa tersenyum miring. Seharusnya perempuan yang di panggil mama ini lebih menyayangi nya, mengingat bagaimana dia telah membuat Laura kehilangan orang tua kandung nya.

"Kamu belum sarapan, tapi udah mau berangkat kerja? " tanya Damian tanpa mempedulikan ucapan istri nya, saat menyadari tak ada piring sisa makanan di sana.

"Iya, Pa. Lagi malas, " ujar Laura, dengan nada malasnya.

"Kamu tahu kan, Papa nggak suka kalau orang rumah ini melewatkan sarapan nya,  " ujar Damian, dengan nada tegasnya.

"Ta-"

"Sarapan atau tidak pergi kerja? " ujar Damian tegas.

"Pa, nanti aku telat, " ujar Laura, berusaha menolak.

Sejujurnya dia begitu muak harus berada di meja yang sama dengan para pembunuh ini.

"Telat? Jangan becanda. Kamu itu kerja  mulai jam 8, kalau pun kamu di pecat, kamu bisa kerja di perusahaan papa, " ujar Damian.

Laura yang sadar tidak punya kalimat pembelaan lagi, memilih kembali duduk, ditempat dia ia tadi.

"Disuruh kupas apel aja, membangkang, " cibir Dewi.

"Ma, jangan mulai. Biar papa aja yang ngupasin, " ujar Damian menengahi.

Dengan wajah yang masih cemberut, Dewi memberikan apel itu pada Damian, minta di kupas kan.

Tak lama, terdengar langkah kaki terburu-buru, yang Laura yakini milik adik angkat nya, Winda.

"Morning, " sapa nya riang, lalu memberikan pelukan hangat pada Dewi serta Damian.

Dab pada saat melihat Laura, Winda langsung  memalingkan wajahnya.

Melihat itu, hati Laura di liputi rasa kesal. Apalagi saat melihat ketiga manusia itu berbagi tawa, di sela rasa sakitnya.

Uh, mereka saling mencintai kan? Bagaimana kalau Laura hancurkan ?

Dan ide licik yang ia cari dari semalam, langsung bertemu, saat membayangkan akan menggoda papa angkatnya ini.

Ya, walaupun begitu baik, Laura yakin, Papa angkat nya bisa di goda lewat nafsu.

Karena itu, Laura memulai pagi ini, dengan mempercepat gerakan makannya. Untuk bisa menumpang ke kantor dengan papa angkat ny, karena sejalur.

Hal yang begitu jarang Laura lakukan, tapi akan ia lakukan sekarang.

"Pa, bisa numpang? Kantor kita sejalan, boleh ya? " tanya Laura dengan tatapan penuh harap nya.

Laura(21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang