Michelle tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan seorang pria bernama Juandra Mahesa di sekolah akan mengubah hidupnya. Juandra, dengan senyum manis yang selalu ia tampilkan. Di balik sikapnya yang pendiam, ada perhatian yang tulus dan kehang...
"Makasih ya buat hari ini, sampai jumpa di sekolah" Michelle berkata sambil melambaikan tangan
Juan membalas melambaikan tangan dan berharap bisa menghabiskan waktu dengan temannya.
Michelle akhirnya tiba di rumah yang terasa hening, hanya suara langkah kakinya yang bergema di lorong.
"Mama Papa sibuk kerja terus, ya..." gumamnya pelan, menuju kamar dengan langkah lesu.
Begitu sampai, ia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang yang dingin. Tatapannya kosong menatap langit-langit. "Di rumah sunyi senyap… di sekolah, selalu saja ada keributan," ucapnya, diiringi hembusan napas panjang.
Keheningan semakin terasa menekan. Michelle menutup matanya sejenak, berharap pikirannya tenang, tetapi bayangan Juan justru muncul dalam benaknya.
Tanpa sadar, tangannya meraih ponsel. Ia menatap layar beberapa detik, ragu. Namun, dorongan untuk menghubungi Juan terasa lebih kuat. Jari-jarinya mulai mengetik pesan di WhatsApp.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Michelle membaca pesan dari Juan sambil menyandarkan punggungnya di dinding kamar. Senyumnya mengembang seketika. Ada kehangatan dalam setiap perhatian kecil yang diberikan Juan.
Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu depan. Michelle mengerutkan kening, sedikit terkejut. Suara itu begitu kontras dengan keheningan yang tadi menyelimuti rumahnya.
"Siapa ya?" gumamnya dalam hati, sembari melirik jam dinding yang menunjukkan sudah hampir senja.
Dengan rasa penasaran, ia bangkit dari tempat tidur, melangkah melewati lorong rumah yang sunyi, menuruni tangga, dan menuju pintu depan. Begitu pintu terbuka, seorang kurir makanan berdiri di ambang pintu dengan senyum ramah.
"Maaf, ada apa ya, Bang?" tanya Michelle sopan, meski ia sudah bisa menebak siapa pengirimnya.
Kurir itu mengangkat kantong kertas berisi makanan sambil membaca catatan di tangannya. "Ada titipan dari teman Mbak, namanya Juan. Apa benar ini untuk Mbak Michelle?"