02.

135 12 1
                                    

FLASHBACK ON

Saat itu, Jeon Wonwoo baru menginjak bangku SMP. Ia bukanlah anak yang terlalu menonjol. Wajahnya dingin, sikapnya pendiam, dan ia lebih suka menyendiri. Teman-temannya seringkali salah paham dan menganggap Wonwoo sombong atau bahkan aneh. Namun, Wonwoo tidak peduli. Baginya, yang penting adalah menjaga jarak dari semua drama kehidupan remaja yang tidak ia anggap penting.

Namun, suatu hari, hidupnya berubah drastis. Itu terjadi ketika Wonwoo pertama kali mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Omega. Saat itu, ia sedang menjalani rutinitas sekolah seperti biasa. Pada hari itu, tubuhnya mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ada rasa pusing yang muncul tiba-tiba, dan tubuhnya terasa lebih lemah dari biasanya. Ia tak mengerti apa yang sedang terjadi. Hingga akhirnya, seorang guru meminta semua siswa menjalani tes rutin untuk mengetahui jati diri mereka—Alpha, Beta, atau Omega.

Wonwoo saat itu tidak terlalu memikirkan hasilnya. Baginya, jati diri semacam itu tidak akan mengubah siapa dirinya. Tetapi ketika hasilnya keluar, Wonwoo merasakan dunia seolah berhenti berputar. Omega. Itu adalah hasil yang tertulis di kertas tesnya.

Perasaan bercampur aduk menguasai Wonwoo. Ia tahu bahwa menjadi Omega adalah sesuatu yang seringkali dipandang rendah, terutama di sekolah-sekolah elit seperti tempatnya bersekolah. Di mana Alpha dianggap sebagai pemimpin alami, dan Omega sering kali dikaitkan dengan kelemahan atau ketergantungan. Wonwoo yang selalu berusaha mandiri dan kuat, merasa hancur seketika.

Ia mencoba menyembunyikan hasil tes tersebut. Ia tidak ingin orang lain tahu, terutama karena reputasi Omega di sekolahnya sangat buruk. Namun, di suatu sore, rahasianya terbongkar.

Moon Taeil, seorang siswa kakak kelas yang terkenal dengan reputasinya sebagai pembully, secara tak sengaja melihat hasil tes Wonwoo. Wonwoo sedang duduk di bangku taman sekolah, berusaha mengabaikan rasa sakit di tubuhnya akibat gejala _pre-rut_ yang mulai muncul. Moon Taeil datang bersama teman-temannya, dengan tawa mengejek yang segera membuat Wonwoo tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Woi, Wonwoo," panggil Taeil dengan nada sinis. "Dengar-dengar, lu Omega, ya? Pantes, mukanya kalem kayak cewek."

Wonwoo terkejut, merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Bagaimana bisa Taeil tahu?

"Apa maksudnya?" jawab Wonwoo, suaranya dingin meski dalam hatinya ia merasa takut.

Taeil mendekat, menatap Wonwoo dari atas sambil melipat tangan di depan dada. Teman-temannya tertawa kecil di belakangnya, seolah-olah sudah menyiapkan ejekan yang lebih buruk. "Maksud gua? Hahaha! Omega kayak lu tuh nggak punya tempat di sini. Lu lemah, Wonwoo. Pantas aja selalu sendirian. Mana ada Alpha atau Beta yang mau kenalan atau bahkan temenan sama Omega kayak lu."

Wonwoo mencoba tetap tenang, tapi tatapan penuh hinaan dari Taeil membuatnya merasa semakin terpojok. Ia ingin membalas, ingin mengatakan bahwa ia tidak peduli dengan status Omega-nya. Namun, mulutnya terkunci. Tak ada satu pun kata yang keluar.

"Lu pikir, Omega kayak lu bisa sembunyi selamanya?" Taeil melanjutkan, kali ini lebih keras. "Orang kayak lu cuma jadi beban. Nggak punya harga diri. Dan sekarang, semua orang bakalan tahu."

Taeil meraih kertas hasil tes yang ia sembunyikan di balik jaketnya. Ia mengangkat kertas itu tinggi-tinggi, dan mulai melambai-lambaikannya seolah-olah itu adalah bendera kemenangan. "Hey! Kalian tahu nggak? Si Wonwoo ini ternyata **Omega**! Lemah banget, kan?"

Teman-temannya tertawa lebih keras. Wonwoo merasa semua mata tertuju padanya. Semua ejekan itu menyatu menjadi satu suara yang menyesakkan dadanya.

Wonwoo ingin berlari, tapi kakinya terasa berat. Ia berdiri, wajahnya memerah bukan karena malu, tapi karena marah dan terluka. Namun, sebelum ia bisa melakukan apapun, Taeil menyentakkan bahunya dan mendorongnya jatuh ke tanah. Wonwoo terjerembab ke rumput, memeluk dirinya sendiri sementara teman-teman Taeil terus mengolok-oloknya.

TSUNDERE || MinWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang