Bagian 3

111 18 0
                                    


Pagi ini hakim berjalan dengan hati gembira, dirinya seperti tidak memiliki beban.

"Ah lega banget mae udah negur kak mahen jadi aku aman deh" ucapnya gembira.

"Woi hakim" panggil mahen dari luar gerbang.

Mahen melemparkan tasnya ke arah hakim membuat hakim reflek menangkap tasnya.

"Bawa tas gua ke kelas sekarang" ucap mahen.

"Enak aja, nih ambil tas kakak balik" ucap hakim yang langsung di lempar ke mahen.

"Lah? lo lupa emang"

"Apa? Aku mendadak lupa ingatan, bye" ucap hakim yang langsung kabur dari hadapan mahen.

"Awas aja ya lo hakim" geram mahen.

Sementara hakim mengelus dadanya merasa bersyukur bisa lepas dari mahen untuk hari ini.

"Terimakasih Tuhan, bisa kabur dari kak mahen itu suatu hal yang harus di apresiasi" ucapnya sendiri.

"Emang kenapa kak mahen?" tanya seseorang yang membuat hakim reflek noleh ke sumber suara.

"WOIII!!" kaget hakim melihat jaren memakai topeng menyeramkan.

"KENAPA SIH KIM, KOK TERIAK INI TUH JAREN!" teriak jaren balik.

"KOK KAMU TERIAK SIH?!!"

"YA KAMU JUGA TERIAK!"

Jaden yang melihat dua sahabatnya berantem hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Ini kalian mau sampai kapan teriak²?" tanya Jaden.

"DIEM JADEN" Teriak mereka berdua serempak membuat Jaden bengong bercampur kaget.

"Ga nyangka bakal di bungkam dengan suara melengking mereka" ucap Jaden pelan.

Pov mahen

"Kesel gua liat dia" omel mahen tak jelas.

"Kenapa sih lo?" tanya rayen penasaran.

"Adek lo tuh ngeselin" sahut mahen

"HAH" teriak rayen membuat mahen bingung.

"Napa dah biasa aja kali anjir"

"Lo udah tau kalo gua punya adek?" tanya rayen penasaran.

"Iya lah, hakim adek lo kan?"

"Kok lo tau anjir"

"Muka lo bedua mirip pea"

"IDIHHH KAGAK YE"

"Biasa aja bisa kgk lo"

"Sorry², lagian muka gua ganteng gini lo bilang mirip sama bocah ingusan itu" ucap rayen tak terima.

"Emang bener² stres, ga adiknya ga abangnya sama aja mereka berdua"

"Lo ngomong sama siapa hen?" tanya rayen polos.

"Sama monyet" sahut mahen ketus lalu meninggalkan rayen sendirian.

"Ngeri amat harimau kalo marah"

°°°°

"Kim, ikut ga? kita berdua mau ke kantin" ajak jaren.

"Engga deh, eh beliin aku susu coklat ya"

"Meles beli aja sendiri" sahut Jaden.

Hakim melirik sinis kepada Jaden "aku ga nyuruh kamu"

KEPINCUT BOCAH TENGIL (MARKHYUCK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang