Ketika Zyn, Vyn, dan Astra mencapai pintu raksasa di dalam gunung, ketiganya merasakan energi luar biasa yang terpancar dari baliknya. Aura misterius yang menyelimuti pintu tersebut terasa berat dan menakutkan. Zyn mencoba mendekat, namun begitu dia hampir menyentuh pintu, sebuah kekuatan tak terlihat melemparkannya ke belakang. Vyn, yang mengikuti di belakangnya, juga terpental jauh.
"Apa yang terjadi?" gumam Vyn dengan wajah penuh kebingungan soat dia terbaring tak sadarkan diri di tanah.
Zyn pun ikut pingsan tak lama kemudian setelah terpental keras ke dinding batu. Hanya Astra yang tetap berdiri, merasa tubuhnya ditarik ke depan, ke arah pintu. Tanpa bisa melawan, Astra merasakan tubuhnya dihisap oleh kekuatan yang tak terlihat dan seketika terteleportasi ke dalam ruangan misterius di balik pintu tersebut.Di dalam, suasananya gelap dan sunyi. Satu-satunya sumber cahaya adalah sebuah artefak besar yang bersinar biru di sudut ruangan. Namun, sebelum Astra bisa mendekat untuk memeriksanya, seekor wyvern raksasa muncul dari balik bayangan. Mata Wyvern bercahaya biru terang memandang astra dengan tajam mengeluarkan raungan keras yang menggema di seluruh ruangan.
Astra: (Berbisik pada dirinya sendiri) "Ini tidak seperti yang aku bayangkan..."
Makhluk itu terlihat lebih kuat dari yang pernah dia bayangkan, dan radiasi dari artefak di sudut ruangan tampaknya telah memperkuat wyvern ini menjadi lebih buas dan tangguh. Dengan secepat kilat, wyvern melancarkan serangan pertama dengan semburan air tajam yang melesat langsung ke arah Astra.
Astra melompat ke samping, hampir menghindari serangan itu. Dia tahu ini bukan pertarungan yang bisa dia selesaikan dengan mudah. Berdiri tegak, dia merentangkan tangannya dan mulai memanggil kekuatan air yang ada di sekelilingnya.
Astra: "Aku harus melawan... kalau tidak, aku tidak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup!"
Dengan konsentrasi tinggi, Astra membentuk sebuah tombak air di tangannya dan melemparkannya ke arah wyvern. Tombak itu melesat cepat, menembus udara, namun Wyvern nghindarinya dengan gesit, seakan makhluk itu sudah terbiasa dengan serangan semacam ini. Wyvern itu Kemudian menyerang balik dengan gelombang air raksasa memaksa, astra untuk mundur lebih jauh.
Wyvern: (Meraung, matanya menyala lebih terang) "RAAAWR!"
Pertarungan semakin intens, dan Astra mulai menciptakan lebih banyak senjata dari air untuk menghadapi makhluk itu. Dia membentuk rantai air yang panjang untuk menahan pergerakan wyvern. Rantai itu melilit erat pada kaki dan sayap makhluk itu, memperlambat gerakannya. namun, wyvern mengamuk, menghancurkan rantai dengan kekuatan brutalnya, membuat Astra terpental ke dinding.
Astra: (Dengan napas berat) "Aku tidak bisa kalah di sini... Aku harus terus berjuang... Aku harus menjadi lebih kuat!"
Wyvern melompat ke udara dan menghujani Astra dengan semburan air bertubi-tubi. Dengan kecepatan luar biasa,Astra mengerahkan seluruh sisa tenaganya untuk membentuk perisai air di sekelilingnya. Meskipun semburan-serangan itu menghantam perisainya, dia masih bisa bertahan, meskipun kelelahan mulai menghampirinya.
Setelah beberapa saat, Astra mulai merasakan tubuhnya lelah. Luka-luka kecil mulai tampak di sekujur tubuhnya, dan napasnya semakin berat. Wyvern itu tak henti-hentinya menyerang, membuat pertarungan ini semakin sulit.
Astra: (Dengan suara pelan, hampir putus asa) "Mengapa aku belum cukup kuat...?"
Namun, di dalam keputusasaannya, sebuah nyala semangat muncul. Astra mengingat mimpinya- keinginannya untuk menjadi lebih kuat dari Zyn, untuk menemukan jawaban tentang keberadaan orang tuanya. Dia tidak bisa berhenti sekarang. Dengan tekad baru, Astra bangkit kembali, memusatkan seluruh sisa kekuatannya.
Astra: "Aku tidak akan menyerah... Tidak sekarang!"
Dengan jeritan penuh semangat, Astra menciptakan senjata baru- sepasang pedang air-di tangannya. Dia berlari dengan cepat kke arah wyvern, melompat dan menyerang makhluk itu dengan jeritan penuh semangat, Astra menciptakan senjata baru- sepasang pedang air-di tangannya. Dia berlari dengan cepat ke arah wyvern, melompat dan menyerang makhluk itu dengan serangkaian tebasan yang tajam. Wyvern mengeluarkan raungan keras saat pedang Astra berhasil melukai tubuhnya, tetapi makhluk itu masih bertahan.
Dengan sisa kekuatannya, Astra menciptakan tombak terakhir, yang dia arahkan langsung ke jantung wyvern. Dengan satu lemparan kuat, tombak itu menusuk wyvern tepat di dadanya membuat Makhluk itu jatuh ke tanah. Wyvern mengeluarkan erangan terakhir sebelum tubuhnya perlahan-lahan berubah menjadi kabut biru dan menghilang.
Astra, yang kelelahan dan penuh luka, jatuh berlutut di tengah ruangan. Keringat dan darah menetes dari tubuhnya, tapi dia tahu dia telah berhasil.
Dengan langkah lemah, Astra berjalan mendekati artefak tersebut, mengetahui bahwa apa pun yang terjadi setelah ini, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keturunan Bintang
Fantasia"Aku akan tumbuh menjadi lebih kuat, setinggi bintang bintang angkasa" Sebuah petualangan Astra dengan kakak dan teman temannya untuk menuju tanah tertinggi.