Parting Ways

220 48 0
                                    

Ten menatap langit-langit sambil mendengarkan detak jantung yang menenangkan dari dada terekspos yang terbentang di bawahnya.

Dia bisa merasakan tangan besar yang diletakkan dengan kuat di pinggang ramping dengan ibu jari mengusap lingkaran-lingkaran kecil, serangkaian jari lainnya menyisir rambutnya yang panjang dan lembut.

Sepasang bibir menempel di dahinya. Ten sendiri mengusap-usap tubuh kekar tersebut.

Haechan berbaring di sampingnya, dia membenamkan wajahnya di belakang leher Maenya sementara saudaranya memeluknya dari belakang.

Keluarga hangat itu memutuskan untuk menghabiskan malam terakhir mereka dengan bersama di ranjang utama di apartemen pribadi - rumah mereka ketika tidak tinggal di dorm masing-masing.

Tidur sama sekali tidak datang kepada mereka tadi malam. Mata para submissive bengkak dan hidung meler karena isak tangis dan kurang tidur.

Haechan merintih ketika matahari, seolah mengejeknya, mengintip melalui celah tirai. Johnny mengumpulkan tekadnya dan dengan berat hati melonggarkan cengkeramannya.

Dia bangkit dan berdiri di samping tempat tidur. Ten juga merintih ketika suaminya menariknya dengan lembut.

Hendery, berusaha tetap teguh seperti Daddynya dan menggendong adik mungilnya.

Sarapan kali ini amat sangat suram tidak seperti biasanya. Tidak satupun dari mereka berselera makan, bahkan si bayi yang biasanya paling gembira jika sudah berhadapan dengan makanan.

Meskipun begitu, Johnny berusaha sebaik mungkin untuk memastikan bahwan Ten dan Hendery setidaknya mendapatkan asupan walau tidak seberapa.

Setelah beberes, Johnny dan Hendery memasukkan barang bawaan ke dalam mobil. Johnny bersikeras untuk menyetir alih-alih menggunakan mobil dan sopir perusahaan yang tersedia.

Bandara yang ramai dipenuhi suara pengumuman dan suara penumpang. Di area check-in WayV yang tertutup bagi publik, waktu seakan berhenti bagi para member nct.

Kenyataan saat ini sangat membebani mereka; harus mengucapkan selamat tinggal. Beban emosional dari perpisahan yang akan datang menggantung di udara.

Johnny menatap mata Ten, mencoba menanamkan setiap detail dalam ingatannya—bagaimana bulu mata lentik Ten berkibar seperti sayap lembut, lengkungan lembut senyumnya yang dapat menerangi hati yang paling berat sekalipun.

"Sayang," Johnny memulai, suaranya lembut namun sungguh-sungguh, "Aku tidak ingin kau lupa betapa aku mencintaimu."

Ia melangkah lebih dekat, memegang wajah cantik Ten dengan penuh perhatian, matanya bersinar dengan ketulusan.

"Setiap momen yang terpisah akan mengingatkanku betapa berartinya dirimu bagiku. Promise kau akan menjaga dirimu sendiri?"

Ten mengangguk, menahan tangis. "Promise. Kamu harus juga."

"I will" jawab Johnny sambil menyeringai kecil, lalu mencondongkan tubuhnya untuk menciumnya.

Satu tangan Ten mencengkram tengkuknya untuk menuntunnya, satunya lagi mengalungi lehernya. Bibir mereka saling bersentuhan hingga dunia memudar di latar belakang.

Keduanya menikmati momen ini, tahu bahwa ini bukan sekadar perpisahan; ini adalah janji cinta dan komitmen, tidak peduli jaraknya.

Johnny mengakhiri tautan bibir mereka dan memeluk Ten erat-erat, merengkuh lengan kekarnya di pinggang rampingnya.

Ten meram sambil berpikir betapa dia akan merindukan ini - rasa kenyamanan tak tertandingi. Dia akan berusaha untuk selalu mengingat perasaan ini terlepas dari jarak yang akan segera memisahkan mereka.

Miles Apart Yet Close at Heart | JohnTen | Seo FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang